"Jadi kemarin kita turun ke desa lalu menemukan..."
"Sebentar.. kita?" Aku menghentikan laporan mahasiswa itu.
"Iya, kita turun ke desa.."
"Memang saya ikut?"
"Ya nggak  dong Pak. Kan kita.."
Cuplikan kisah di atas adalah percakapan teman saya dengan mahasiswa magang di puskesmasnya. Dia menceritakannya pada saya setelah saya berhasil menjawab pertanyaan "Kris, kamu tahu bedanya kita dan kami nggak?" dengan benar.
Alkisah karena pusing dengan mahasiswa tersebut yang ngeyel  bahwa kita dan kami adalah sama, teman saya ini memanggil dosen pembimbing yang menyertai kelompok mahasiswa itu.
"Pak. Ini mahasiswanya kok nggak tahu bedanya kita dan kami ya?"
Di luar dugaan, dosen pembimbing yang masih relatif muda itu balik bertanya "Memangnya beda Dok?" DOENG!
Mendengar kisah tersebut saya dapat memahami mengapa teman saya sangat senang ketika mendengar jawaban saya "Ya jelas beda lah. Kita itu kata ganti untuk orang pertama yang merupakan kelompok yang digunakan saat orang yang diajak bicara termasuk dalam kumpulan tersebut sedangkan kami adalah kata ganti yang digunakan ketika orang yang diajak bicara tidak termasuk dalam kelompok tersebut."
"Tepat sekali." Teman saya puas mendengarkan jawaban itu.
Sebetulnya jawaban saya tidak terlalu tepat juga. Menurut KBBI, Â arti kata "kita" adalah sebagai berikut:
ki*ta pron 1 pronomina persona pertama jamak, yang berbicara bersama dengan orang lain termasuk yang diajak bicara; 2 cak saya;
-- orang cak kita;
ke*ki*ta*an n 1 yang bersifat atau berciri kita; 2 kesatuan perasaan antara kita: fungsi ideologi membangun sikap ~;3 sifat mementingkan kebersamaan dalam menanggung suka duka (saling membantu, saling menolong, dan sebagainya)
Sedangkan arti kata "kami" adalah:
ka*mi pron 1 yang berbicara bersama dengan orang lain (tidak termasuk yang diajak berbicara); yang menulis atas nama kelompok, tidak termasuk pembaca; 2 yang berbicara (digunakan oleh orang besar, misalnya raja); yang menulis (digunakan oleh penulis)
Sayangnya belakangan ini orang sering menggunakan kata "kita" untuk kedua maksud tersebut. Yang seharusnya disebut "kami" dibahasakan dengan "kita". Contoh yang paling berat saya rasa adalah yang kita tonton di televisi. Hampir semua stasiun televisi (kecuali TVRI mungkin) menayangkan host  acara jalan-jalan (dan acara lainnya) yang mengatakan "kita" padahal yang dimaksud adalah "kami".
Contohnya adalah "Ya, malam ini kita akan menginap di Desa Bondo Kodi sebelum melanjutkan perjalanan ke Pantai Ratenggaro." Lah, emangnya penonton ikut nginep di desa itu ya?
Baiklah, untuk acara jalan-jalan saya masih bisa mengerti. Mungkin pemilihan kata itu ditujukan agar penonton merasa sedang ikut acara jalan-jalan. Tapi ada contoh lain lagi: acara gosip.Â
"Jadi kemarin kita habis jalan dari Perancis terus kompakan deh beli tas lucu ini."
Contoh di atas ceritanya jawaban selebriti yang sedang diwawancarai. Pakai kata "ceritanya" soalnya fiktif. Saya nggak ingat wawancara yang sebenarnya bunyinya gimana. Saking seringnya kebolak-balik antara kita dan kami.
Iya deh, acara TV itu banyak yang salah. Terus kamu mau gimana Kris?
Ya nggak gimana-gimana juga. Paling saya hanya memastikan diri menempatkan kedua kata tersebut sesuai tempatnya dan mengingatkan teman terdekat. Tapi teman-teman terdekat saya pada nggak  salah sih. Kita ya kita kami ya kami.
Oh ya, satu lagi. Paling saya mau menulis tentang ini di Kompasiana agar banyak yang membaca. Syukur-syukur di-share  biar makin banyak yang sadar tentang bedanya kita dan kami.
Monggo..
Anda mungkin juga suka:
"Sudah akut", ah masak? Bedanya akut dan kronis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H