Mohon tunggu...
Maria Klaresa Pulo Beda
Maria Klaresa Pulo Beda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

BELAJAR LEBIH BANYAK

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kenapa Capung Hidupnya Singkat? Menyelami Siklus Kehidupannya

23 Desember 2024   22:50 Diperbarui: 23 Desember 2024   19:21 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN

          Capung, serangga yang indah dan elegan, memiliki siklus kehidupan yang unik dan kompleks. Capung adalah sebuah jenis serangga yang termasuk dalam ordo Odonata, seperti capung biru, capung merah, dan capung hijau. Odonata merupakan ordo dengan tingkat keanekaragaman dan kelimpahan terbesar di antara filum Arthropoda lain tetapi banyak yang belum teridentifikasi. Capung menyukai habitat daerah terbuka hijau, utamanya rerumputan, Sonia, dkk (2022). Nama lain dari "capung" dalam Bahasa Indonesia adalah "Odonate", "serangga capung", atau "kumbang air". Kemudian dalam Bahasa jawa nama capung sendiri adalah "kumbang". Capung merupakan  salah  satu  kelompok serangga yang sangat erat kaitannya dengan air, (Harum dkk, 2013). Mereka sendiri terkenal dengan kehidupan yang singkat, biasanya hanya beberapa minggu hingga beberapa bulan.

            Menurut Mapit-ot at al., (2013), telah tercatat bahwa ada 6.000 spesies, 630 marga, dan 28 family capung di seluruh dunia (Kannagi et al., 2016: Varshini dan Kanagappan, 2016). Capung diklarifikasikan menjadi dua subordo, yaitu Zygopetera (2.739 spesies dan 19 family) dan Anisoptera (2.941 spesies dan 12 family), sementara sekitar 1.000 hingga 1.500 spesies lainnya belum dideskripsikan.  Jumlah spesies capung di Indonesia telah dibahas oleh berbagai ahli dalam bidang entomologi. Berdasarkan penelitian yang ada, Indonesia memiliki lebih dari 300 spesies capung yang tersebar di berbagai ekosistem, terutama di daerah tropis yang memiliki banyak sumber air tawar.

ISI 

                  Lalu, apa yang menyebabkan capung memiliki hidup yang singkat? rata-rata, capung hanya hidup beberapa bulan di dunia, baik dalam fase larva maupun dewasa. Fenomena ini bisa dipahami melalui beberapa faktor yang terkait dengan siklus hidup mereka, evolusi, dan peran ekologisnya.

1. Siklus Hidup Capung

                          Capung memiliki dua fase kehidupan yang berbeda: fase larva yang hidup di air dan fase dewasa yang hidup di udara.         Proses metamorfosisnya terdiri dari beberapa tahap:

#  Telur: Capung betina bertelur di permukaan air atau tumbuhan air.

#  Larva (nympha): Setelah menetas, capung tinggal di air selama beberapa bulan   hingga bertahun-tahun, tergantung spesies.     Pada tahap ini, larva capung memakan organisme kecil di air seperti udang air tawar, cacing, atau serangga lainnya.

# Dewasa: Setelah melewati beberapa tahap perkembangan, larva capung berubah menjadi capung dewasa yang muncul di permukaan air dan terbang di udara untuk mencari pasangan dan berkembangbiak .

 2. Peran Ekologis Capung

                              Menurut Lino dkk (2019), capung merupakan komponen keanekaragaman hayati yang memiliki peran sebagai bioindicator pencemaran lingkungan. Capung memiliki peran yang sangat penting dalam ekosistem, baik di darat maupun di perairan. Sebagai predator serangga, capung membantu mengendalikan populasi serangga lain, seperti nyamuk. Namun, karena capung adalah predator yang efisien, mereka juga sering menjadi sasaran predator lain, seperti burung. Ini menyebabkan angka kematian yang tinggi, sehingga mempengaruhi lamanya hidup mereka.

3. Keterbatasan Energi

                                  Capung dewasa menggunakan energi yang sangat besar untuk terbang, terutama untuk berburu, kawin, dan bertahan hidup. Aktivitas terbang ini sangat menguras tenaga mereka. Meskipun memiliki sistem metabolisme yang efisien, capung tidak dapat bertahan hidup dalam kondisi kekurangan makanan atau energi yang berlebihan. Aktivitas yang tinggi dan kebutuhan energi yang besar membatasi durasi hidup mereka.  

4. Evolusi dan Adaptasi

                               Menurut Rahadi, W. S. (2019), salah satu jenis keanekaragaman hayati yang sudah ada sejak 300 juta tahun yang lalu, dan masih tetap bertahan hingga sekarang adalah capung. Dalam sejarah evolusinya, capung telah hadir di bumi sejak periode karbon. Capung termasuk kelompok serangga purba yang bertahan terus hidup dalam berbagai perubahan jaman. Capung telah berevolusi untuk memiliki siklus hidup yang cepat. Dengan hidup dalam dua habitat yang berbeda (air dan udara), mereka mengoptimalkan peluang untuk berkembang biak dan bertahan hidup. Tetapi hidupnya yang singkat di fase dewasa memungkinkan mereka untuk fokus pada reproduksi dalam waktu yang terbatas. Capung betina biasanya hanya hidup beberapa minggu setelah kawin untuk bertelur, sementara capung jantan mungkin lebih lama, tetapi tetap terbatas. Fase larva mereka yang lebih panjang memungkinkan mereka untuk berkembang dengan baik dalam kondisi yang lebih stabil (di bawah permukaan air), tetapi tetap ada tekanan dari predasi dan sumber daya yang terbatas.

5.  Faktor Lingkungan dan Pemangsaan

                           Kehidupan capung sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Mereka sering kali hidup di habitat yang rentan terhadap perubahan iklim, polusi air, atau perubahan habitat. Capung dewasa, yang hidup sebagian besar di udara, menghadapi ancaman dari berbagai predator, seperti burung dan mamalia. Mereka harus bergerak cepat dan efektif untuk bertahan hidup, namun ini juga memperpendek masa hidup mereka.  

6. Predasi dan Kompetisi

                                   Sebagai serangga yang berfungsi sebagai predator di alam, capung juga harus menghadapi tantangan besar dalam hal persaingan untuk sumber daya dan pemangsaan. Proses berburu yang intens dan kebutuhan untuk terus bergerak di udara membuat mereka lebih rentan terhadap predator. Selain itu, saat musim kawin tiba, kompetisi antar sesama capung jantan untuk memperebutkan betina juga tinggi, yang dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup mereka.

KESIMPULAN

                              Kehidupan capung yang singkat adalah hasil dari beberapa faktor yang sudah dijelaskan diatas yang juga saling berkaitan. Mulai dari silkus hidup mereka yang melibatkan dua fase berbeda yaitu air dan udara, kebutuhan energi yang besar, serta tekanan ekologis dari pemangsa dan kompetisi. Meskipun hidup mereka singkat, capung memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, dan siklus hidup mereka yang berkembang baik dan cepat dalam waktu yang terbatas. Capung memiliki peran penting pada ekosistem persawahan karena merupakan serangga predator, baik dalam bentuk nimfa maupun dewasa, dan memangga berbagai spesies serangga  serta organisme lain termasuk serangga hama tanaman padi ( Suartini dkk, (2019). Keberadan mereka sebagai predator menunjukan bagaimana kehidupan yang singkat dapat mendukung peran ekologis tang besar dalam mempertahankan keseimbangan alam. 

REFERENSI   

Sonia, S., Azzahra, A. N. A., Anissa, R. K., Jamilah, Y. M., & Rahayu, D. A. (2022). Keanekaragaman dan Kelimpahan Capung (Odonata:                      Anisoptera) di Lapangan Watu Gajah Tuban. BIO-SAINS: Jurnal Ilmiah Biologi, 1(2), 1-11.

Hanum, S. O., & Salmah, S. (2013). Jenis-jenis capung (odonata) di kawasan taman satwa kandi kota sawahlunto, sumatera barat.                            Jurnal Biologi UNAND, 2(1).

Koneri, R., Nangoy, M., & Maabuat, P. V. (2020). Composition and diversity of dragonflies (Insecta: Odonata) in tunan waterfall area,                     North Minahasa, North Sulawesi, Indonesia. Pakistan Journal of Zoology, 52(6), 2091-2100.

Mapi-ot, E. F., Taotao, A. U., Nueza, O. M., & Villanueva, R. J. (2013). Species diversity of adult Odonata in selected areas from                                 Misamis Occidental Province, Philippines. Aquaculture, Aquarium, Conservation & Legislation, 6(4), 421-432.

Suartini, N. M., & Sudatri, N. W. (2019). Spesies Capung (Ordo Odonata) Pada Pertanaman Padi Di Beberapa Sawah Sekitar Denpasar,                      Bali Species Of Dragonflies (Odonata Order) For Rice Plantations In Some Rice Field Around Denpasar, Bali. Simbiosis, 7(1),                       23-28.

Rahadi, W. S. (2019). Capung KELOLA Sendang.

Lino, J., Koneri, R., & Butarbutar, R. R. (2019). Keanekaragaman capung (Odonata) di tepi sungai kali desa kali Kabupaten Minahasa                         Sulawesi Utara. Jurnal MIPA, 8(2), 59-62.

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun