Hidden Figures adalah film biografi tahun 2016 yang disutradarai oleh Theodore Melfi. Hidden Figures mengisahkan kisah nyata yang menginspirasi tentang tiga wanita kulit hitam (Katherine Johnson, Dorothy Vaughan, dan Mary Jackson) yang bekerja di NASA selama tahun 1960-an dan memberikan kontribusi signifikan bagi program antariksa Amerika Serikat. Film ini mengikuti perjalanan wanita-wanita brilian ini saat mereka menghadapi diskriminasi rasial dan gender saat bekerja di Pusat Penelitian Langley NASA di Hampton, Virginia.Â
Antagonis utama dalam film ini adalah rasisme dan seksisme yang terinstitusionalisasi, yang dihadapi oleh para tokoh utama di NASA dan dalam kehidupan sehari-hari mereka, dan menurut Giddens, "seorang rasialis adalah seseorang yang percaya bahwa beberapa individu lebih unggul atau lebih rendah dari yang lain berdasarkan perbedaan yang di-rasialisasikan" (2006, hlm. 493).Â
Film ini menggambarkan tantangan sosial dan sistemik yang lebih besar yang dihadapi oleh wanita kulit hitam pada saat itu. Masalah ini dapat dilihat dalam tiga bagian adegan dalam film ini: adegan di perpustakaan, adegan toilet terlarang bagi orang berkulit hitam, dan adegan di pengadilan.
Gambar 1 : Adegan di Perpustakaan
Dorothy Berbicara Dengan Pustakawan
Dalam adegan ini, Dorothy bertemu dengan seorang wanita pustakawan yang menolak memberinya akses ke buku. Pustakawan tersebut memberitahu Dorothy bahwa dia tidak diizinkan meminjam buku dari bagian tersebut karena adanya hukum segregasi pada waktu itu. "Anda memiliki buku di bagian berkulit hitam" [00:49:51].  Bisa dilihat bahwa pada adegan ini Dorothy mengalami diskriminasi rasial dikarenakan ia adalah seorang yang berkulit hitam sehingga akses yang ia terima sangatlah terbatas. Selain itu penggunaan sudut pandang dalam adegan ini yakni pengambilan gambar dari belakang bahu sang pustakawan untuk memfokuskan wajah Dorothy saat berbicara secara close-up  bertujuan untuk menampilkan ekspresi Dorothy yang santai dan bijaksana meskipun Dorothy awalnya terkejut dengan diskriminasi tersebut tetapi ia tetap tenang. Dia teguh pada pendiriannya, bertekad untuk mendapatkan akses ke buku yang dia butuhkan untuk memajukan karirnya dan berkontribusi pada upaya tim di NASA. Pengambilan gambar ini sangat efektif untuk menangkap reaksi dan ekspresi selama percakapan, karena memungkinkan penonton melihat baik pembicara maupun pesan yang disampaikan oleh karakter.Â
Gambar 2: Permasalahan Toilet
Katherine Sedang Berbicara Dengan Rekan
Fokus pada Katherine dalam adegan ini ia baru saja kembali dari toilet dan langsung dihampiri oleh salah satu rekan kerjanya dengan intonasi tinggi menanyakan kemana saja dirinya karena tidak ada di ruangan untuk bekerja selama beberapa saat. Seluruh orang dalam ruangan tersebut menatap kearah Katherine. Akhirnya, Katherine Johnson menjelaskan perjuangannya untuk menemukan toilet yang dekat dengan tempat kerjanya. "Tidak ada toilet untukku di sini, tidak ada toilet berkulit hitam di gedung ini atau di gedung manapun di luar kampus barat" [01:01:44–01:01:57], ini mengisyaratkan adanya diskriminasi rasial karena dia harus berlari setengah mil untuk menggunakan "toilet berkulit hitam" terdekat, yang terletak di bangunan terpisah.Â
Penggunaan full-shot dalam adegan ini memberikan pandangan yang lebih luas dari adegan dan memungkinkan melihat subjek secara keseluruhan termasuk latar belakang dan situasi. Menyoroti kepala hingga kaki, mengamati bahasa tubuh, postur, dan penampilan fisik karakter. Dalam adegan ini juga menunjukkan ketidakberdayaan Katherine sebagai pusat perhatian dalam situasi tersebut, dan dapat dilihat warna pakaian yang ia kenakanpun memainkan peran penting dalam menyoroti diskriminasi yang sedang ia alami dimana warna pakaian yang ia kenakan berbeda dengan warna seragam rekan lainnya.
Pencahayaan dalam adegan ini redup dan terangnya, mencerminkan atmosfer tegang dari situasi tersebut. Absennya musik latar belakang menciptakan pengalaman yang lebih mendalam. Unsur-unsur auditori ini meningkatkan ketegangan.Â
Gambar 3: Adegan di Pengadilan
Mary Jackson Berjuang Untuk Haknya
Dalam adegan ini, Mary Jackson berjuang untuk haknya untuk menghadiri kelas teknik. Penggunaan sudut pandang jarak jauh menunjukkan pengaturan adegan, yang berada di tengah sesi pengadilan, untuk menunjukkan gerakan dan ekspresi Mary yang difokuskan. Adegan di pengadilan menggambarkan pertempuran hukum yang dia lakukan untuk menantang segregasi dan diskriminasi rasial.Â
Diskriminasi rasial tercermin dalam dialog "Hampton High School adalah sekolah kulit putih, Nyonya Jackson" [01:10:56] dan "Virginia, masih merupakan negara yang terpisah, terlepas dari apa yang dikatakan pemerintah federal, hukum kita adalah hukum" [01:10:58-01:11:06]. Keteguhan dan argumen yang jelas dari Mary mengungkapkan ketidakabsurdan dan ketidakadilan dalam menolak kesempatan baginya untuk mengejar impian hanya karena rasnya.Â
Tidak ada audio lagu latar belakang dalam adegan ini bertujuan untuk fokus pada suasana keheningan ketika Nyonya Jackson berusaha mempertahankan hak-haknya. Pencahayaan dalam adegan pengadilan cenderung merata, memastikan kejelasan dan keterlihatan untuk semua karakter yang terlibat.Â
Pencahayaan yang seimbang berkontribusi pada rasa objektivitas, memungkinkan penonton untuk fokus pada dialog, emosi, dan interaksi yang terjadi dalam adegan tersebut. Pilihan pencahayaan juga menekankan seriusnya proses hukum dan pentingnya perjuangan Mary untuk keadilan.
Kesimpulan
Diskriminasi dianggap sebagai penyebab diskriminasi yang dialami oleh tokoh utama di Pusat Penelitian Langley NASA pada tahun 1960-an. Antagonis utama dalam film ini adalah rasisme dan seksisme yang terinstitusionalisasi, yang para tokoh utama hadapi baik di NASA maupun dalam kehidupan sehari-hari mereka. Film ini memberikan gambaran tentang tantangan sosial dan sistemik yang lebih besar yang dihadapi oleh wanita kulit hitam pada era tersebut.Â
Beberapa adegan menggambarkan diskriminasi yang dialami oleh para karakter dalam adegan perpustakaan, adegan toilet terlarang bagi orang berkulit hitam, dan adegan di pengadilan. Rasial diskriminasi tetap menjadi isu yang relevan dalam masyarakat saat ini. Meskipun kita telah melangkah jauh dalam perjuangan untuk kesetaraan rasial, masih ada banyak tantangan yang harus dihadapi.Â
Diskriminasi rasial dapat terjadi dalam berbagai bentuk, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan sering kali berdampak negatif pada individu dan kelompok yang menjadi sasaran diskriminasi. Penting untuk terus menyadari adanya rasial diskriminasi dan bekerja sama untuk mengatasi masalah ini.Â
Penting juga untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan berpegang pada prinsip kesetaraan bagi semua individu, tanpa memandang ras atau latar belakang etnis. Dalam mengatasi rasial diskriminasi, pendidikan dan kesadaran masyarakat memainkan peran yang sangat penting.Â
Dengan meningkatkan pemahaman tentang keragaman, mempromosikan toleransi, dan menghormati hak asasi manusia setiap individu, kita dapat mengurangi dan akhirnya menghilangkan rasial diskriminasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H