Pengertian
Eritroblastosis fetalis merupakan kelainan darah yang mempunyai kemungkinan dapat mengancam nyawa janin atau bayi yang baru lahir. Hal ini pada umumnya disebabkan karena proses pembentukan antibodi terhadap antigen individu lain yang berbeda, atau disebut sebagai isoimunisasi. Antibodi dapat terbentuk karena respon dari tubuh ibu terhadap sel darah janin yang mengandung suatu antigen akibat perbedaan rhesus maupun golongan darah antara ibu dengan janin. Eritroblastosis fetalis biasanya terjadi apabila bayi bergolongan darah rhesus positif sedangkan ibu bergolongan darah rhesus negatif. Seorang anak kemungkinan besar bergolongan darah rhesus positif apabila seorang pria yang bergolongan darah rhesus positif menikah dengan wanita bergolongan darah rhesus negatif, hal ini karena faktor rhesus bersifat dominan secara genetika. Kasus ini biasanya terjadi pada kehamilan anak kedua karena pada kehamilan pertama darah janin tidak banyak yang masuk ke dalam sirkulasi darah ibu sehingga tidak terbentuk antibodi pada tubuh ibu.
Pada kehamilan selanjutnya, antibodi ibu yang terbentuk sesudah proses kelahiran sebelumnya menyerang sel darah janin yang mengadung antigen sehingga janin dalam keadaan yang lebih berbahaya. Akibatnya sel-sel darah janin mengalami hemolisis (pecah) hebat. Berdasarkan data yang ada, diperkirakan bahwa 20% bayi menghadapi isoimunisasi golongan darah, tetapi yang mengalami hemolisis hanya 5%. Eritroblastosis fetalis tidak hanya disebabkan karena proses isoimunisasi, tetapi bisa juga karena hemolisis parah yang tidak didasari isoimunisasi.Â
Gejala-gejala eritroblastosis fetalis antara lain yaitu adanya radang pada hati dan limpa, kekurangan sel darah merah atau anemia, kematian intrauterin, radang di bawah permukaan kulit atau edema, serta masuknya cairan ke dalam ruang pada jaringan tubuh atau disebut juga hidrops fetalis.
Apakah eritroblastosis fetalis dapat disembuhkan atau dicegah dan diobati ?
Menurut pendapat saya, eritroblastosis fetalis tidak dapat disembuhkan, namun dapat dicegah atau diobati.
Pada umumnya orang Asia bergolongan darah rhesus positif. Di Indonesia hanya 0,5 % saja yang bergolongan darah rhesus negatif. Hal ini tentu berbeda dengan orang bule (Eropa, Amerika, dan Australia) yang lebih banyak bergolongan darah rhesus negatif (15%-18%). Rhesus positif (rh positif) yaitu seseorang yang memiliki rh-antigen pada sel darah merahnya, sedangkan rhesus negatif (rh negatif) yaitu seseorang yang tidak memiliki rh-antigen pada sel darah merahnya. Antigen pada manusia tersebut mempunyai peran yang penting dalam transfusi dan dinamakan antigen-D.Â
Hal ini bertentangan dengan sistem ABO, yaitu dimana seseorang yang tidak memiliki antigen A/B akan memiliki antibodi yang bertentangan dengan plasmanya, jadi pada sistem Rhesus pembentukan antibodi hampir selalu oleh sebuah pertanyaan besar apakah itu dari kehamilan atau transfusi. Sistem golongan darah Rhesus bisa dibilang antigen yang paling kuat jika dibandingkan dengan sistem golongan darah lainnya. Anti Rhesus positif (anti-D) sudah bisa dimunculkan apabila pemberian darah Rhesus positif (D+) satu kali saja sebanyak +- 0,1 ml secara parenteral pada individu yang memiliki golongan darah Rhesus negatif (D-) meskipun golongan darah ABOnya sama.
Anti D yaitu antibodi imun tipe IgG yang mempunyai daya endap (sedimentation coefficient) 7 detik, molekul seberat 160.000, thermo bersifat stabil dan bisa ditemukan pada serum, selain itu juga terdapat di cairan tubuh seperti air liur, air ketuban, dan air susu. Imun antibodi IgG anti-D bisa melalui plasenta atau tali pusat dan masuk ke dalam sirkulasi janin, yang menyebabkan janin dapat menderita penyakit hemolisis.Â
Penyakit hemolisis yang diderita janin dan bayi baru lahir merupakan anemia hemolitik yang bisa dibilang parah. Hal ini diakibatkan oleh alloimun antibodi (anti-D atau inkomplit IgG antibodi golongan darah ABO) dan merupakan salah satu komplikasi kehamilan. Antibodi maternal isoimun muncul sebagai reaksi terhadap antigen sel darah merah janin dan bersifat spesifik atau khusus terhadap eritrosit janin. Pasase transplasental antibodi maternal yang merusak eritrosit janin merupakan penyebab hemolisis yang frekuensinya paling sering pada neonatus.
Eritroblastosis fetalis ditandai dengan adanya aglutinasi serta fagositosis sel darah merah janin. Seperti yang telah dibahas di atas, bahwa pada sebagian eritroblastosis fetalis terjadi karena faktor genetika yaitu si ibu janin memiliki darah rhesus negatif, sedangkan si ayah memiliki darah rhesus positif. Hal itu menyebabkan bayi memiliki darah rhesus positif seperti yang diturunkan oleh ayahnya dan ibu membentuk aglutinin anti-Rh akibat terpajan dengan antigen Rh janin. Setelah itu, aglutinin ibu akan berdifusi ke dalam tubuh janin melalui tali pusat dan menimbulkan aglutinasi sel darah merah.
Setelah antibodi anti-Rh terbentuk pada ibu, antibodi ini berdifusi dengan waktu yang cukup lambat melalui membran plasenta ke dalam darah janin. Disini antibodi tersebut mengakibatkan aglutinasi darah janin. Sel darah merah atau eritrosit yang mengalami aglutinasi akan mengakibatkan hemolisis dan melepaskan hemoglobin dalam darah. Kemudian makrofag janin akan mengubah hemoglobin menjadi bilirubin yang menyebabkan kulit bayi menjadi berwarna kekuningan. Antibodi tersebut juga dapat merusak sel-sel tubuh lainnya.
Seorang ibu yang memiliki rhesus negatif yang anak pertamanya memiliki rhesus positif masih bisa dibilang aman dalam proses kehamilannya karena biasanya belum membentuk aglutinin anti-Rh dalam jumlah yang cukup untuk memunculkan penyakit yang berbahaya bagi tubuh. Namun pada kelahiran anak kedua, ketiga, dan seterusnya akan ada kemungkinan eritroblastosis yang akut tersebut akan terus bertambah persentasenya.
Umumnya, ada dua tipe penyakit inkompabilitas, yaitu inkompabilitas ABO serta inkompabilitas rhesus. Kedua hal tersebut memiliki gejala yang hampir sama. Namun, penyakit inkompabilitas rhesus atau yang sebutan akrabnya eritroblastosis fetalis tergolong lebih akut karena antibodi anti Rh yang melalui plasenta atau tali pusat lebih menetap apabila dibandingkan dengan antibodi anti A atau anti B. Persentase individu yang mengidap penyakit inkompabilitas rhesus (rhesus negatif) yaitu 5% pada ras berkulit hitam dan 15% pada ras berkulit putih, serta jarang ditemukan pada bangsa Asia. Orang Indonesia jarang yang memiliki rhesus negatif, kecuali adanya kasus perkawinan dengan orang asing yang memiliki rhesus negatif, maka ada kemungkinan anak dari perkawinan campuran tersebut memiliki rhesus negatif. Â Â
Yang akan kita bahas di sini adalah inkompabilitas rhesus yang dapat diakibatkan oleh isoimunisasi maternal dari paparan ke antigen Rh janin pada kehamilan pertama maupun isoimunisasi maternal ke antigen Rh oleh transfusi darah Rh positif. Mayoritas inkompabilitas Rh terjadi pada janin yang memiliki Rh positif dan ibunya yang memiliki Rh negatif. Faktor Rh adalah semacam senyawa yang terbentuk dari protein sebagai komponen utama, suatu antigen dalam sel darah merah. Adanya faktor Rh membuat sel darah tidak cocok terhadap sel-sel darah yang tidak memiliki antigen.Â
Faktor Rh akan bermasalah ketika darah dengan Rh negatif mengalami kontak dengan darah Rh positif. Sistem imun dari orang dengan Rh negatif dapat memproduksi antibodi untuk melawan darah Rh positif karena ia menganggap darah Rh positif sebagai antigen dan penyerang yang berbahaya.Â
Antibodi inilah yang menyebabkan masalah dalam kehamilan. Pada kasus ini, biasanya anak pertama lahir sehat karena ibu belum banyak mempunyai bahan-bahan penolak terhadap antigen Rh, asalkan sebelumnya ibu tidak menerima transfusi darah dari orang yang mempunyai Rh positif maupun tidak menderita abortus. Hal ini mengakibatkan pasangan suami istri tersebut hanya dapat memiliki 1 atau 2 orang anak saja, karena jika melahirkan lagi, kemungkinan besar anak selanjutnya akan lahir dengan tidak normal atau bahkan dapat meninggal. Biasanya, risiko terbentuknya antibodi pada kelahiran pertama sebanyak 8%, sedangkan pada kehamilan kedua persentase risikonya akan meningkat menjadi 16% sebagai akibat sensitisitas pada kehamilan pertama. Kurang lebih 1% dari wanita akan mengalami sensitisasi selama kehamilan.
Pencegahan pembentukan antibodi anti-Rh
Seperti yang kita lihat di atas, eritroblastosis fetalis merupakan penyakit yang mengerikan, bukan? Namun tenang saja, ada beberapa cara untuk mencegah datangnya penyakit tersebut. Yang pertama adalah pencegahan pembentukan antibodi anti-Rh. Salah satu cara yang biasa digunakan adalah dengan memberikan suntikan yang dipercaya mampu menghalangi terbentuknya anti-Rh dalam darah ibu.Â
Biasanya, imunisasi dari ibu Rh negatif berlangsung selama kelahiran bayi Rh positif, yaitu saat eritrosit Rh positif masuk ke dalam aliran darah ibu, maka pada saat inilah kemungkinan ibu tidak akan membentuk anti-Rh. Gamma globulin yang merupakan bagian darah yang membawa antibodi akan dipisahkan dari orang yang menghasilkan antibodi Rh positif, dikonsentrasikan, lalu disuntikkan kepada ibu Rh negatif yang mempunyai anak dengan Rh positif dalam waktu sekitar 72 jam sesudah bayi lahir. Pembentukan antibodi ditekan rendah karena antibodi yang disuntikkan mengelilingi sel-sel Rh positif dari janin ke dalam sirkulasi darah ibu dan mencegah terbentuknya lebih banyak antibodi.
Pencegahan eritroblastosis fetalis
Yang kedua adalah cara mencegah eritroblastosis fetalis. Antigen D dalam sistem golongan darah Rh menjadi sumber masalah utama yang mengakibatkan munculnya reaksi imun dari darah ibu dengan Rh negatif terhadap darah janin yang dikandungnya yang mempunyai darah Rh positif (atau sebaliknya). Penurunan angka eritroblastosis yang cukup signifikan dicapai dengan pengembangan globin imunoglobin Rh, yang merupakan suatu antibodi anti-D yang dimasukkan ke dalam darah ibu hamil, dan dimulai dari usia kehamilan sekitar 28 hingga 30 minggu.Â
Antibodi anti-D juga dimasukkan ke dalam darah ibu Rh negatif yang melahirkan bayi dengan darah Rh positif untuk mencegah sensitisasi ibu terhadap antigen D. Hal ini tentunya sangat mengurangi risiko terbentuknya sejumlah besar antibodi D selama kehamilan berikutnya. Mekanisme yang dipakai globin immunoglobulin Rh untuk mencegah sensitisasi terhadap antigen D tidak sepenuhnya bisa dipahami dan dipastikan. Tetapi salah satu efek samping dari antibodi anti-D adalah menperlambat produksi antibodi yang terinduksi antigen dari limfosit B pada ibu yang hamil. Antibodi anti-D yang dimasukkan akan melekat di tempat pengikatan antigen D pada sel darah merah janin dengan Rh positif yang bisa menembus plasenta dan memasukki sirkulasi darah ibu. Maka dengan hal itu akan mengganggu respon imun terhadap antigen sehingga darah ibu dan janin akan memiliki jenis rhesus yang sama.
Pengobatan eritroblastosis fetalis pada bayi baru lahir
Namun, bagaimana bila eritroblastosis fetalis sudah terlanjur menyerang si bayi baru lahir ? Jangan khawatir, karena ada solusinya walaupun membutuhkan waktu yang relatif lama karena harus mengeluarkan semua darah Rh positif. Kira-kira sebanyak 4000 mililiter darah Rh negatif akan dimasukkan ke dalam tubuh bayi melalui transfusi selama 1,5 jam atau lebih. Cara ini dilakukan secara berulang pada bayi baru lahir dengan waktu yang telah ditentukan dengan tujuan menjaga kadar bilirubin agar tetap rendah dan dapat mencegah kernicterus selama berminggu-minggu. Sesudah sel darah Rh-negatif dari transfusi ini diganti dengan darah Rh-positif milik bayi, yang merupakan suatu proses yang memerlukan waktu sekitar 6 minggu atau lebih, maka agglutinin anti-Rh yang berasal dari ibu telah dihancurkan.
Kesimpulan
Berdasarkan pendapat saya serta adanya informasi yang ada, maka saya menyimpulkan bahwa eritroblastosis fetalis tidak dapat disembuhkan karena itu merupakan faktor genetik, tetapi hal tersebut dapat dicegah dan diobati dengan beberapa cara di atas.
Sumber
http://kamuskesehatan.com/arti/eritroblastosis-fetalis/
https://www.klinikherbaldunia.com/golongan-darah-rhesus-penyebab-eritroblastosis-fetalis/
https://www.klinikherbaldunia.com/cara-memeinimalisasi-resiko-eritroblastosis-fetalis/
https://www.scribd.com/doc/218913799/Eritroblastosis-Fetalis
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI