Definisi Sel Punca
Sel yang belum mengalami diferensiasi dan memiliki kemungkinan yang amat besar untuk berkembang menjadi jenis sel yang berbeda-beda di dalam tubuh disebut sel punca (stem cell). Sel punca berfungsi untuk meregenerasi sel-sel tubuh yang rusak agar organisme dapat tetap hidup. Sel punca yang mengalami pembelahan dapat berkembang menjadi sel jenis lain dengan fungsi yang lebih spesifik seperti sel otak, sel darah merah, dan sel otot, atau tetap menjadi sel punca.Â
Sel punca memiliki dua ciri khusus yang membedakan dirinya dengan jenis sel yang lain. Yang pertama adalah sel punca belum mengalami spesialisasi fungsi tetapi ia melakukan pembelahan sel untuk memperbarui dirinya walaupun ia sudah tidak aktif dalam waktu yang cukup lama. Selain itu, sel punca bisa diinduksi agar menjadi sel yang memiliki kegunaan tertentu, misalnya seperti sel jaringan dan sel organ yang mempunyai pekerjaan sendiri dalam kondisi tertentu.
Sel punca dewasa merupakan sel yang dapat memperbarui dirinya dan berkembang menjadi sel yang sesuai dengan jaringan asalnya. Ia terletak pada jaringan dewasa dan dapat melakukan pembelahan diri secara otomatis. Walaupun pada umumnya sebagian besar sel punca dewasa hanya dapat menghasilkan satu atau beberapa jenis sel yang berkaitan dengan jaringan aslinya, namun dewasa ini para peneliti menyatakan bahwa sel punca dewasa dapat dimanipulasi agar dapat menjadi berbagai macam sel lainnya.Â
Sel punca dewasa mempunyai kemampuan untuk menghasilkan sel-sel yang memiliki keseimbangan internal yang ideal (peranan homeostasis) akibat adanya respon dari sinyal regulasi. Sel punca dewasa memiliki sifat dapat diambil dan dicangkokkan dari orang yang sama sehingga dapat mengantisipasi adanya penekanan sistem imun.
Apakah sel punca dapat menggantikan organ jantung yang mengalami kegagalan?
Saya setuju bahwa sel-sel punca dapat menggantikan organ jantung yang mengalami kerusakan atau kegagalan.
Dengan maraknya penyakit yang ditemukan pada jaman sekarang, baik penyakit menular maupun tidak menular menjadikan peran obat sebagai satu-satunya penyembuh semakin berkurang. Gagal jantung merupakan sebuah penyakit serius dimana jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya tidak dapat mencukupi kebutuhan normal tubuh akan zat-zat makanan dan oksigen. Pasien yang gagal jantung mengalami kerusakan otot jantung yang cukup akut dan menimbulkan daya pompa jantung yang menurun drastis. Salah satu cara untuk mengobatinya adalah dengan transplantasi jantung.Â
Banyak pasien mencoba hal ini, namun tindakan transplantasi jantung tidaklah mudah dan banyak kendala yang harus dihadapi. Antara lain seperti sulitnya donor dan perlunya pemberian obat imunosupresif untuk mencegah penolakan tubuh. Tetapi, akhirnya ditemukan alternatif lain yaitu pengobatan dengan sel punca. Terapi sel punca mulai dikembangkan di dunia pada 1996 dan di Indonesia pada 2007. Namun untuk di Indonesia, terapi ini masih dalam penelitian dan pengembangan. Sel  punca ini diyakini akan menjadi pengobatan yang akan menggeser pengobatan dengan obat dan suntik.Â
Terapi dengan sel punca memiliki tujuan untuk memperbaiki dan meregenerasi jaringan yang rusak atau mati pada jantung. Hal ini berbeda dengan transplantasi jantung. Apabila transplantasi jantung dilakukan dengan mengganti jantung yang rusak dengan jantung lain, pengobatan sel punca dilakukan dengan diciptakannya pembuluh jantung baru dan otot jantung baru yang sehat di jantung yang sudah sakit. Sel punca dapat diambil dari embrio, darah tali pusat bayi baru lahir, serta dari orang dewasa. Sel punca dari embrio dapat berdiferensiasi ke semua jenis sel-sel khusus pada janin.Â
Tetapi dewasa ini, sel punca embrio belum dikembangkan di Indonesia karena etikanya masih diperdebatkan. Sel punca dewasa bisa diambil dari tubuh pasien sendiri (autologous) atau orang lain (allogenic), dan berfungsi sebagai regenerator dan memperbaharui jaringan, seperti darah, sel-sel kulit, atau usus. Sel punca juga mempunyai kemampuan mengembara menuju ke jaringan yang rusak dan bergabung dengan sel lain di jaringan tersebut. Sel ini dapat menuju ke jaringan yang rusak dan beralih menjadi otot jantung dan sel pembuluh darah jantung baru lalu bergabung dengan sel lain di tempat itu apabila disuntikkan ke jantung.
Pada pengobatan penyakit jantung, sel punca diambil dari sumsum tulang ke dalam sirkulasi darah. Tujuannya adalah agar lebih mudah diambil setelah dirangsang dengan obat tertentu. Cara yang memiliki frekuensi paling sering dilakukan oleh pasien adalah dengan menyuntikkan sel induk langsung ke dalam pembuluh darah koroner.Â
Sel induk dapat diperoleh dari jaringan lemak, otot rangka, serta tali pusat. Cara ini sering digunakan karena mudah, relatif tidak mahal, aman, karena tubuh tidak akan menolak sel itu. Hal ini baik untuk penderita pasca serangan jantung yang sudah mengalami intervensi koroner perkutan dan pemasangan stent pada pembuluh darah yang semula tertutup saat serangan. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menyuntikkan sel induk langsung ke otot jantung.Â
Dalam kasus ini, sel induk dapat disuntikkan dengan operasi terbuka. Namun cara ini sangat berkebalikan dengan cara sebelumnya, karena cara ini mahal, amat invasif, mempunyai risiko tinggi, dan tidak semua daerah pada jantung dapat dicapai. Cara lainnya adalah dengan menyuntikkan melalui kateter yang dimasukkan ke dalam bilik jantung.
Beberapa saat yang lalu ditemukan sistem baru pemberian sel punca pada jantung, yaitu sistem NOGA. Sistem NOGA menggunakan alat yang memetakan secara teliti dan tepat daerah jantung yang butuh terapi sel punca sehingga kateter bisa diarahkan dengan tepat sehingga penyuntikan akan tepat sasaran ke lokasi target. Sistem ini digunakan untuk pengobatan jantung yang mengalami kerusakan lanjut disertai gagal jantung atau angina (nyeri dada akibat penyempitan pembuluh koroner).
Ada beberapa jenis sel punca pilihan, seperti mioblas, derivat sumsum tulang dan darah, dan derivat sel darah umbilikus. Mioblas berasal dari sel satelit otot rangka yang dapat memperbaiki kerusakan jaringan tersebut. Setelah terjadi cedera otot, mioblas skeletal akan berkembang dan membentuk jaringan otot baru, sehingga hal inilah yang menyokong mioblas sebagai kandidat pertama untuk digunakan pada perbaikan otot jantung. Dengan menggunakan mioblas autologus untuk penderita penyakit jantung, maka hal-hal seperti usia jaringan donor yang pendek dan efek samping penggunaan imunosupresan dapat ditanggulangi.Â
Tidak hanya itu, melainkan regenerasi dan kontraksi otot jantung yang sebelumnya mengalami infark dapat dicapai. Mioblas autologus juga mempunyai kelemahan yaitu besarnya jumlah sel autologus yang dapat dikembangkan di laboratorium. Pada kondisi donor yang sehat dan pasien dengan gagal jantung kronis, tidak memerlukan terapi sel punca yang segera. Tetapi pada kondisi infark akut dimana pemberian terapi sedini mungkin sangat dibutuhkan, maka sel-sel alternatif harus dapat segera ditentukan dan siap pakai dalam jumlah yang cukup.
Sumsum tulang dan darah perifer mengandung sekumpulan sel yang dapat berdiferensiasi menjadi sel lain, seperti sel punca hematopoietik, sel punca mesenkimal, dan sel progenitor endotelial. Sedangkan derivat dari umbilikus mudah didapatkan dalam jumlah yang cukup, memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi berbagai macam sel, tidak bermasalah dalam hal etika seperti halnya sel punca embrionik, dan memiliki efek imunogenik yang rendah bila dibandingkan dengan sel-sel sumsum tulang. Apabila sel darah umbilikus diisolasi dan disimpan pada saat kelahiran, sel-sel ini dapat menyediakan sumber sel punca autologus untuk mengobati kerusakan miokardium di kemudian hari.
Keamanan dan ketersediaan mioblas dan sel-sel punca sumsum tulang masih terus dievaluasi dan diteliti lagi, termasuk cara pemberiannya. Jenis-jenis dari sel punca yang telah disebutkan di atas memiliki kelebihan serta kekurangannya masing-masing. Namun dari semuanya, yang paling diminati oleh banyak orang adalah dengan cara infus intrakoroner yang menggunakan kateter balon standar. Cara ini berfungsi untuk perbaikan kardiomiosit dengan sel progenitor.Â
Karena dengan cara inilah, sel punca dapat ditransplantasikan secara langsung hanya ke dalam daerah miokardium dimana aliran darah dan suplai oksigen dapat dipertahankan. Â Dengan begitu, maka dapat memastikan lingkungan yang berguna untuk daya tahan sel, sebagai syarat agar transplantasi menetap. Hal ini tentunya berbeda dengan pemberian sel progenitor secara intra arterial yang memerlukan migrasi dari pembuluh darah ke dalam jaringan sekitarnya. Ini berarti bahwa daerah miokardium yang tidak diperfusi akan menjadi target yang kurang efisien.
Keberadaan Terapi Sel Punca di Indonesia
Keberadaan cara pengobatan dengan sel punca di Indonesia adalah di Laboraturium ReGenic (Regenerative and Cellular Therapy), yang mana merupakan laboratorium pertama di Indonesia yang memiliki legalitas dalam pengolahan sel punca atau stem cell untuk terapi. Namun isu beredar di Indonesia bahwa biaya untuk pengobatan dengan terapi sel punca ini membutuhkan biaya yang cukup besar, serta perangkat dan teknologinya masih dalam kondisi terbatas.
Kesimpulan
Terapi sel punca untuk perbaikan miokard masih merupakan pilihan terapi yang dapat dikembangkan baik secara klinik maupun preklinik. Sel-sel punca yang dapat digunakan untuk perbaikan miokardium antara lain mioblas, derivat darah, dan sum-sum tulang serta derivat sel darah umbilicus, yang mana masing-masing dengan kelebihan serta kekurangannya. Pemanfaatan sel punca sebagai alternatif terapi bagi penderita penyakit jantung, didasarkan pada potensi sel punca untuk memperbaharui jaringan jantung dengan cara regenerasi dari sel otot jantung, stimulasi pertumbuhan pembuluh darah baru (bloodvessels), serta sekresi faktor pertumbuhan.Â
Walaupun sel punca telah memberikan sercecah harapan dalam pengobatan gagal jantung kronik, namun masih banyak hal yang perlu ditingkatkan lagi dan diteliti lebih lanjut, seperti jenis sel yang paling tepat untuk perbaikan miokardium, cara dan waktu pemberian, dosis yang paling aman, dan juga angka harapan hidup. Para ilmuwan pun harus mampu memanipulasi sel embrional agar lebih meyakinkan bahwa sel punca merupakan terapi unggulan di masa depan, sehingga sel-sel ini mempunyai karakteristik yang dibutuhkan untuk keberhasilan dalam berdiferensiasi, transplantasi, dan engraftment.Â
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh para peneliti untuk menjamin keberhasilan pengobatan, yaitu ilmuwan harus berusaha untuk dapat mengendalikan perkembangan sel-sel tersebut, dan kemudian hasilnya dapat dipakai dalam uji klinik untuk kebutuhan transplantasi, serta menstimulasi sel embrional agar dapat memperlihatkan reproducibly yang tinggi, sehingga proses penyembuhan lebih terjamin.
Teknik pengobatan sel punca ini merupakan tantangan yang masih harus ditelusuri sehingga pengobatan dengan sel punca benar-benar memberikan manfaat yang lebih besar dibanding pengobatan konvensional. Dengan demikian, perlu dicari solusi untuk menghindari masalah penolakan kekebalan tubuh pasien terhadap sel punca yang ditransplantasikan. Maka, dapat disimpulkan bahwa terapi sel punca akan memberikan harapan yang besar sebagai alternatif pengobatan masa depan, dan semoga teknik ini dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kesembuhan dan keselamatan para penderita dalam berjuang melawan penyakit yang semakin kompleks, sehingga kualitas kehidupan manusia akan semakin meningkat.
Sumber:Â 1Â |Â 2Â |Â 3Â |Â 4Â |Â 5Â |Â 6Â |Â 7Â |Â 8Â |Â 9Â |Â 10| 11 |Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI