Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seru dalam Senyap, Kisah Workshop bersama Penyandang Disabilitas

13 Agustus 2024   10:23 Diperbarui: 16 Agustus 2024   21:00 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana rasanya, ketika lagu Indonesia Raya bergema,  dengan nada penuh semangat, namun yang kamu dengar hanya kesenyapan. Hanya bisa melihat sosok konduktor di depan memberi aba-aba.

Kurang lebih itu yang saya bayangkan ketika mengikuti workshop dengan sekitar 30 peserta tuna rungu. Teman-teman tuna rungu menggerak-gerakan tangan, bahasa isyarat sebagai pengganti nyanyian.

Demikian pula ketika sesi berdoa bersama sesuai keyakinan masing-masing. Salah satu perwakilan dari mereka memimpin dengan bahasa isyarat yang diikuti peserta lainnya.

Dunia mereka senyap. Tak ada gemuruh lagu yang membangkitkan semangat kepahlawanan. Tak ada lantunan merdu ayat-ayat suci Al-Qur'an.

Namun mereka tetap bisa ikut meleburkan diri dalam semangat kebangsaan. Turut khusyuk berdoa.

Daftar Isi:

  • Dunia yang Memarjinalkan Penyandang Disabilitas
  • XL Axiata Peduli Hadir untuk Dilans
  • Keseruan Acara XL Axiata Peduli Disabilitas Siap Kerja

Sebetulnya mereka tak masalah dengan dunia yang senyap. Kesenyapan telah menemani mereka sejak lahir.

Yang mereka tak paham, dunia terdiri dari non disabilitas dan disabilitas. Tapi mengapa fasilitas untuk kehidupan yang lebih baik, hanya didesain untuk kelompok non disabilitas? Sehingga mereka termarginalkan dalam kesempatan pendidikan, kesehatan, lowongan kerja dan lainnya.

Hambatan inilah yang dialami sepupu saya. Sejak dini dia teridentifikasi tuli total (Totally Deaf) sehingga dikirim ke Sekolah luar biasa (SLB) Dena Upakara, Wonosobo  yang membantunya untuk bisa melanjutkan belajar di sekolah umum, bahkan bisa kuliah dengan mengandalkan gerak bibir pengajar dan membaca buku.

Dukungan terbaik yang dilakukan orangtua dan kerabat ternyata tak cukup. Dia merasa "dibuang" ketika harus sekolah berjauhan dengan orangtuanya yang tinggal di Jakarta. Dia merasa putus asa, kala telah berjuang kuliah dan akhirnya berhasil diwisuda, ternyata tak satu pun perusahaan menerimanya bekerja.

Karena itu, berkali-kali dia berpikir untuk meninggalkan dunia yang fana ini, untunglah keyakinan agama menghalangi keinginan yang konyol tersebut.

Begitu besar dukungan orangtua dan kerabat untuk saudara sepupu, baik dalam bentuk kasih sayang maupun materi, toh dia tetap merasa terpuruk.

Bagaimana halnya dengan teman-teman disabilitas yang tidak beruntung? Mungkin mereka lebih terpuruk karena dikucilkan  anggota keluarga yang merasa malu.

Untuk itulah XL Axiata Peduli hadir.

sumber:maria-g-soemitro.com
sumber:maria-g-soemitro.com

XL Axiata Peduli Hadir untuk Dilans

"Acara Dilans masuk dari pintu itu,' kata seseorang sewaktu saya menjejak trotoar di Jalan Ir H, Juanda nomor 23 Bandung. Saya mengangguk dan mengucapkan terimakasih.

Ternyata, ada beberapa bangunan di balik pintu. Takut nyasar,  saya mencoba menyusul dua orang, laki-laki dan perempuan, yang telah lebih dulu tiba, untuk bertanya apakah mereka juga sedang menuju acara yang sama. Keduanya tak menjawab.

Beberapa waktu kemudian, saya baru mengetahui keduanya merupakan peserta kegiatan Penguatan Kapasitas XL Axiata Peduli Disabilitas Siap Kerja yang berlangsung pada 10-11 Agustus 2024 di  Dilans Indonesia Fragment Project Lt3. Jl. Ir. H. Juanda no 23, Bandung.

Keduanya tuna rungu. Kecuali berhadapan wajah, keduanya tak mengetahui saya sedang bertanya.

Tak kurang dari 200 orang penyandang Disabilitas dan Lanjut usia (Dilans) yang mendaftar untuk event XL Axiata Peduli di 4 kota, yaitu: Medan, Surabaya, Bandung dan Jakarta. Mereka tergabung dalam Gerakan Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) dan Rumah Quran Isyaroh.

Dari jumlah tersebut hanya 30 peserta yang lolos seleksi untuk setiap kota. Dengan kriteria diantaranya lulus sekolah lanjutan atas, memiliki smartphone dan bisa mengoperasikannya, serta kriteria lainnya.

Seleksi ini harus dilakukan karena pasca mengikuti pelatihan, beberapa orang yang lolos akan mendapat kesempatan bekerja di XL Axiata, sesuai lokasi workshop. Seperti pelatihan di Bandung kali ini, peserta yang lolos mendapat kesempatan bekerja di XL Axiata Bandung.

Untuk menjamin kelancaran dan keberhasilan event, XL Axiata juga menggandeng banyak pihak, diantaranya  Komunitas Blogger Crony, BenihBaik.com, Rumah Difabel Sharaswaty, Deaf Feminist Community, Yayasan Peduli Kasih, Dilans Indonesia, DPP PPDI Disabilitas dan Tiba Surabaya.

  

sumber:maria-g-soemitro.com
sumber:maria-g-soemitro.com

Keseruan Acara XL Axiata Peduli Disabilitas Siap Kerja

Butuh durasi waktu lebih lama, kurang lebih demikian kesimpulan saya tentang pelatihan berjudul "Penguatan Kapasitas XL Axiata Peduli Disabilitas Siap Kerja" ini. Karena narasumber harus memberi waktu untuk penterjemah dalam bahasa isyarat dan memastikan pelafalan bagi peserta yang membaca gerak bibir.

Walau seperti telah saya tulis di atas, tak berlaku ketika lagu Indonesia Raya dikumandangkan. Bedanya peserta non difabel akan berdiri khidmat dan ikut bernyanyi sesuai arahan konduktor. Sedangkan peserta disabilitas menggerak-gerakkan tangan sebagai bahasa isyarat sesuai lirik lagu.

Di antara mereka ada yang ikut bernyanyi, tapi tentu saja tidak sesuai pengucapan non disabilitas, karena mereka belum pernah mendengar lafal lirik lagu tersebut

Demikian pula sesi berdoa bersama, penyandang disabilitas menggunakan bahasa isyarat untuk menggantikan ucapan doa.

Keseruan terjadi ketika memasuki sesi pembahasan materi, karena para peserta yang termasuk generasi milenial ini pastinya akrab dengan teknologi informasi yang berkembang pesat. Narasumber hanya perlu mengarahkan peserta tentang penggunaan teknologi informasi yang multi manfaat.

Untuk menjamin penyerapan materi dan implemenentasinya di kemudian hari, pelatihan dilaksanakan 2 hari, yaitu:

Tanggal 10 Agustus 2024, diisi pemateri:

  • Akbar Muhibar, dosen multimedia & fasilitator literasi digital Blogger Crony memberikan materi "Dokumentasi Audiovisual & Event"

Tanggal  11 Agustus 2024 diisi pemateri:

  • Dudi Rustandi, Dosen dan Praktisi Media memberikan materi: "Publikasi Digital di Media Sosial"
  • Ritchie Ramadhan, pelaku digital workspace memberikan materi " Digital Workplace "

Akbar Muhibar pemberi materi "Dokumentasi Audiovisual & Event" memberikan pemahaman agar peserta "gak asal jepret" objek, melainkan harus memperhatikan pencahayaan, rule of third serta cara menangkap gambar yang benar.

Termasuk cara memilih momen yang bernilai berita. Hal yang sampai sekarang masih menjadi pekerjaan rumah untuk saya. ^^

Paska pemberian materi, peserta memraktikkan apa yang dipelajari selama 15 menit, membuat caption kemudian mempresentasikannya.

sumber:maria-g-soemitro.com
sumber:maria-g-soemitro.com

Mudah? Enggak! Enggak semua orang lihai memilih dan menyusun caption yang tepat. Bisa dilihat dari beberapa unggahan konten di media sosial. Banyak yang kesulitan, akhirnya hanya mengunggah gambar tanpa caption.

Karena itu, angkat jempol pada para peserta yang berhasil membuat caption dan mempresentasikan di depan peserta lain, dalam waktu singkat.

Sebagai penutup, XL Axiata Peduli  memberi fasilitas test Grafologi, dengan cara  menulis di selembar kertas tentang kegiatan mereka hari itu.

Test Grafologi yang bertujuan mengetahui karakter seseorang ini tidak hanya membantu peserta yang lolos masuk bekerja di XL Axiata, juga agar peserta lain bisa mengetahui kelebihan serta kekurangan mereka.

Seru bukan pelatihan yang diselenggarakan XL Axiata Peduli ini? Gak sekadar menunaikan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang kewajiban perusahaan swasta mempekerjakan paling sedikit 1% penyandang disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja. Juga membekali banyak penyandang disabilitas dengan ilmu.

Sehingga mereka yang tidak lolos seleksi bisa tetap menatap masa depan yang lebih baik. Dan memberi kontribusi nyata bagi negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun