Yang pasti banyak jalan menuju Roma, banyak pintu terbuka jika ingin mendapat beasiswa kuliah di Jepang. Jadi semangat ya?
Membuka Akses Pekerjaan ke Jepang
"9 juta rumah di Jepang tak berpenghuni dan diambil alih oleh negara" demikian bunyi berita media mainstream yang mencerminkan jumlah penduduk Jepang yang semakin merosot, hingga banyak rumah tinggal kehilangan pewarisnya.
Penyebabnya tidak saja Jepang telah melewati masa bonus demografi (1950), juga keengganan pasangan suami istri (pasutri) Â muda.untuk memiliki anak.
Di pihak lain, Indonesia sedang mengalami bonus demografi (2020-2030). Yang dimaksud bonus demografi adalah fenomena jumlah penduduk usia produktif sangat besar, sedang proporsi usia muda sudah semakin kecil dan proporsi usia lanjut belum banyak.
Nah jika ingin menabung untuk investasi masa depan seperti yang dilakukan pasutri Sunyoto Indra Prayitno dan Syarah, yang kini sedang mengajukan gugatan milyaran rupiah terhadap mantan motivator kondang, Mario Teguh, maka bekerja di Jepang bisa jadi bahan pertimbangan.
Jangan lupa, Jepang merupakan negara dengan beragam industry otomotif dan teknologi yang sangat terkenal. Kini pun mungkin Anda mengendarai sepeda motor/mobil hasil industry Jepang.
Ada kisah menarik dari anak saya yang sedang kuliah di Jepang, walau mendapat beasiswa, dia harus bekerja paruh waktu untuk mencukupi biaya hidup sehari-hari.
Nah dia mendapat income dari warga Jepang yang ingin melatih percakapan dalam Bahasa Inggris. Penghasilannya tentu sangat lumayan, lebih besar dibanding bekerja di caf sebagai pelayan/tenaga cuci piring. Dan tentu saja, butuh kecakapan Bahasa Inggris dan Bahasa Jepang untuk melakukannya.
Memotivasi untuk Mempelajari Bahasa Asing Lainnya
Seperti telah ditulis di atas, mereka yang "mengoleksi" banyak skill akan berpotensi lebih sukses, baik sebagai pegawai kantoran maupun pengusaha.