Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Tertolong Agen BRILink, Saat Mudik ke Kota Bandung

24 Mei 2022   11:19 Diperbarui: 24 Mei 2022   11:24 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

      

Mudik ke dalam kota? Apa maksudnya?

Interpretasi kita umumnya mudik adalah pulang ke desa. Nah kali ini karena sebulan lalu saya pindah ke suatu desa di Kabupaten Sumedang, maka ketika harus halal bihalal di Kota Bandung, bisa dikatakan sedang mudik bukan?

Sensasinya jelas sangat berbeda. Apabila mudik dari perkotaan, kita akan berjibaku dengan polusi, kemudian bertemu dengan udara bersih.

Kali ini kebalikannya, begitu keluar dari rumah, mata akan dimanjakan gerumbul jeruk di pohonnya,buah kedondong yang berayun-ayun nun di puncak pohon, sesudah itu barulah bertemu dengan crowdednya lalu lintas kota.

Namun ada persamaannya, setiap mudik butuh dana untuk biaya perjalanan, membeli oleh-oleh, jajan serta pernak pernik pengeluaran mudik lainnya.

Dulu sih saya gak pernah bingung. Asalkan e-wallet terisi, demikian juga saldo rekening bank mencukupi, maka dengan mudah,aman dan cepat, kita bisa melakukan transaksi QRIS.

Bahkan andai membutuhkan uang tunai, dengan mudah kita bisa melakukan tarik tunai di ATM terdekat. Gak ada ATM? Minimarket bertebaran di seluruh penjuru, siap memberikan layanan fasilitas tarik tunai

Sayangnya, kondisi ini belum terjadi di pedesaan. Butuh transaksi belanja kebutuhan sehari-hari? Ya, harus siapkan uang tunai! Demikian pula jika ingin jajan, di sini gak ada pedagang yang menyiapkan mesin Electronic Data Capture (EDC), yaitu mesin yang digunakan untuk transaksi non tunai. (sumber)

Akibatnya, saya kehabisan uang tunai saat berangkat untuk halal bihalal ke rumah kerabat di Kota Bandung. Rasanya naas banget. Gegar budaya bukan terjadi dari budaya konservatif ke budaya digital, ini malah sebaliknya.

Untuk menghemat uang tunai di dompet yang sudah menipis, saya melakukan beberapa penghematan. Diantaranya berjalan kaki sesuai kemampuan dan menggunakan bus Damri. Terobosan pemerintah yang harus diapresiasi karena murah dan menerapkan ongkos gratis untuk salah satu trayeknya.

Harus berdesak-desakan sih, tapi happy karena banyak pengalaman manis. Selain itu, didekat tujuan bus yang saya tumpangi, terminal bus Elang Bandung, ada  Agen BRILink langganan, milik Pak Sigit.

Saya menyebutnya agen BRILink, tapi resminya adalah Laku Pandai atau pelaku bisnis yang menyediakan layanan perbankan dan layangan keuangan lain, namun tidak melalui jaringan kantor. Penjelasan rinci tentang laku pandai pernah saya tulis di sini dan di sini

Nah Pak Sigit ini semula berjualan pulsa dan ponsel bekas. Lini bisnisnya bertambah dengan menjadi agen BRILink. Hasilnya sama-sama menguntungkan. Omzet Pak Sigit bertambah, sedangkan saya memperoleh sejumlah uang tunai dengan mudah, aman dan cepat. Sehingga saya bisa tersenyum lega menuju toko oleh-oleh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun