Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Nggak Mau Impor Beras? Pilih SRI Bukan Waduk!

16 Februari 2022   08:07 Diperbarui: 17 Februari 2022   11:59 1123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika Anda tertarik menanam padi sendiri, bisa banget mengikuti caranya:

  1. Siapkan polybag, benih dan media tanah.
  2. Lakukan persemaian, pada usia 7 -14 hari setelah semai, pindahkan satu bibit per lubang/per polybag. Beri jarak 30 cm x 30 cm pada penerapan SRI di sawah.
  3. Siram dengan air pada pagi dan sore hari. Untuk penanaman padi SRI di sawah lakukan pemberian air irigasi terputus-putus tanpa penggenangan di petak sawah.
  4. Sebisa mungkin gunakan pupuk organik dan pestisida organik.

Pak Supardiyono Sobirin, pakar DPKLTS memberi penjelasan tentang keunggulan metode SRI sebagai berikut:

  1. Hemat air karena tak perlu merendamnya dalam kubangan air. Cara konvensional tersebut sangat merugikan, bibit padi rentan rusak, sehingga petani harus menanam banyak bibit dalam satu lubang. Hasil padi juga tidak maksimal karena sebagian energi digunakan oleh akar tanaman padi agar bisa mencengkram tanah yang tergenang air.
  2. Hemat biaya. Karena hanya menanam 1 bibit pada 1 lubang, metode SRI hanya membutuhkan 5 kg benih/ha. Hemat biaya juga terjadi dengan hilangnya biaya pencabutan bibit, biaya pindah bibit serta biaya-biaya lain yang yang timbul dalam pertanian konvensional.
  3. Hemat waktu. Selain penanaman pada usia 7 -14 hari setelah semai, tanaman padi dengan metode SRI mempunyai  waktu panen lebih awal.
  4. Produksi meningkat, di beberapa tempat bisa mencapai 11 ton/ha. Hal ini terkait penjelasan nomor 1, energi tanaman padi metode SRI tidak tercurah pada akar yang harus hidup dalam genangan air. Cara penanaman satu lubang satu bibit, juga membantu memaksimalkan pertumbuhan tanaman padi, dia tidak harus berbagi zat hara seperti penanaman padi cara konvensional yang menanam banyak bibit dalam 1 lubang.
  5. Ramah lingkungan. Metode SRI menganjurkan penggunaan pupuk organik (kompos, kandang dan MOL), dan pestisida organik.

Bukan Waduk Melainkan Penambangan Andesit?

"Kami tidak menolak pembangunan waduk, yang kami tolak adalah penambangan batu andesit, " kata Ibu Ngatinah, penduduk Dusun Randuparang Desa Wadas. (sumber) Ibu Ngatinah memang bukan petani padi, sehingga ada tidaknya waduk tak mempengaruhi aktivitasnya. Justru jika penambangan andesit dilaksanakan, keberlanjutan hidupnya akan terancam.

Seperti diketahui ada 2 proyek pembangunan di Desa Waras, yaitu penambangan batu andesit untuk pembangunan waduk dan pembangunan waduk itu sendiri. Keduanya mengancam lingkungan hidup yang berkelanjutan.

Dan pemerintah sebagai negara yang ikut menandatangani akta SDGs, seharusnya paham bahwa tidak boleh melanggar 17 tujuan dan 169 target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030. Diantaranya adalah mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.

Ibu Ngatinah dan kawan kawan sudah mencapai kehidupan sejahtera. Bahkan seperti yang dikatakannya, sebagai petani hidupnya sangat cukup. Aktivitas penambangan jelas akan merenggut kesuburan tanah. Salah satu contohnya terjadi di Karst Citatah Padalarang Jawa Barat.

Nantikan ulasan saya di postingan berikutnya ya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun