Mungkin akan ada yang mendebat, "Ya iyalah, mereka kan pensiunan. Mereka tak perlu risau perkara makan apa hari ini."
Itu sih pilihan ya, karena aktivitas relawan kan gak menghabiskan waktu. Anggota dan para pakar DPKLTS tidak setiap hari ngantor di DPKLTS. Saya juga hanya menggunakan 4-5 jam setiap minggu untuk melakukan aktivitas relawan.
Bagaimana caranya? Begini:
Ibu Rumah Tangga juga Bisa Menjadi Relawan
Apa keuntungan menjadi ibu rumah tangga?
Yep, mudah bergaul dan berkomunikasi dengan audience yang mayoritas terdiri dari ibu rumah tangga juga. Salah satunya ngobrolin pengelolaan sampah.
Awal terjun di pengelolan sampah ketika Kota Bandung menjadi kota lautan sampah pada tahun 2008. Penasaran dengan masalah sampah yang nampak sepele, namun sanggup meruntuhkan martabat kota Bandung, saya berguru ke Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB) Bandung.
Beruntungnya saya, YPBB gak hanya transfer pengetahuan mengenai pengelolaan sampah, juga bagaimana seharusnya gaya hidup manusia agar  tidak zalim pada bumi, agar bumi ini berkelanjutan, dan agar cucu cicit kita kelak hidup normal, gak krisis air dan gak mengalami dampak global warming.
Lingkungan hidup yang berkelanjutan memang menjadi concern YPBB, lembaga yang telah berdiri sejak tahun 1993, dan kini berubah nama menjadi Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan. Karena gak sekadar dapat ilmu, saya juga berkesempatan menjadi relawan.
Salah satunya adalah Kereta Kota, suatu program sosialisasi pengelolaan sampah melalui beberapa permainan. Kegiatan tersebut pernah saya tulis di sini: