Nam Do San adalah nama tokoh di drama Korea berjudul "Start-Up".Â
Diperankan Nam Joo-Hyuk, dikisahkan Nam Do San menemukan NoonGil, aplikasi yang membantu tuna netra serta  low vision mendeteksi objek didepannya, membaca buku, dan aktivitas harian lainnya tanpa bantuan orang lain.
Nah, pada tanggal 27-28 Juli 2021 saya bertemu Nam Do San di dunia nyata, tepatnya di Lokalcorn Webseries 2021. Tidak hanya 1 tapi 4 orang yaitu William Sunito, Fransiska P.W. Hadiwidjana, Gibran Huzaifah dan Diajeng Lestari.
Juga penyandang dana para startup Indonesia, yaitu Juvenco Pelupessy, atau sosok Yoon Sun-Hak. pemilik  SH Venture Capital dalam drama Korea Start-Up
Sebagai moderator Brenda Kwan menjelaskan bahwa:
Lokalcorn adalah ajang startup lokal go internasional, yang diharapkan dapat memberikan impact untuk berkembang melalui pilar teknologi sebagai pilar terpenting bagi pembangunan Indonesia di masa yang akan datang.
Daftar Isi:
- Bertemu Nam Do San cs di Lokalcorn Webseries 2021
- eFishery . Terobosan Cemerlang Gibran Huzaifah Bagi Petani Ikan
- William Sunito, Pemberi Solusi UMKM Kecil
- Menggali Potensi Perempuan Bersama Fransiska Hadiwidjana
- Diajeng Lestari, Kala Muslimah Ingin Tampil Fashionable
- Juvenco Pelupessy, Sosok  Yoon Sun-Hak di Dunia Nyata
Sebetulnya, apa sih yang dimaksud dengan startup ?
Pertanyaan itu pernah muncul sewaktu saya mengikuti bebassampah.id, beberapa tahun silam. Perwakilan developer (pembuat aplikasi) bebassampah.id menjelaskan bahwa startup merupakan perusahaan yang membuat lompatan untuk menyingkat proses tumbuh kembangnya suatu perusahaan.
Mmm..semula masih bingung, dan mulai paham setelah  team rocket (narasumber) yang berpengalaman di bidangnya, berbagi dalam Lokalcorn Webseries 2021.
eFishery . Terobosan Cemerlang Gibran Huzaifah Bagi Petani Ikan
Sekitar 5 tahun silam, saya pernah berjumpa pemuda enerjik kelahiran 31 Desember 1989 ini, dalam suatu temu social entrepreneur yang diadakan Social Innovator Talks di Bandung.
Dalam paparannya Gibran menjelaskan bahwa dari hasil riset ditemukan penyebab tipisnya keuntungan petani ikan adalah biaya pakan. Selain jumlah pembelian pakan mendominasi biaya produksi, juga terjadi keborosan akibat pemberian pakan secara manual.
Bersama rekannya, alumni Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB ini melakukan trial and error hingga akhirnya menemukan alat pemberi pakan. Teknologi eFishery memungkinkan pemberian pakan yang tepat, tidak berlebih. Karena pakan yang terlalu lama mengendap di air nutrisinya hilang, dan berubah menjadi polutan berbahaya bagi ikan.
Awal penggunaan teknologi digital masih sederhana, yaitu short message service (SMS) untuk mengaktivasi alat pemberi pakan. Seiring waktu teknologi yang dipakai semakin canggih. Aplikasi eFishery memiliki banyak fitur  yang memungkinkan pengguna mengetahui nafsu makan ikan yang sedang dibudidaya.
eFishery tidak hanya meliputi teknologi di hulu, juga di hilir. Sehingga tak berlebihan ketika Gibran mengatakan bahwa eFishery tidak hanya startup yang mempunyai teknologi perikanan terbesar di Indonesia, tapi juga di dunia.
William Sunito, Pemberi Solusi UMKM Kecil
Sebagai mantan pelaku UMKM dan penggemar masak memasak kue, tokowahab.com bukan nama yang asing di telinga saya. Namun saya baru tahu bahwa marketplace khusus penjualan bahan baku kue ini dimiliki William Sunito.
Pria berusia 28 tahun ini, selulusnya dari Amerika, bertekad meneruskan dan mengembangkan usaha keluarga yang berdiri sejak 1957. Pertimbangannya tidak ada toko bahan kue yang fokus pada UMKM, sehingga mereka harus membeli di toko eceran dengan harga 15-20 persen lebih mahal.
Yes, dia benar. Salah satu penyebab saya berhenti membuat dan menjual kue adalah keuntungan yang tipis. Saat UMKM besar membeli bahan baku dalam kemasan karung, saya terpaksa membeli eceran yang pastinya lebih mahal.
Namun berbeda dengan Gibran Huzaifah yang berkisah tentang perjuangannya membangun eFishery, Wiliam Sunito mengajak peserta Lokalcorn Webseries 2021 membedah kesalahpahaman tentang entrepreneur.
Diantaranya, "entrepreneur are born, not made", terbukti dari latar belakang keluarga William yang pengusaha, pastinya mempunyai keseharianyang berbeda dengan keluarga lain.
Seorang entrepreneur juga gak bisa jalan sendiri, dia harus bisa bekerja sama dengan orang lain. Serta melakukan trial and error, seperti yang juga dilakukan Gibran dengan eFishery-nya.
Menggali Potensi Perempuan Bersama Fransiska Hadiwidjana
Pastinya pernah mendengar tentang WomenWorks, sebuah platform yang didedikasikan untuk para perempuan yang ingin menggali potensi diri secara maksimal, namun belum mampu melakukannya secara maksimal.
Fransiska Hadiwidjana sebagai co-Founder & CTO dari WomenWorks mengamini apa yang dikatakan Gibran dan Wiliam, bahwa untuk sukses harus kerja sama. Asalkan satu visi. Berantem gak papa, selama untuk menemukan kesepakatan bersama.
Yang menarik, WomenWorks tidak hanya dimonopoli perempuan dan tidak mempunyai batasan usia. Baik mahasiswa maupun ibu bekerja bisa bergabung WomenWorks.
Diajeng Lestari, Kala Muslimah Ingin Tampil Fashionable
"Hijab juga bisa cantik, stylish, dan trendy, " kata Dian Pelangi, perancang busana muslim, dalam cuplikan video yang ditayangkan saat sesi Diajeng Lestari, pendiri Hijup.com.
Seperti 3 Â rocket sebelumnya Gibran Huzaifah, William Sunito dan Fransiska Hadiwidjana yang mulai membuat produk setelah menemukan problem, Diajeng melihat banyak kendala yang dialami muslimah kala ingin tampil fashionable.
Di lain pihak, akibat dianggap tabu, busana muslim yang kekinian sulit ditemukan di pasar, karena itulah istri dari pendiri bukalapak.com, Achmad Zaky ini memutuskan memilih bisnis fesyen muslim e-commerce pada tahun 2011.
Hijup.com sebagai platform memungkinkan pengguna hijab bisa menemukan hasil karya para perancang busana muslim yang dibutuhkan dan disukainya.
Juvenco Pelupessy, Sosok  Yoon Sun-Hak Yoon Sun-Hak di Dunia Nyata
Akibat keuangannya cekak,  Nam Do San cs tak bisa berangkat ke Amerika Serikat untuk menerima penghargaan, karena itu mereka berjuang di kompetisi Sand Box yang menyediakan investasi 100 juta won bagi mereka yang  telah lolos inkubasi.
Ternyata gak hanya di drama Korea "Start-Up"" , dunia nyata berkata sama. Juvenco Pelupessy, principal di Skystar Capital menjelaskan betapa sulitnya medapatkan investasi dari Skystar Capital.
Pastinya bukan tanpa sebab, Skystar Capital hanya menyalurkan investasi pada inovasi yang bermanfaat, karena memecahkan permasalahan yang banyak dihadapi oleh masyarakat.
Selain inovasi yang merupakan solusi atas problem di masyakat luas, produk yang diluncurkan juga harus mudah digunakan
Ini mengingatkan saya pada aplikasi bebassampah.id  yang mandek. Disusul kemudian aplikasi bank sampah yang hanya didengar oleh segelintir pelaku pengolah sampah.
Masyarakat sudah menyadari bahwa ada problem sampah, tapi para startup lalai melakukan riset yang mendalam, sehingga mereka tidak sesukses para rocket di Lokalcorn Webseries kali ini.
Kita tunggu kelak, apakah akan muncul terobosan untuk problem pengelolaan sampah di masyarakat? Terobosan yang mudah digunakan pastinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H