World Water Day diperingati setiap tanggal 22 Maret, karena manusia sangatlah rese. Setiap musim hujan marah-marah karena banjir, sementara di musim kemarau manusia begitu mendamba air.
Salah air apa coba?
Jumlah mereka tetap. Sekitar 71 persen dari permukaan bumi, itu kata The United States Geological Survey Water Science School.
Sedangkan jumlah air tawar, yang bisa dikonsumsi manusia hanya 3 persen air. Itupun hanya 30 % yang ada di tanah. Selebihnya, sebanyak 69 persen membeku di es dan gletser.
Cuma 0,26 persen air dunia ada di danau air tawar.
Dan hanya 0,001 persen yang ada di atmosfer.
Nah lho, jumlah yang demikian kecil dihujat, diharapkan nggak balik lagi, ketika berbentuk banjir dan masuk ke rumah, memporakporandakan harta manusia. Kemudian pergi, meninggalkan lapisan lumpur.
Sebaliknya, di musim kemarau, duh gebetan pun kalah oleh air. Setiap saat kran air ditengok sambil berujar: "Kok air belum ngalir ya? Kapan ya?" Kemudian PDAM ditelepon, ditanya tentang kedatangan air.
Pegawai PDAM yang menerima telepon akan didesak, dipepet dengan pertanyaan yang meluncur bak mitraliur, membuat sang petugas harus sabar jika tak mau masuk surat pembaca.
Malangnya, wong cilik tidak bisa menelepon PDAM. Karena sehari-hari hanya mengandalkan air dari MCK umum.
Jika sumur kering dan air tidak mengalir, mereka terpaksa membeli air, dengan jumlah rupiah yang membuat keluarga mulai menimbang: "Harus ngorbanin apa nih? Rokok? Susu bayi? Atau cicilan sepeda motor?