Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Andai Barack Obama Mengenal Mie Ganyong...

29 Februari 2020   08:16 Diperbarui: 29 Februari 2020   08:19 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: instagram.com/@dnaturalorganik

"Tebak, terbuat dari apa ini?" tanya seorang teman, sesama anggota Dewan Pemerhati Kehutanan Tatar Sunda (DPKLTS) sambil menyorongkan sepiring brownies kukus coklat.

Refleks, saya mengambil sepotong brownies, mencium aromanya, sesudah itu baru menggigit dan mengunyahnya. Mmm ...  aroma coklat brownies yang harum. Rasanya lezat, seperti rasa brownies kukus umumnya.

Tapi teksturnya agak bergerinjil, tidak seperti tepung terigu yang halus. Mungkinkah campuran tepung beras dan maizena?

"Ini dari tepung ganyong", jawab sang teman, setelah mendengar jawaban saya.

Ganyong? Oh, bisa diolah menjadi brownies?

Dikenal sebagai makanan rakyat di masa paceklik, ganyong tumbuh subur di Jawa Barat. Tak heran, ganyong menjadi sorotan para pakar DPKLTS ketika harga beras merangkak naik. Bangsa Indonesia perlu diversifikasi pangan.

Dan jawabannya bukan gandum, bahan baku tepung terigu. Karena gandum sulit dibudidayakan di iklim tropis. Bersikukuh mengimpor gandum berarti enggan melepaskan diri dari perbudakan ekonomi bangsa lain. Serta membiarkan petani Indonesia berkubang dalam kemiskinan.

Keberpihakan pada petani sudah lama dilakukan Mang Ihin, nama panggilan Solihin GP, mantan Gubernur Jabar era orde baru. Solihin GP merupakan salah satu dewan pakar DPKLTS.

Ketika masih bertugas, bersama Presiden ke-2 RI,  Soeharto, Solihin GP aktif mengunjungi petani untuk mengetahui problem mereka. Pada saat itulah Mang Ihin mengetahui bahwa warga Jabar kerap mengalami gagal panen, sehingga terpaksa mengonsumsi ganyong.

sumber: instagram.com/@kail ; @bukitfarm; @shantiserad_food
sumber: instagram.com/@kail ; @bukitfarm; @shantiserad_food

Ganyong yang Cantik, Ganyong yang Tahan Banting

Pernah lihat gerumbul tanaman dengan bunga di atas dong ya?

Ganyong (Canna edulis Kerr), memang berkerabat dekat dengan bunga puspanyidra, bunga Canna lily, bunga tasbih serta masih banyak sebutan lain, karena termasuk keluarga Cannaceae. 

Dikenal sebagai Queensland Arrowroot di mancanegara, ganyong memiliki banyak nama seperti ubi pikul, ganyal, sinetra, serta ganyol di tatar Sunda. Suatu bukti bahwa tanaman herba yang berasal dari Amerika Selatan ini sudah menyebar di seluruh nusantara karena mudah ditanam.

Tumbuh tegak hingga dapat mencapai ketinggian 3,5 meter. Ganyong termasuk tanaman berumbi tahunan. Umbi bercabang horizontal, mencapai panjang 60 cm dengan diameter 10 cm, dengan segmen berdaging membentuk balon, ditutupi oleh daun tipis, dan akar tebal yang berserat.

Tangkai tanaman ganyong nampak berdaging, timbul dari umbi, biasanya tingginya 1-1,5 m, berwarna keungu-unguan. Daunnya teratur, berbentuk spiral dengan kuncup besar yang terbuka, kadang-kadang petiolanya pendek, daun sempit dari rata menuju elips.

Bunga ganyong berwarna merah kekuningan yang cantik. Buahnya seperti telur,berbentuk kapsul yang solid. Bijinya banyak, bulat, diameter 0,5 cm, licin dan keras, kehitaman sampai coklat.

Ganyong ditanam sebagai tanaman sela bersama jagung sesudah panen padi gogo. Adaptasi ganyong sangat luas, dapat tumbuh pada daerah ekstrim panas dan dingin. Ganyong tumbuh baik pada ketinggian 1.000--2.500 m dpl, tanah gembur dan ternaungi namun pada prakteknya tanaman ini dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, termasuk lahan marjinal dan toleran cahaya dengan adaptasi yang luas

Ganyong tahan beragam penyakit dan bisa ditanam di daerah perkebunan atau kehutanan. Bahkan  di Australia, tanaman ganyong tahan terhadap udara panas yang terkadang cukup ekstrim.

Sedangkan di kampung adat Cireundeu, suatu kawasan yang diproyeksikan sebagai desa ketahanan pangan di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Jawa Barat, tumbuhan ganyong nampak tumbuh subur, di sepanjang jalan menuju perumahan warga yang memiliki kebiasaan makan rasi (beras singkong).

Selengkapnya mengenai rasi dan masyarakat Cireundeu: Beras Singkong, Simbol Kedaulatan Pangan Dari Hutan.

Ganyong yang Lezat, Ganyong yang  Menyehatkan

"Rasanya manis" jawab salah seorang perwakilan petani yang acap wara-wiri ke DPKLTS.

Mereka datang untuk curhat mengenai problem pertanian, masalah lingkungan atau sekedar silaturahmi. Kedatangan mereka, serta kemajuan teknologi yang telah dilakukan litbang pertanian RI pada rimpang ganyong, menginspirasi Mang Ihin untuk mengumpulkan data dan produk turunan ganyong.

Sekilas mirip laos/laja/lengkuas  yang berfungsi sebagai bumbu dapur, ganyong memang umumnya tidak montok dan berdaging seperti kentang. Berdasarkan sumber dari Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, setiap 100 gram ganyong terdiri dari 95,00 kcal ; karbohidrat  22,60 g ; protein 1,00 g;  lemak 0,11 g; air 75,00 g;  kalsium 21,00 g;  fosfor 75,00 g; zat besi 1,90 mg; vitamin B1 0,10 mg; vitamin C 10,00 mg.

Sedangkan setiap 100 gram beras mengandung : 370 kcal ; karbohidrat 81,68 g, protein 6,81 g, lemak 0,55 g ; air 10,46 g, B3, B5, B1, Potassium, Fosfor dan Magnesium.

Sehingga sangat tepat dibuat camilan, karena umumnya mendapat tambahan bahan makanan lain.  Seperti:

sumber : bagelenganyongbdg
sumber : bagelenganyongbdg

Bagelen ganyong. Bagelen merupakan roti manis/warmbollen yang dipanggang.  Ternyata kedudukan tepung terigu dalam pembuatan roti manis  bisa digantikan oleh tepung ganyong. Asalkan tetap mendapat olesan butter/mentega asli dan bukan margarine, maka sama lezatnya dengan warmbollen si roti manis Belanda.

sumber: instagram.com/ @namaste_organic
sumber: instagram.com/ @namaste_organic

Soun ganyong. Soun ganyong bisa dibuat masakan kekinian seperti japchae ala Korea, yang mendapat tambahan protein telur, jamur dan daging sapi/ayam. Atau soun goreng berbumbu Jawa,  yang dimasak bareng sayur kol, taoge, bakso dan telur. Sama-sama maknyus rasanya.

sumber: instagram.com/@dnaturalorganik
sumber: instagram.com/@dnaturalorganik

Minyong. Singkatan dari mie ganyong. Dalam keadaan kering, minyong mirip plastik, namun sesudah dimasak dan mendapat campuran bumbu, protein serta sayur, sekilas nampak seperti kwetiaw biasa. Tak ada yang menyangka, bahwa bakunya ganyong, pati yang hanya dikonsumsi sewaktu paceklik.

Tidak hanya top markotop sesudah diolah koki yang piawai, ganyong juga kaya manfaat. Karena selain mengandung protein, vitamin C, vitamin B1, fosfor, kalsium dan zat besi, terdapat kandungan flavanoida, saponin dan polifenol pada ganyong, yang berfungsi:

  1. Mengobati luka lambung. Kandungan polifenol dan flavanoida dalam ganyong berkhasiat untuk menyembuhkan luka lambung.
  2. Ampuh melancarkan pencernaan dan kesehatan usus. Kandungan pati dalam ganyong mudah dicerna oleh tubuh, sehingga dapat mengatasi diare dan gangguan perut.
  3. Mendukung tumbuh kembang bayi dan balita. Kandungan zat besi, fosfor dan kalsium yang tinggi dalam ganyong sangat mendukung pertumbuhan anak.
  4. Berkhasiat memperbaiki dan menguatkan tulang. Kandungan kalsium yang tinggi dalam ganyong  tidak hanya berkhasiat memperbaiki dan menguatkan tulang, juga sangat baik agar terhindar dari gangguan tulang.
  5. Mengatasi panas dalam. Air rebusan ganyong dan temulawak sangat berkhasiat untuk meredakan dan mengatasi gangguan panas dalam.
  6. Sumber karbohidrat bagi penderita diabetes. Kandungan pati dalam ganyong  tidak membuat kadar gula darah naik, sehingga ganyong sangat tepat dikonsumsi penderita diabetes.
  7. Mendukung program diet/menurunkan berat badan. Minim jumlah kalori, namun mengandung serat  yang cukup tinggi, membuat ganyong sangat tepat dimasukkan dalam menu diet, agar berat badan ideal dapat segera terwujud.

sumber: instagram.com/@dnaturalorganik
sumber: instagram.com/@dnaturalorganik

Andai Barack Obama Mengenal Mie Ganyong

Saya iri pada mie lethek yang menjadi menu Barack Obama dan keluarga dalam kunjungannya ke Indonesia, pada tahun 2017.  Andaikan yang mereka cicipi adalah minyong atau soun ganyong yang juga pangan organik, pastilah jenis pati ini akan diliput media asing dan media nasional, promosi gratis bagi para pelaku usaha ganyong.

Karena jangankan orang awam, saya yang telah lama berkecimpung dalam pangan nongandum, baru mengetahui keberadaan kedua bahan masakan berbahan baku ganyong tersebut.

Berawal dari tantangan Kompasiana untuk membuat tulisan mengenai "Pangan Lokal  Bernutrisi", saya bermaksud mengenalkan kembali ganyong. Sekitar tahun 2012, tepung ganyong kerap saya bawa ke komunitas dampingan untuk diolah menjadi brownies dan cupcake. Hasil olahan biasanya dikonsumsi balita pada saat posyandu, atau dibuat sesuai pesanan.

Harga tepung ganyong yang mahal, membuat hasil olahannya tidak bisa bersaing dengan tepung terigu. Demikian juga dengan soun ganyong dan minyong, yang baru saya kenal sesudah jalan-jalan ke Instagram.

Harga tepung ganyong sekitar Rp 11K /kg, sedangkan tepung terigu hanya Rp 7.5K /kg, padahal kita tahu gandum, bahan baku tepung terigu, diimpor dari USA dan Australia. Kok pangan impor bisa lebih murah?

Hayo kenapa? 

#maunangis   

Demikian juga dengan soun ganyong dan minyong. Harga soun ganyong kering Rp 26K /100 gram, sedangkan minyong kering Rp 25K /250 gram. Bandingkan dengan mie instan yang terbuat dari tepung terigu dan telah berbumbu, yang hanya Rp 2K -5K/70 -- 80 gram.

Jadi bisa dipahami kan, mengapa saya berandai-andai Obama mendengar tentang hasil olahan ganyong?

Karena akan berguna untuk:

  • Promosi gratis diversifikasi pangan lokal, sehingga akan laris manis seiring keberpihakan masyarakat pada produk organik.
  • Petani akan bersemangat menanam ganyong dan mengolah patinya.
  • Persaingan produk ganyong akan meningkatkan kualitas dan kuantitas, sehingga harganya lebih terjangkau, mutunya terjamin.

Namun, sayang disayang, semua hanya lamunan di siang bolong. Jangankan Barack Obama, kemungkinan besar tidak semua pejabat Kementerian Pertanian pernah mendengar, apalagi menyicipi soun ganyong dan minyong.

Beruntung, Kompasiana membuat challenge menulis mengenai "Pangan Lokal Bernutrisi". Paling tidak, kini saya mengetahui ada mie dan soun yang terbuat dari ganyong, untuk kemudian bereksperimen menjadi minyong bumbu seblak atau japchae dari soun ganyong.

Hasil masakan akan saya dandani, saya potret dan unggah di Instagram, hingga yang melihat  "ngeces" dan tertarik membelinya juga..

Setuju?

sumber:

balibang.pertanian.go.id

kompas.com


Khusus ditulis team "Kue Balok Syantik", dengan anggota:

Tamita Wibisono

Intan Rosmadewi

Maria G Soemitro

Untuk memenuhi challenge "Blogcomp Estafet 2020" Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun