Karena teknologi tidak berlaku tunggal ketika diterapkan di masyarakat. Dibutuhkan adaptasi sosial, budaya, hukum, dan ekonomi. Tanpa itu semua, perilaku membuang sampah tak akan pernah berubah. Masalah sampah akan bertambah rumit seiring pertumbuhan penduduk.
Perempuan Sebagai Simbol Perubahan
Beruntung, tanpa keteladanan ibu negara, perempuan Indonesia telah maju secara signifikan. Termasuk dalam kepedulian sampah. Penyebabnya, kemungkinan besar disebabkan media yang tak henti mewartakan. Serta organisasi nirlaba, seperti Walhi, YPBB Bandung, Greeneration Indonesia, dan lainnya, yang bertekad tak ingin mengulang terjadinya nyawa terenggut longsoran sampah.
Riak-riak perubahan nampak dari gerakan komunitas, diantaranya  keagamaan seperti Komunitas Kajian Musyawarah (KKM), perkumpulan kajian artis nasional, yang mengimbau anggotanya untuk membawa tumbler air minum pada saat event tertentu.
Demikian juga dengan pengajian lainnya, yang selalu mengingatkan anggotanya untuk membawa tumbler, serta menggunakan piring yang bisa dipakai ulang untuk prasmanan. Gerakan positif yang sama dilakukan oleh pengurus gereja dalam setiap kegiatan diluar ibadah resmi.
Gerakan atas dasar kepedulian, pernah dilakukan Solidaritas Istri Kabinet Bersatu (SIKIB), di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Alm. ibu Ani Yudoyono yang humble dan cerdas, bekerja sama dengan Ibu Okke Rajasa dan para istri menteri Kabinet Bersatu. Gerakan positif yang nampaknya diabaikan Ibu Iriana selama 2 periode pemerintahan suaminya.
Pada Hari Peduli Sampah Nasional 2020, nampak postingan beberapa blogger perempuan di media sosialnya. Mereka dengan bangga menunjukkan langkah konkret dalam pengurangan limbah. Bahkan mereka telah bergerak menuju circular economy
Circular Economy dan SDGs
Indonesia menjadi salah satu negara penandatangan SDGs, bersama para pemimpin dunia lain. Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu rencana aksi global yang bertujuan mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.