Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Agar Hidup Berkah, Jangan Takut Menikah Jangan Enggan Berhaji

24 Desember 2019   08:15 Diperbarui: 24 Desember 2019   08:19 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Menikah? .... ah nggaklah, masih jauh"

Jawab Alif, teman anak saya, sambil tersenyum, ketika ditanya kapan akan menikah. Seolah pernikahan bukan untuk pemuda berusia 24 tahun. Padahal dia sudah menyelesaikan pendidikan jenjang sarjana S1, dan bekerja di salah satu kementerian di Kota Jakarta. Calon istrinyapun sudah menyelesaikan kuliah di fakultas kedokteran.

Jawaban yang sama juga dilontarkan anak saya. Mereka merupakan figur milenial yang mulai menggeser usia pernikahan. Seperti yang diungkap hasil riset IDN, generasi milenial baru merasa siap menikah di usia 30 tahun, 35 tahun, bahkan ada yang enggan menikah. (sumber)

Mereka juga menolak anggapan bahwa pernikahan sebagai cara menghindar zinah. Seolah manusia tidak mampu mengendalikan kebutuhan seksual. Padahal yang benar seharusnya pernikahan merupakan "a part of ibadah" atau bagian dari ibadah. Pernikahan merupakan suatu proses hijrah atau berbuat lebih baik dari sebelumnya.

sumber: mentalhealth4muslim.com
sumber: mentalhealth4muslim.com
Menikah sebagai "bagian dari badah"

Merasa belum mampu secara finansial kerap menjadi alasan untuk menunda pernikahan. Seperti yang dialami seorang teman, seorang lulusan ITB yang telah melamar gadis pujaan, alumni fakultas psikologi Unpad.

Tak lama sesudah acara lamaran, mesin bisnisnya luluh lantak. Cash flow berantakan. Ancaman gulung tikar menghantui. Penyebabnya kasus nasional yang kala itu membuat sebagian besar turis mancanegara hengkang dari Indonesia.

Dalam suasana merasa terpuruk, sumber nafkah yang diharapkan bisa mencukupi keluarganya kelak, terancam bangkrut, sang teman mendatangi Haji Ali, seorang kyai pemilik pesantren di daerah Pasir Putih, Parung. Harapannya sang kyai bisa memberi pencerahan pada kasus yang membelitnya.

Usai mendengar curhat sang teman, Pak Haji Ali memanggil 2 orang santrinya, dan bertanya pada salah seorang dari mereka:"Apa kabar anak istri lu?"

" Baik Pak Haji. Sehat semuanya, alhamdulillah", jawab sang santri sambil tertawa khas Betawi.

 "Anak lu ada yang mati, kagak?", tanya Pak Ali lagi.

Sambil tertawa, sang santri menjawab: "Ah Pak Haji bisa aja. Alhamdulillah semuanya sehat. Bini juga sehat. Sekarang anak-anak saya udah mulai sekolah, Pak Haji"

Pertanyaan-pertanyaan yang sama diajukan pada santri satunya lagi, yang dijawab dengan optimis seperti santri pertama. Bedanya, santri pertama bekerja sebagai supir angkot, sedangkan santri kedua bekerja serabutan. Kadang kerja kuli bangunan, kadang kerjaan-kerjaan lain.

 "Tuh, Ben. Dengerin gak? Mereka ini kerjaannya serabutan, anaknya udah lebih dari satu. Gak ada tuh yang mati kelaparan. Nah elu ... lulusan ITB. Takut sama kawin? Yang bener aja ...", kata Pak Ali,  yang kemudian meneruskan:

"Gue ngerti bahwa untuk setiap laki-laki, memutuskan untuk menikah itu adalah hal yang berat. Tapi lu salah mengerti. Ketika lu sudah nikah, istri dan anak-anak lu nanti memang menjadi tanggung jawab lu. Tapi mereka juga adalah makhluk. Ciptaan Allah. Semua rezeki mereka sudah dituliskan dan diurus oleh Allah. Anak-anak lu akan dateng ke dunia dengan membawa rejeki masing-masing. Lu yang harus mempersiapkan mereka, tapi pada akhirnya rejeki mah tetap tergantung dari Ridho Allah. Bukan elu", pungkas Pak Ali.

Penjelasan yang sangat makjleb bukan? Sebagai mahlukNya, kita sering lupa bahwa ketika menunaikan ibadah, Allah SWT pasti akan membantu. Termasuk ibadah menikah, sesuai HR. Baihaqi dalam Syu'abul Iman:

Rasullullah Shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda:"Apabila seorang hamba menikah maka telah sempurna separuh agamanya, maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya"

Kisah sang teman, Ben Wirawan, Executive Director of Torch.id bisa dibaca disini.

sumber: krjogja.com
sumber: krjogja.com

Ibadah Haji Sebagai Proses Berhijrah

Selain pernikahan, ibadah lain yang sering ditunda pelaksanaannya adalah beribadah ke tanah suci Mekah. Alasannya hampir sama, tidak punya dana yang cukup. Padahal seperti kasus enggan menikah karena merasa belum mampu secara finansial, yang harus selalu diingat adalah yakin akan pertolongan Allah SWT.

Agar hidup berkah, setiap manusia wajib berhijrah. Salah satunya dengan melaksanakan ibadah haji dan umroh. Untuk melaksanakannya diperlukan usaha yang lebih dari sekedar niat.  Setelah berusaha, serahkan pada Allah SWT, pada ridaNya.

Ada nasihat kuno yang selalu relevan di setiap zaman, yaitu jika kamu merasa penerimaan tidak bisa menutupi kebutuhan per bulan, maka pilih satu diantara 2 opsi, atau lakukan keduanya.

Opsi pertama mencari tambahan penghasilan, opsi kedua melakukan penghematan melalui pengelolaan keuangan sebagai berikut:

  • Membuat Anggaran

Berapapun jumlah penghasilan, akan terasa kurang jika tidak  dikelola dengan benar. Bahkan apesnya, uang dalam dompet sudah habis sebelum akhir bulan tiba. Untuk mempermudah, buatlah pos anggaran, misalnya 20 % investasi, 10 % tabungan ibadah haji, 10 % pribadi, 10 % dana darurat/asuransi, 50 % pengeluaran rutin.

Manusia merupakan mahluk yang unik. Pos anggaran setiap individu bisa berbeda. Tergantung prioritas. Seseorang yang masih memiliki orang tua pastinya membuat anggaran yang berbeda dengan yatim piatu. Karena itu, tidak ada benar atau salah, yang harus dipastikan adalah mematuhi pos anggaran yang telah dibuat.

  • Uang Kaget Sebagai Pembuka Jalan

Mendapat bonus akhir tahun? Atau uang kaget lainnya. Jangan dihabiskan, sisihkan untuk investasi akhirat seperti sedekah, zakat dan wakaf. Serta pastinya tabungan untuk ke tanah suci Mekah. Jika jumlahnya sebesar uang pendaftaran ONH, segera bayarkan. Karena mungkin itu cara Allah SWT membuka jalan melaksanakan rukun Islam kelima.

  • Kalkulasi Latte Factor

Diperkenalkan pertama kali oleh pakar keuangan, David Bach, "Latte Factor" berarti berbagai pengeluaran kecil  yang tidak disadari tetapi rutin dilakukan. Misalnya jajan kopi kekinian, membeli air mineral alih-alih membawa sendiri tumbler air minum, serta menggunakan fasilitas keuangan yang menerapkan biaya administrasi sangat tinggi.

Cobalah kalkulasi latte factor-mu selama sebulan, kemudian kalikan 12 bulan, maka akan diperoleh jumlah yang mencengangkan. Mengurangi atau bahkan meminimalkan latte factor agar bisa menabung, merupakan cara cerdas meraih hidup berkah.

sumber: danamon.co.id
sumber: danamon.co.id
Danamon Syariah Sebagai Penyedia Fasilitas ONH        

Sekarang sudah terbayang bukan, cara untuk memenuhi Ongkos Naik Haji (ONH)? Langkah berikutnya adalah mengunjungi Danamon Syariah sebagai lembaga keuangan terpercaya yang memberi layanan Tabungan Haji Danamon.  dan koneksi dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) Kemeterian Agama RI.

Sesuai kemampuan finansial yang dimiliki, ada 2 cara pembiayaan, yaitu bagi mereka yang telah memiliki minimun setoran dalam bentuk tabungan/uang kaget/lainnya. Serta mereka yang baru memulai, memiliki  dana yang jumlahnya  kurang dari minimun setoran awal ONH.

  • Rekening Tabungan Jemaah Haji (RTJH)      

Jika memiliki dana sebesar Rp 25.000.000, cepat setorkan agar dapat segera mendapat Nomor Porsi Haji, karena Danamon Syariah terkoneksi dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) Kemeterian Agama RI.

Untuk memenuhi selisih antara BPIH dan setoran awal, nasabah bisa menabung dengan prinsip Syariah titipan (Wadiah). 

Beberapa keunggulannya:

  • Gratis biaya administrasi bulanan.
  • Gratis biaya penutupan rekening.
  • Kemudahan melakukan pendaftaran haji di seluruh cabang Danamon berlogo iB,  sesuai wilayah domisili.
  • Gratis biaya tarik tunai ATM melalui jaringan Mastercard Electronic di Arab Saudi.

Selain keunggulan tersebut, RTJH juga mendapat fasilitas yang sama dengan tabungan konvensional, yaitu bisa digunakan tarik tunai di jaringan ATM Danamon dan ATM Bersama. Serta  berfungsi sebagai kartu debit untuk pembelanjaan di merchant berlogo Mastercard Electronic.

  • Tabungan Rencana Haji iB

Bagaimana jika belum memiliki dana sebesar Rp 25 juta? Tabungan Rencana Haji iB jawabannya. Merupakan tabungan dengan prinsip Syariah bagi hasil (Mudharabah) dalam mata uang Rupiah.

Tabungan Rencana Haji iB mengajak kita untuk berhitung. Berapa rupiah per bulannya bisa disisihkan untuk memenuhi setoran rutin yang berkisar Rp 300.000 -- Rp 5.000.000.?  Tentunya semakin besar jumlah setoran rutin, akan semakin dekat mendapat Nomor Porsi Haji.

Yang menarik dari tabungan ini,  nasabah akan mendapat SMS notifikasi jika saldo tabungan telah cukup untuk melakukan setoran awal Rp 25.000.000. Kelebihan lain dari Tabungan Rencana Haji iB:

  • Gratis biaya administrasi bulanan.
  • Gratis biaya gagal debit.
  • Gratis biaya penutupan rekening sebelum jatuh tempo
  • Gratis asuransi jiwa syariah bersama PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia.
  • Mudah. Setoran rutin bulanan didebet otomatis dari rekening sumber ke rekening Tabungan Rencana Haji iB.

Untuk lengkapnya, silakan kunjungi: danamon.co.id

Bagaimana? Ternyata jalan untuk menunaikan ibadah ke tanah suci Makkah, cukup mudah dilalui bukan?

Niatkan, usahakan dan disiplin dalam melaksanakannya, maka insyaallah berkah, karena telah melalui perjalanan berliku dalam menunaikan ibadah haji. Penuh perjuangan.

Sesuai kaedah fiqih dari hadits 'Aisyah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Akan tetapi, pahalanya tergantung pada usaha yang dikorbankan." (HR. Muslim, no. 1211)

Jadi, jangan tunggu besok, lakukan sekarang apa yang bisa diikhtiarkan. Kemudian yakinlah akan pertolongan Allah SWT.

Wallahu A'lam Bisawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun