Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Petugas Sampah Tewas karena Injak Tusuk Sate, Jangan Sampai Terulang!

16 September 2019   15:37 Diperbarui: 17 September 2019   15:13 1974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petugas sampah (dok. Maria G Soemitro)

Hari Rabu, terpincang-pincang Pak Wawan, seorang petugas sampah, mendekati istrinya. Dia baru pulang dari menunaikan tugas di Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) di Jalan Pahlawan.

"Tadi kaki bapak kena tusuk sate, Bu," kata Pak Wawan.
"Ubaran (obati) atuh Pak," jawab istrinya.
"Ah gapapa, nanti juga sembuh."

Malang, harapan Pak Wawan tak terwujud. Bakteri penyebab tetanus bersarang pada tusuk sate yang tak sengaja diinjaknya. Bakteri yang menyebabkan rusaknya sistem saraf. Bakteri yang mengantar Pak Wawan pada kehidupan kekal. Meninggalkan istri, anak dan cucu-cucu tercinta.

Boleh saja ngeles, sudah takdirnya Pak Wawan untuk meninggal dunia. Atau ada pendapat yang mengatakan kondisi tubuh Pak Wawan sedang kurang fit, akibat sebelumnya luka tertusuk paku belum pulih, disusul terkena tusuk sate, mengakibatkan kesehatan Pak Wawan tumbang.

Namun fakta tak terbantahkan, Pak Wawan meninggal dunia akibat luka setelah menginjak tusuk sate. Juga fakta bahwa kecelakaan ini bukan yang pertama kali dialami Pak Wawan.

Para pengangkut sampah kerap terkena benda tajam. Mereka rentan terkena pecahan kaca, paku, gara-gara sampah tidak dipilah. Mereka para pejuang sampah, ternyata mempertaruhkan nyawa sewaktu mengangkut sampah. Pejuang sampah yang mengalami nasib termarjinalkan. Padahal, tanpa mereka, kota akan tertimbun sampah.

Ada fakta lain yang perlu dicetak tebal. Pak Wawan bukan petugas sampah yang mengambil sampah dari rumah ke rumah. Almarhum adalah pengendara motor sampah (mosam) yang membawa sampah ke TPS. Ada petugas lain yang mengambil sampah dari rumah ke rumah di kawasan nol sampah, RW 09 Sukaluyu Bandung.

Ya, kawasan tempat almarhum Pak Wawan bertugas, justru merupakan binaan komunitas, organisasi dan pemerintah Kota Bandung dalam mewujudkan zero waste cities. Sehingga musibah dan kematiannya terdeteksi. Membuat pegiat lingkungan di Kota Bandung bergerak mewujudkan gerakan "Jangan Terulang".

Gerakan ini mengampanyekan pemilahan sampah agar musibah serupa tidak terjadi lagi. Kali ini menimpa Pak Wawan, kali lainnya mungkin adalah Anda atau orang terdekat Anda. Karena timbulan sampah ada dimana-mana. Sampah dibuang sembarangan. Tak tertutup kemungkinan anak Anda yang lucu menggemaskan, tanpa sengaja menginjak sampah yang dihinggapi bakteri Clostridium tetani, bakteri penyebab tetanus.

Paska meninggalnya Pak Wawan, mulai akhir Juli hingga awal September 21 komunitas dan organisasi lingkungan bekerja sama dengan kitabisa.com menggalang dana. Hingga terkumpul Rp 39.352.351 yang diserahkan pada Ibu Yani, istri almarhum Pak Wawan pada Sabtu, 14 September 2019.

Bertepatan dengan penyerahan dana, dicanangkan gerakan "Jangan Terulang" dengan menggelar talkshow bertopik" Kualitas Hidup dan Keselamatan Kerja Petugas Pengelolaan Sampah". Talkshow yang dihadiri perwakilan lembaga-lembaga terkait berlangsung di Taman Lansia, RW 09 Sukaluyu Kota Bandung, kawasan Pak Wawan bertugas sebagai pengangkut sampah ke TPS.

David Sutasurya (dok. Maria G Soemitro)
David Sutasurya (dok. Maria G Soemitro)

Apa Kata David Sutasurya?
"Mereka yang membuang sampah tanpa terpilah, berarti menghina petugas sampah", kata Direktur YPBB Bandung, David Sutasurya.

Seperti diketahui, komunitas YPBB Bandung berkiprah selama 26 tahun dalam gaya hidup organis, mengajak masyarakat perkotaan agar mengubah paradigma tentang sampah. Salah satu kalimat pedas yang pernah dilontarkan David adalah:

"Masyarakat sulit mengubah paradigma tentang sampah karena terkendala sikap hidup feodal."

Yup, benar banget ya? Tidak kaya, miskin, tua, muda, gemar membuang sampah sembarangan dengan alasan "toh sudah bayar uang sampah" atau " toh nanti ada pemulung yang ngambil", serta alasan lain yang menunjukkan sikap sok feodal.

Karena itu, seperti dikatakan David kemudian: "Pemilahan sampah sudah seharusnya merupakan kewajiban, bukan sekedar lagi sekadar kontribusi".

Mohamad Bijaksana Junerosano (dok. Maria G Soemitro)
Mohamad Bijaksana Junerosano (dok. Maria G Soemitro)

Apa kata Sano?
"Harus ada keadilan dalam hal pembayaran retribusi sampah. Keluarga yang banyak menghasilkan sampah harus membayar retribusi lebih tinggi dibanding mereka yang telah memilah sampah, sehingga output sampah hanya sedikit".

Prinsip ini sesuai dengan keadilan pembayaran yang telah dilakukan pada pelanggan listrik dan air. Pelanggan yang menggunakan listrik/air lebih banyak harus membayar rupiah lebih banyak pula.

Gerakan perubahan paradigma yang disertai reformasi persampahan telah lama menjadi fokus gerakan David dan Sano. Sano, nama panggilan Mohamad Bijaksana Junerosano, Founder Greeneration Indonesia dan Waste4Change. Keduanya, David dan Sano, sama-sama aktif sejak bangku kuliah di ITB bergelut di bidang persampahan dengan gayanya masing-masing.

Pastinya ingat gerakan "Diet Kantong Plastik" yang berhasil memunculkan peraturan kantong plastik berbayar di retail modern. Kiprah Sano dalam kantong plastik berbayar bisa dibaca di sini:

Akankah Kantong Plastik Berbayar Berbalik Menjadi Bumerang?

Gun Gun Saptari (dok. Maria G Soemitro)
Gun Gun Saptari (dok. Maria G Soemitro)

Apa Kata Gun Gun Saptari?
"Idealita ternyata jauh dari realita", kata Direktur PD Kebersihan Kota Bandung, Gun Gun Saptari. Pejabat yang lolos fit and proper test di era Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung 2013 -- 2018, ini aktif menyosialisasikan "KangPisMan", singkatan dari Kurangi, Pisahkan dan Manfaatkan.

Akronim KangPisMan yang akrab di telinga penduduk Kota Bandung, diharapkan bisa selalu mengingatkan untuk Kurangi sampah, Pisahkan sampah dan Manfaatkan sampah.

Kegigihan Gun Gun Saptari menuai hasil. Gerakan KangPisMan sanggup menerobos lingkungan yang nampak rigid, hingga beberapa ustaz dengan senang hati mau memberi tausiah dengan topik peduli lingkungan. Tentunya karena selaras dengan ayat-ayat suci Al Quran.

Pelan tapi pasti, terlihat perubahan yang signifikan pada masyarakat. Mereka mulai menggunakan reusable box untuk mengisi snack konsumsi. Serta imbauan pengurus majelis taklim kepada anggotanya agar menggunakan tumbler, alih-alih air minum dalam kemasan (AMDK).

Pak Anton, perwakilan petugas sampah (dok Maria G. Soemitro)
Pak Anton, perwakilan petugas sampah (dok Maria G. Soemitro)

Peringatan Untuk Semua Pihak
Selain kesalahan masyarakat karena membuang sampah sembarangan, serta tidak memilah sampah. Ada 2 hal penting yang tidak boleh dilupakan, yaitu:

  • Alat Pelindung Diri (APD)
    APD wajib digunakan petugas sampah. Tentunya kita belum melupakan aksi petugas sampah Jakarta yang menyelam dalam got berisi limbah untuk membuka sumbatan. Dia menyelam tanpa APD. Kecerobohan yang tidak boleh terulang dan menjadi kewajiban atasan untuk menegurnya.

    Musibah yang dialami pak Wawan juga berkaitan dengan tidak dipakainya APD. Seharusnya Pak Wawan memakai sepatu boot yang disediakan, bukan sandal. Apapun alasannya, seperti yang dikatakan petugas sampah lain, APD sering tidak diabaikan karena ribet, panas, tidak nyaman dan menghalangi gerak.

  • Pelatihan Petugas Sampah.

    "50% petugas sampah berasal dari luar kota Bandung," kata pegiat sampah dari Kelurahan Babakan Sari Kota Bandung. Menunjukkan rendahnya animo masyarakat Kota Bandung atas profesi yang tidak bergengsi, bahkan cenderung membuat minder pemilik profesi ini.

    Mungkin hal tersebut pulalah yang menyebabkan profesi ini sering diabaikan, bahkan oleh sang pemilik profesi. Karena itu pelatihan kerja pengangkut sampah, sangat penting diselenggarakan. Salah satunya, mereka harus tahu bahaya tidak menggunakan APD. Selain ancaman bakteri penyebab tetanus, jamur kuku juga mengintai anggota tubuh yang tidak berpelindung.

Sosialisasi KangPisMan (dok. Maria G Soemitro)
Sosialisasi KangPisMan (dok. Maria G Soemitro)
Kota Bandung beruntung, banyak ahli persampahan bermukim di kota kembang ini. Membuat gerakan persampahan di Kota Bandung selangkah di depan dibanding kota lainnya.

Namun, di kota ini pulalah terjadi beberapa peristiwa yang merenggut nyawa, yaitu longsornya timbunan sampah di TPA Leuwigajah, dan yang terbaru adalah tewasnya petugas sampah akibat tak sengaja menginjak tusuk sate.

Atau justru keberadaan para pakar dan komunitas peduli lingkungan hidup, yang membuat peristiwa ini menjadi bermakna? Awal kepedulian yang berlanjut dengan dicanangkannya Hari Peduli Sampah Nasional, dan kini gerakan "Jangan Terulang". Karena seperti diketahui, longsornya sampah tidak hanya terjadi di Bandung, juga di kota-kota lain.

Setiap profesi pastilah melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Khususnya yang mengerjakan tugas dengan tulus dan amanah. Mereka merupakan pahlawan tanpa tanda jasa. Termasuk para pengangkut sampah.

Para pengangkut sampah harus berjibaku sejak dini hari. Tak terkecuali saat hujan turun. Selain agar bisa mengejar truk pengangkut sampah yang enggan menunggu. Juga supaya tidak mendapat omelan para pembuang sampah yang menginginkan area rumahnya segera bersih.

"Jadi berapa dong harus menggaji mereka?" tanya seorang teman kertika saya menulis status tentang petugas sampah.

Jawabannya kembali pada hati nurani masing-masing. Sudah benarkah sekedar membayar gaji dan tunjangan besar bagi para petugas sampah, yang bahkan kerap tak tertunaikan?

Tak bisakah kita memulai memilah sampah di rumah tangga masing-masing? Bukankah itu pekerjaan mudah? Seberat apa sih memilah sampah? Lebih berat mana dibanding menyuci baju dan menyetrika?

Pak Udin, petugas sampah RW 09 Sukaluyu (dok. YPBB Bandung)
Pak Udin, petugas sampah RW 09 Sukaluyu (dok. YPBB Bandung)
Ada kisah menarik dari RW 09 Sukaluyu Kota Bandung, kawasan nol sampah yang ternyata pernah mendapat protes dari petugas sampah setempat. Yups, awalnya mereka menolak pemilahan sampah yang mengharuskan adanya perubahan jadwal.

Misalnya hari Senin, Rabu, Jumat, Sabtu, merupakan hari pengangkutan sampah organik. Sedangkan pengangkutan sampah anorganik hanya dilakukan pada Selasa dan Kamis. Merasa ribet, para petugas sampah awalnya berkeberatan.

Untung Ketua RW setempat berhasil merayu para petugas sampah dengan mengatakan: "Coba dulu pak, jika belum dicoba pasti nampak susah".

Sekarang mereka merasa bersyukur. "Baju saya ngga bau sampah lagi", kata mereka. "Dulu, setiap naik kendaraan umum, nggak ada yang mau berdekatan". "Selain itu jumlah sampah anorganik juga jadi banyak, saya ngga repot lagi misahinnya".

Berkenaan dengan peristiwa malang yang menimpa rekan sekerjanya, Pak Udin angkat bicara:

"Awalnya saya menentang program pemilahan di RW 09 Sukaluyu. Tapi, setelah jatuh sakit akibat sampah tercampur, saya jadi berpikir ulang kalau ternyata program ini juga sangat membantu saya (dalam segi kesehatan). Pesan saya untuk para warga masyarakat, kan sudah ada contoh-contoh petugas sampah yang meninggal akibat tercampur sampahnya, tolong bantu saya juga jangan sampai bernasib sama seperti mereka. Bantu saya dengan memilah sampah dari rumah."

Hmm ... ternyata ya ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun