Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

World Water Day, Peringatan Ketidakberdayaan Akan Air

22 Maret 2019   18:48 Diperbarui: 23 Maret 2019   09:38 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: cnnindonesia.com

Penyebabnya bisa kecerobohan si pemilik sumur maupun pemilik bangunan di sekelilingnya. Malang memang. Selain itu posisinya di mata hukum sangat lemah, tidak bisa bersuara selantang pelanggan PDAM.

Namun ada kesamaan nasib, yaitu kelangkaan air. Air sebagai sumber kehidupan yang dipahami pemerintah akan langka seiring bertambahnya jumlah penduduk, perubahan iklim dan faktor-faktor lain. Serta berefek jangka panjang, pada kesehatan dan tumbuh kembang manusia.

Di tingkat global, diperkirakan terjadi 1,6 juta kematian per tahun akibat penyakit yang terkait dengan kurangnya akses ke air minum yang aman, sanitasi tidak memadai dan kebersihan yang buruk.

Sementara di Indonesia, angka stunting pada balita sebesar 7,8 juta dari 23 juta balita atau sekitar 35,6 persen, menunjukkan betapa mengerikan dampak sanitasi buruk dan kurangnya akses air bersih. Kedua faktor tersebut menjadi penyebab stunting selain gizi buruk. 

Karena itu, tak berlebihan pada "World Water Day 2019, tanggal 22 Maret, mengambil tema "Leaving no one behind" yang berkaitan dengan salah satu agenda Sustainable Development Goals 2030, yaitu "Air Bersih dan Sanitasi Layak"

UN- Water dalam press releasenya menekankan:

Siapa pun Anda, di mana pun Anda berada, air adalah hak asasi Anda. Akses ke air menopang kesehatan masyarakat dan karenanya penting untuk pembangunan berkelanjutan dan dunia yang stabil dan sejahtera. Kita tidak bisa bergerak maju sebagai masyarakat global sementara banyak orang hidup tanpa air bersih

Tema "Leaving no one behind" diambil karena berbagai alasan, diantaranya disebabkan adanya diskriminasi terhadap golongan masyarakat termarginalkan berikut ini:

  • Seks dan gender
  • Ras, etnis, agama, kelahiran, kasta, bahasa, dan kebangsaan
  • Kecacatan, usia dan status kesehatan
  • Properti, status kepemilikan, tempat tinggal, status ekonomi dan sosial
  • Faktor-faktor lain, seperti degradasi lingkungan, perubahan iklim, pertumbuhan populasi, konflik, perpindahan paksa dan migrasi juga menjadi penyebab munculnya kelompok-kelompok yang kesulitan mengakses air bersih.

Mengetahui betapa seriusnya dampak kelangkaan air bersih, adakah yang bisa kita lakukan? Ada, bahkan banyak. Diantaranya sebagai berikut:

Hemat Air

sumber: cnnindonesia.com
sumber: cnnindonesia.com
Ini memang nasihat tertua, namun sangat manjur. Menghemat air merupakan wujud kepedulian terhadap mereka yang mengalami stres air sehingga mengalami akibat jangka panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun