"Disini nggak ada bank sampah," jawab Pak Iwan, "Sampah anorganik disedekahkan pada petugas sampah untuk dijual. Sisanya yang ngga bisa diapa-apain, diangkut ke TPS"
"Berapa banyak sampah yang berhasil dikelola agar tidak keluar kawasan?"
"Mari kita hitung. Sebelum program KBS, ada 3 orang petugas sampah yang masing-masing membawa gerobak isi sampah ke TPS. Sekarang, setiap 2 hari hanya 1 motor sampah," jawab pak Iwan.
"Baik gerobak maupun motor sampah, kapasitasnya 1 kubik. Jadi dulu, RW kami membuang 18 kubik sampah per minggu. Sekarang hanya 3 kubik per minggu. Tingkat partisipasi warga yang memisah sampah baru 51 %, jika sudah 100 %, insyaallah, sampah yang keluar akan lebih sedikit lagi," pungkas pak Iwan.
Wow, rasanya ingin bertepuk tangan atas keberhasilan warga RW 09 Sukaluyu.
Bagaimana rasanya sesudah RW 09 Sukaluyu menjadi Kawasan Bebas Sampah?
"Ya senang atuh," jawab ibu-ibu PKK yang telah rampung senam pagi. "Dulu suka bingung urusan sampah. Sekarang ngga lagi."
"Saya sangat senang," jawab pak Udin, salah seorang petugas pengangkut sampah. "Sekarang udah ngga cape kaya dulu. Dulu, harus jalan kaki jauh sambil narik gerobak isi sampah. Baju jadi bau, ngga ada yang mau dekat saya," lanjut Pak Udin.
Hambatan apa yang ditemui di lapangan?Â
"Warga pendatang umumnya enggan berpartisipasi," jawab pak Iwan. "Bolak-balik menegur mereka, tetep aja begitu."
"Terkadang ada yang lupa memisah sampah," jawab Tiwi di kesempatan terpisah. Tiwi Arsianti merupakan salah seorang staff YPBB yang bertugas memberi penyuluhan pada warga KBS.