Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sungai Bercadar

27 Juli 2018   16:21 Diperbarui: 27 Juli 2018   17:18 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjelang Hari Sungai Nasional yang diperingati setiap  tanggal 27 Juli,  publik dikejutkan dengan kebijakan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang menutup permukaan Kali Sentiong  dengan jaring hitam. Mirip cadar, Kali Sentiong yang kerap disebut Kali Item menjadi sungai yang pertama di Indonesia yang ditutup permukaan airnya.

Jagad media sosial menjadi heboh  pastinya. Media internasional latah  memberitakan. "Bukankah masalah seharusnya dicarikan solusi, bukan malah ditutupi?" demikian kira kira argumennya. Seperti bangkai tikus yang seharusnya  dipendam dalam tanah,  menutupinya dengan kain hanya akan menimbulkan masalah lain

Sebetulnya apa yang terjadi?

Anies Baswedan dan wakilnya Sandiaga Uno  kompak menjawab bahwa Kali Item ditutup agar tidak terlihat buruk rupa  selama perhelatan akbar  Asian Games 2018. Sebagai tuan rumah tentunya malu pada para tamu internasional  yang singgah dan bermalam di Wisma Atlet.

"Fungsinya untuk menambah keindahan sehingga kali yang airnya item itu tidak terlihat langsung oleh para atlet internasional. Ini jadi untuk mempercantik lah," ujar Kasubbag Kepegawaian Dinas Sumber Daya Air Supriyono (sumber)

Aha,  jadi ini masalah beautifikasi. Disaat tamu berdatangan,  lokasi harus nampak rapi dan indah. bahkan agar tampak lebih cantik lagi, di sepanjang Kali Item  dipasang ornamen lampu dan tanaman hias. Sangat instagramable.

sumber: kompas.com
sumber: kompas.com
Hingga disini nampaknya polemik akan berkepanjangan. Jadi lebih baik tanya pada ahlinya. Supardiyono Sobirin dari Dewan Pakar DPKLTS berpendapat sebagai berikut:

Tidak menyelesaikan masalah. Sekadar "penutup malu" dan merupakan kebijakan gaya instan yang kerap diterapkan. Misalnya akan datang "tamu agung" maka PKL dan gelandangan diamankan dulu. Sesudah itu seperti biasa lagi.

Ternyata apa yang dikerjakan Anies sama dengan kepala daerah lain. Jadi jangan gusar. Toh selama ini kita diam saja ketika jalan tiba-tiba rapi, bersih dari sampah dengan alasan pejabat akan datang.

Demikian pula dalam penilaian Adipura, PKL tiba-tiba "menghilang",  serangkaian pot bersama tanaman hiasnya secara ajaib muncul menghiasai kawasan yang semula kumuh.

Jadi, biasa ajalah menyikapi kebijakan Anies Baswedan. Bukankah "budaya" sulap menyulap lazim dilakukan dan kita diam seribu bahasa. Seolah tidak terjadi apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun