Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bersatu Dalam Bedug dan Ketupat Lebaran

13 Juni 2018   23:58 Diperbarui: 14 Juni 2018   03:07 1401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika masakan opor dan sambal goreng bisa dimasak dalam waktu relatif pendek. Tidak demikian halnya dengan ketupat. Ketupat hanya dimasak setahun sekali.  Resepnyapun harus menelpon ibunda di Sukabumi. 

Saya bagikan  disini, ya?

Saya membuat 20-30 buah ketupat, tergantung ukuran cangkang.  Cangkang yang telah bersih diisi beras yang sudah dicuci bersih. Jika menginginkan nasi ketupat yang lembek,  beras yang dimasukkan kurang lebih sebanyak 1/3  cangkang ketupat .   Dan ukuran 1/2  cangkang ketupat bila menyukai nasi ketupat yang lebih keras. Yang penting jangan kebanyakan, karena beras tidak bisa mengembang sempurna dan nasi akan keras.

Ketupat-ketupat yang telah berisi beras dimasukkan dalam wadah besar yang telah diisi air. Air harus merendam semua ketupat, kemudian masak sekitar 4 -5 jam. Jika telah masak, angkat dan gantung  ketupat untuk santapan esok hari.

 Awal membuat ketupat, saya membutuhkan waktu yang cukup lama. Bisa setengah hari hanya untuk memasukkan beras ke dalam cangkang ketupat. Seiring waktu makin bertambah cepat dan luwes. Ketupat sudah masak ketika bedug bertalu bergantian dengan kumandang takbir. Menemani saya memasak lauk pauk lainnya, opor, sambal goreng dan rendang.

Tahun  berganti. Era berubah. Bumi berputar. Ada yang ditinggalkan oleh sang waktu. Namun makna Lebaran tetap sama. Ketika masyarakat muslim bersuka ria menyambutnya. Diiring bedug dan dinanti ketupat. Silaturahmi yang menghangatkan hati. Dan permohonan tulus pada Illahi agar meridhoi semesta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun