Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Anda Mudik, Saya Berkebun

7 Juni 2018   23:56 Diperbarui: 8 Juni 2018   00:12 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang Lebaran, nafas mudik di Kota Bandung mulai terasa. Terlebih mereka yang tinggal di kawasan yang dekat  lalu lintas menuju lokasi mudik, seperti Jabar bagian selatan serta Provinsi Jateng dan Jatim. Sayang, saya bukan tergolong kelompok yang bisa bereuforia mudik.  

Sudah lama saya ngga perlu mudik. Bahkan ketika ibunda masih ada, beliaulah yang aktif datang ke Bandung. Ya, ibunda yang beragama Katolik  dengan suka cita ke Bandung untuk membantu saya memasak ketupat dan opor ayam.

Sesudah ibunda tiada, dan anak-anak saya tidak membutuhkan ibunya seperti waktu mereka kecil, saya berencana  mengisi waktu dengan berkebun. Karena jalan di depan rumah mulai relatif sepi. Tidak seperti hari-hari biasa, ribuan bahkan mungkin ratusan ribu sepeda motor lalu lalang, menganggap akses jalan di depan rumah bak milik pribadi. Mereka ngebut, berbicara dengan nada keras  pada ponselnya  dan yang paling bikin nyesek: parkir mepet di pagar depan.

Ah kita sudahi berkeluh kesah. Lebih baik membuka pintu pagar lebar-lebar tanpa takut orang tak dikenal tiba-tiba nyelonong masuk. Mulai mencabuti rumput liar, gulma dan menyapu dedaunan jambu, salam, mengkudu dan nangka.

Berkebun sebetulnya merupakan kegiatan olah raga yang minim biaya namun kaya manfaat. Ngga perlu beli baju dan sepatu olah raga khusus. Terlebih topi dan kaca mata. Cukup berdaster ria untuk para ibu. Pada beberapa kasus diperlukan sepatu boot pak tani agar terhindar dari rumput basah dan becek.  Terjadi karena pekarangan sangat luas dan belum diplester semen seperti teras rumah yang saya huni.

Mau ikut berkebun?  Yuk, bisa mengajak anak-anak yang sedang libur panjang lho. Agar mereka punya kenangan indah juga sebagai penyeimbang tugas-tugas sekolah mereka yang teramat berat.

Apa saja yang harus dilakukan?

Tentukan area berkebun

sumber: xtend-studio.com
sumber: xtend-studio.com

Sebelum memilih  jenis tanaman yang akan ditanam, sangat penting menentukan sudut/area berkebun karena bisa mengetahui intensitas cahaya matahari. Sayuran misalnya, membutuhkan sinar matahari yang cukup banyak namun tidak sepanjang hari agar daunnya tidak terbakar.  Jangan lupa kemudahan akses menyiram agar tanaman selalu mendapat  cukup supply air  tanpa merepotkan.

Wadah tanaman

Bisa pot/polybag atau kotak-kotak bekas buah-buahan seperti yang saya gunakan. Saya membelinya di tukang buah tatkala musim duku dan kelengkeng. Gratis, untuk kotak buah terbuat dari kayu. Katanya sih ngga laku karena ngga ada yang mau beli. Sedangkan kotak kayu plastik saya beli seharga Rp 7.000- Rp 10.000.

Alasan saya menggunakan kotak kayu dan plastik ini selain murah dan rapih juga bisa menanam sekaligus banyak. Cukup dialasi plastik belas yang sudah dibolongi, wadah tanamanpun siap digunakan.

Media tanam

Masifnya  pembangunan kawasan perkotaan membuat semakin sulit menemukan tanah subur dan sehat untuk media tanam. Sehingga apa boleh buat, harus membeli tanah sehat di penjual tanaman hias. Mereka juga menjual pupuk kandang yang terbuat kotoran hewan dan humus, yang terbuat dari daun-daunan.

Ketiga jenis media ini: tanah, pupuk kandang dan humus dibutuhkan untuk berkebun organik agar tanaman tumbuh subur.

Alat-alat berkebun

sumber: goodhousekeeping.com
sumber: goodhousekeeping.com

Dibutuhkan alat pertanian untuk membongkar tanah, menanam dan menyiangi tanaman. Peralatan tersebut bisa diperoleh di toko pertanian, penjual tanaman hias atau menggunakan bekas alat dapur yang rusak. Sutil penggorengan misalnya bisa berfungsi sebagai pengganti sekop.

Bibit/benih  tanaman

Selain penjual tanaman hias, bibit tanaman dengan mudah bisa dibeli secara online. Baik online store terkenal maupun penjual perseorangan yang berinisiatif membagi satu paket benih tanaman kedalam bentuk plastik yang lebih kecil. Harganya seribuan hingga sekitar sepuluh ribuan rupiah. Sehingga selain lebih terjangkau, pemula bisa menanam berbagai jenis tanaman sekaligus.

Saya sendiri selain menggunakan bibit hasil membeli juga menggunakan bibit tanaman yang berasal dari sisa aktivitas dapur seperti jahe, kunyit,  wortel, cabe, tomat dan bawang merah/putih.

Nah mulai berkebun deh kita. Jangan lupa menaruh batu/potongan genteng sebelum memenuhi wadah tanaman dengan bibit tanaman. Benih tanaman dalam bentuk biji yang besar harus direndam semalam. Sedangkan bentuk biji yang lebih besar bisa langsung ditabur di atas media.

Sekitar sebulan kemudian tanaman sayur bisa dipanen. Sedangkan tanaman herbal bisa berbulan-bulan kemudian. Sebagai urban farmer, tentunya  manfaat yang didapat tidak hanya hasil berkebun. Namun juga:

Berolah raga

Berkebun berarti membakar  280 kalori hingga 380 kalori per jam. Jumlah yang sama dengan jogging atau berlari selama 30 menit atau berlari dengan jarak 2,5 km.

Yang mengejutkan berolah raga dengan  berkebun setara dengan berolahraga di pusat kebugaran, bahkan mampu membakar kalori lebih banyak daripada bersepeda. (sumber)

Terhindar dari urban stres

Tidak hanya orang tua, anak-anakpun rawan terkena urban stres karena tekanan di sekolah dan di rumah yang cukup tinggi.  Pelaku kegiatan berkebun menjadi relaks, berlatih kesabaran dan konsentrasi. Jika dilakukan bersama keluarga akan tercipta komunikasi yang intens sehingga hubungan keluargapun semakin harmonis.

Memulai mengompos sampah organik

sumber: leevalley.com
sumber: leevalley.com

Antara sampah organik dan anorganik, sampah organiklah yang paling sulit tertangani. Biasanya stigma sampah bau dan menjijikkan membuat orang menjauh. Terlebih sampah organik di bulan Ramadan dan hari Lebaran bakal menggunung.

Dengan berkebun , wawasan ekologi seseorang akan bertambah hingga tak segan lagi mengompos.

sumber : http://gephardtdaily.com
sumber : http://gephardtdaily.com
Sebetulnya masih banyak manfaat berkebun, silakan tanya ke pakde Gugel jika penasaran. Yang penting, mau ikutan berkebun ngga? 

Yuk, yuk, hayuk .... sambil memilih gaya apakah ala Michele Obama atau Melania Trump. ^_^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun