Berkorban
"...Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan...(QS Al-Maidah: 48).
Perbedaan itu rahmat. Seorang muslim sudah seharusnya bersabar melihat rumah makan tetap buka di saat bukan Ramadan. Berkorban disaat kelompok masyarakat lain makan dan minum didepannya. Tidak marah. Tidak ngomel-ngomel. Karena seperti yang telah saya sebut di atas, manusia lebih tinggi derajatnya dibanding ular yang juga berpuasa ketika harus ganti kulit.
Nabi Muhamad SAW berbuka dengan kurma.
Sebaik-baiknya muslim adalah yang menjadikan Nabi Muhamad SAW sebagai panutan.
Anas bin Malik RA berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasanya berbuka dengan rothb (kurma basah) sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada rothb, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian beliau berbuka dengan seteguk air (HR Abu Daud dan Ahmad). (sumber )
Jadi? Jika ingin mengikuti teladan nabi, cukup dengan kurma atau seteguk air. Sehingga tak perlu marah-marah melihat yang lainnya sedang makan dan minum.
Jangan marah karena urusan duniawi
Rasulullah SAW, Â tak pernah marah karena dirinya, tapi marah karena Allah SWT. Nabi SAW pun tak pernah dendam, kecuali karena Allah SWT. Tidak ada urgensinya marah karena melihat warung yang buka di bulan Ramadan. Serta mereka yang makan dan minum di bulan Ramadan. Karena setiap insan manusia mempunyai tanggung jawab masing-masing pada Sang Pencipta.
Dari antara ibadah lainnya, puasa merupakan satu-satunya ibadah tak kasat mata. Hanya Allah SWT yang mengetahui dan menerima ibadah tersebut.  Hanya  sebulan dari 12 bulan, hari-hari penuh rahmat itu tiba. Sayang sekali jika hanya diisi kemarahan karena melihat orang lain makan dan minum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H