Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Masjid Lautze 2, Oase Spiritual di Pusat Kota Bandung

20 Mei 2018   20:06 Diperbarui: 20 Mei 2018   20:36 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karim Oey diapit Hamka dan bung Karno (dok. Maria G Soemitro)

Setiap melalui Jalan Tamblong Kota Bandung, saya selalu menoleh dan menatap nanar pada masjid Lautze 2. Nampak unik.  Berada di antara pertokoan, masjid Lautze 2 yang hanya seukuran ruko berwarna menyolok dengan  merah kuning yang meriah. 

Sungguh berbeda dengan Masjid Agung Bandung dan Masjid Al Ukhuwah yang juga berada di tengah kota Bandung,  ke dua masjid ini nampak megah tak terjangkau.

Itulah alasan saya menamai Masjid Lautze 2 sebagai oase spritual. Karena jalan Tamblong, tempat Masjid Lautze 2 berdiri,  bukanlah jalan yang ramah. Penyeberang jalan sering mendapat sumpah serapah dari jalan satu arah ini.

Trotoarnya angkuh, enggan dilewati pedestrian. Begitu gersangnya perlintasan jalan Sumatera, jalan Veteran dan jalan menuju kawasan Asia- Afrika ini hingga hampir tak terlihat orang berlalu-lalang.

Masjid Lautze 2 menjadi oase spiritual yang menyejukkan. Disini para musafir bisa istirahat menyelonjorkan kaki di sepanjang trotoar. Tak perlu menyeberangi pekarangan luas dan puluhan undakan. 

Pada waktu salat tiba, ada air mengalir untuk wudhu. Dan di saat bulan Ramadan ada takjil berupa minuman dalam kemasan gelas plastik dan beberapa butir kurma.

beragam kegiatan di Masjid Lautze 2 (dok. Maria G Soemitro)
beragam kegiatan di Masjid Lautze 2 (dok. Maria G Soemitro)
Awal bulan Ramadan 1439 ini saya berkesempatan mampir dan bertemu dengan para pengurusnya yang ramah. Dan tebakan saya benar. Masjid Lautze 2 ini mungil sekali, hanya sekitar 7 x 6 meter sehingga harus menggunakan semua lahan dengan maksimal.

Loker bergembok tempat menyimpan sepatu dan peralatan lain, nampak berderet rapi di tembok yang menghadap Jalan Tamblong. Tidak ada pekarangan. 

Terbatasnya lahan membuat umat Islam yang ingin melaksanakan ibadah salat harus menggunakan trotoar.  Sama halnya ketika menjelang bedug Magrib, para musafir ngabuburit  dengan duduk di atas karpet yang digelar sepanjang trotoar. Menurut Ko Rahmat, ketua DKM,  Masjid Lautze 2 mampu menampung 100 orang.  

Sebanyak 50 orang umat Islam pria menempati bangunan utama sedangkan 50 orang muslimah sholat di bangunan Lautze Care yang berjarak sekitar 20 meter dari bangunan utama.

Lautze Care merupakan bangunan penunjang Masjid Lautze 2. Disini berlangsung aktivitas keagamaan khususnya bagi para mualaf yang ingin memperdalam agama Islam. Ya, awalnya Masjid Lautze dibangun oleh seorang mualaf bernama Oei Tjeng Hien yang akrab dipanggil Karim Oey.

Karim Oey diapit Hamka dan bung Karno (dok. Maria G Soemitro)
Karim Oey diapit Hamka dan bung Karno (dok. Maria G Soemitro)
Dengan pertimbangan seorang mualaf membutuhkan tempat berkumpul sekaligus belajar agama, Karim Oey membangun masjid Lautze 1 pada tahun 1991. Terletak di jalan Lautze nomor 89 Jakarta,  operasional Masjid Lautze di bawah Yayasan Haji Karim Oei (YHKO). Setelah itu,  Masjid Lautze 2 berdiri tahun 1997 di jalan Tamblong No. 27 Bandung.

Uniknya awal berdiri Masjid Lautze  tidak diniatkan sebagai masjid. Hanya kantor dengan ruangan khusus untuk sholat. Karena banyak warga yang datang untuk salat maka dibangun masjid dengan sentuhan khas etnis Tionghoa yaitu warna merah dan kuning. Sedangkan penamaan Lautze lebih dengan alasan terletak di jalan Lautze.

Kembali ke bangunan masjid Lautze 2 Bandung yang meriah dengan interior  dan eksterior berwarna  merah dan kuning menyolok. Berpadu dengan ornamen interior seperti lampu, tangga dan partisi yang diberi ukiran-ukiran Tionghoa.  Nampak mimbar  berwarna sama di bagian kanan masjid yang lebih mirip. 

Di bagian kiri dinding terlihat foto berbingkai menunjukkan kemesraan tokoh Buya Hamka, Bung Karno dan Karim Oey. Foto menunjukkan lokasi pertemuan yaitu di Bengkulu pada tahun 1938. Di ujung kiri nampak mading serta tempat wudhu yang terpisah antara kaum pria dan kaum perempuan.

Semua dalam ornamen dan warna kuning merah yang khas oriental.  Perbedaan lainnya masjid yang umum saya temui umumnya bersih dari barang, hanya ada karpet terbentang. Sedangkan Masjid Lautze terasa "penuh". Mungkin akibat ruangan yang sempit ditambah  menjelangnya waktu berbuka puasa.   

Sekelompok ibu-ibu sedang sibuk membungkus takjil ketika saya melongok ke dalam masjid.  Takjil yang berisi kurma dan air mineral dalam kemasan  merupakan sumbangan dari berbagai kalangan. Ada 2 macam takjil, takjil untuk jamaah yang berbuka dan tarawih di masjid Lautze. Serta takjil off-road yang dibagikan di luar masjid Lautze.

menjelang buka puasa di masjid Lautze 2 (dok. maria G Soemitro)
menjelang buka puasa di masjid Lautze 2 (dok. maria G Soemitro)
Kegiatan lain yang diselenggarakan Masjid Lautze 2 adalah ngabuburit sambil belajar agama pada pukul 15.00 hingga 17.00.  Pesertanya sekitar 30 orang anak,   berusia balita hingga jenjang Sekolah Dasar dan dibimbing 4 orang guru.

Dalam usahanya memenuhi kebutuhan warga yang ingin salat Jumat di Masjid Lautze 2, setiap mendekati waktu salat,  jalan di depannya akan ditutup sehingga mampu menampung sekitar 600-an jamaah. Demikian pula ketika salat Ied, jalan akan ditutup dan diberi tenda.

Yang menarik lainnya, para pengurus Masjid Lautze yang mayoritas etnis Tionghoa, akrab dengan panggilan koko dan cici. Layaknya etnis Sunda memanggil kang/teteh/mang/bibi pada mereka yang dituakan. Toleransi bukan sekedar jargon disini,  namun sudah dipraktekkan.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun