Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma

3 Hal yang Membuat Waktu Sahur Selalu Seru

18 Mei 2018   22:46 Diperbarui: 18 Mei 2018   23:07 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: sundaypost.com

Salah satu berkah bulan Ramadan adalah makan bareng keluarga di waktu Sahur. Kebersamaan yang  sulit dilakukan pada bulan-bulan lainnya. Di waktu sarapan, ada yang masih tidur, yang lainnya terburu-buru ke kantor atau kuliah hingga tidak sempat sarapan. Demikian juga sewaktu makan siang dan makan malam. Bahkan buka puasapun anggota keluarga acap tidak lengkap, ada yang ikut acara bukber, ada yang kemalaman pulang. Waktu untuk makan bersama rasanya menjadi mahal dan langka.

Beda halnya dengan makan Sahur yang bisa dipastikan ngumpul. Anggota keluarga lengkap untuk makan bersama karena waktunya terbatas. Walau perbedaan selalu ada. Seperti di keluarga saya, sementara yang lain makan sahur dengan tertib pada sekitar pukul  3-an,  si sulung  memilih tiduran dulu di sofa. Alasannya makan sahurnya mepet ke imsak saja,  agar "waktu lapar" lebih pendek. Aya-aya wae. ^_^. (bahasa Sunda: ada-ada saja).

Tentu saja itu kebiasaan lama, sewaktu si sulung masih kecil. Sekarang sih bangun sahur ya langsung makan karena bisa ngobrol ngilor ngidul.   Waktu sahur menjadi penuh berkah. Jika dalam keseharian relasi antar anggota keluarga harus melalui aplikasi gadget yang dingin, kegiatan makan bersama di waktu sahur mengubahnya menjadi hangat penuh kemesraan.

Ada banyak kisah sahur yang seru yang mewarnai umumnya keluarga Indonesia:  

Belajar puasa

Awal bulan puasa diwarnai anggota keluarga yang baru berpuasa. Biasanya balita, anak-anak usia sekolah Taman Kanal-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Kisahnya memenuhi timeline facebook dengan penuh keceriaan. Salahsatunya diceritakan kompasianer Hesti Edityo tentang putra bungsunya :

Bangunin unyil jam 4 buat belajar sahur. 

Terkantuk-kantuk dia bangun, sambil digendong dia bilang, "Ngantuk tau, Bu." Duduk di kursi sambil 1/2 merem, tapi mulut tetep mangap pas disuapin

Pas adzan subuh dia bilang, "saya makan pepaya lagi ya..."

Rupanya mayoritas rekan kompasianer dan blogger mengajarkan puasa pada usia 5 - 9 tahunan.  Saya juga. Walau ada kekhawatiran keluarga besar dan kerabat: "nanti kurang gizi,gimana?" Padahal puasa kan hanya menggeser waktu makan. Asupan nutrisi sama.  Anak-anak harus belajar sejak dini. Semakin bertambah umur semakin sulit.

Ada peristiwa lucu ketika Bimo memulai puasa. Biasanya beberapa hari awal puasa,  anak-anak libur, sehingga usai sahur dan sholat Subuh saya membiarkan mereka tidur lagi. Bangun sekitar jam 9-an dengan mata setengah terpejam Bimo berjalan menuju rak tempat saya biasa menyimpan cemilan mereka. Rupanya Bimo lupa sedang puasa. ^_^

Kisah lain lagi diceritakan kompasianer Uli Hape dalam unggahan video. Anak sulungnya yang sedang puasa menangis dengan alasan lapar sambil sholat Zuhur.

Sungguh beruntung anak-anak yang lahir di era digital karena dengan mudah dapat menyimpan peristiwa yang memorable dan menggemaskan tersebut. Karena dulu, Iyok, kakaknya Bimo, juga menangis di awal puasa. Ketika ditanya, mengapa nangis? Lapar, jawabnya. Padahal di hari-hari biasa sangat sulit menyuruh Iyok kecil untuk makan.

Tontonan televisi

Selama bulan Ramadan, stasiun televisi beramai-ramai menyuguhkan acara yang diharapkan "Islami", mulai dari kotbah, sinetron, variety show hingga acara full komedi dengan selingan kuis. Disinilah kesabaran diuji, ketika keluarga besar menyetel komedi yang cenderung slapstick. Sementara saya ingin nonton acara Al Misbahnya Quraish Shihab. Akhirnya mengalah, ajak mereka ngobrol agar melupakan komedi nan konyol tersebut.

Terlambat bangun

Telat bangun untuk makan sahur? Duh itu horor banget! Walau malam hari sudah menyiapkan makan sahur termasuk menyetel alarm, namun terlambat bangun sering tak terhindarkan. Banyak penyebabnya, mulai dari tidur kemalaman atau justru kurang tidur.

Jika anggota keluarga terdiri anak-anak yang beranjak dewasa sih gapapa.  Sedihnya jika ada anggota keluarga yang masih duduk di Sekolah Dasar dan dia keukeuh ikut puasa esok harinya. Campuran rasa kuatir dan bangga. Kuatir dia kelaparan, namun bangga karena si anak sudah berani mengambil keputusan walau berisiko kelaparan. Sebetulnya ngga apa-apa  menahan lapar akibat  sekali- dua kali ngga makan sahur. Bisa masuk kategori problem solving bagi si anak. Dan peringatan keras bagi ayah dan ibu agar tidak bangun kesiangan lagi.

Ada cerita lucu mengenai terlambat makan sahur.  Seorang kenalan yang saya panggil ibu  (karena seusia almarhum ibunda saya) punya kepercayaan unik. Tetap makan sahur walau terlambat bangun. Alasannya: " Kanjeng nabi menyuruh umatnya makan sahur sebelum puasa" . Nah, jika sudah yakin begini bakal sulit diubah. Mending saya angkat tangan. ^_^

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun