Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kedalaman Makna Bubur Kampiun

17 Mei 2018   22:21 Diperbarui: 18 Mei 2018   12:56 1432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bubur kampiun (dok. Maria G Soemitro)

bubur sumsum (dok. merdeka.com)
bubur sumsum (dok. merdeka.com)
Keluarga besar saya biasa membuat bubur sumsum usai mengadakan peringatan yang relatif akbar, konon agar perut para penyelenggara/pembuat hidangan pesta menjadi "dingin". Nyatanya bubur sumsum yang terbuat dari tepung beras dan kuah gula Jawa memiliki simbol, yaitu kesederhanaan.

Dinamakan bubur sumsum karena penampilannya seperti sumsum tulang, Murdijati Gardjito, seorang Guru Besar dan peneliti pangan dari Universitas Gadjah Mada mengatakan bahwa bubur sumsum terlahir ketika kalangan bawah berjuang untuk memenuhi pangan. Khususnya di masa paceklik/krisis pangan. Karena itu kasta bubur bisa dikatakan berada di bawah nasi.

Bubur ketan hitam

bubur ketan hitam (dok. annayelita.blogspot.co.id)
bubur ketan hitam (dok. annayelita.blogspot.co.id)
Ketan hitam merupakan kudapan asli yang disukai sejak zaman Majapahit. Dikonsumsi  para raja dan rakyat jelata, ketan hitam yang bertekstur khas dan terasa lengket ternyata memiliki filosofi.  Chef Ucu,  Koordinator Membership Ikatan Praktisi Kuliner Indonesia mengatakan:

" Butiran ketan hitam yang saling melekat  menandakan bila kita berkumpul, kedekatan kita semakin erat semakin baik. Sedangkan rasa manis pada ketan mengandung arti saat melakukan pertemuan hendaknya membuahkan sesuatu yang indah-indah".

Mengupas kuliner dari banyak sisi ternyata menyenangkan. Karena seperti yang dikatakan Ketua Akademi Gastronomi Indonesia, Vita Datau Mesakh dengan mengenal makanan melalui foodscape (food &landscape), kita  akan mendapatkan gambaran sosial, budaya, politik, ekonomi atau sejarah makanan tersebut.

Jadi, mengapa tidak hunting takjil/ makanan lain, menyelami kedalamannya kemudian menuliskannya ? Mengasyikkan lho. Selain itu, berharap  kuliner bisa menjadi bagian industri pariwisata Indonesia yang menjanjikan. 

Sumber: republika.co.id || tribunnews.com || hipwee.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun