Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Saya Mah Selalu Pertamax, Neng

29 Oktober 2017   21:20 Diperbarui: 29 Oktober 2017   21:23 1597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pertamina.com

Sehingga Indonesia menjadi negara terakhir yang masih menggunakan bahan bakar beroktan rendah. Padahal penerapan Euro 3 akan menguntungkan banyak pihak. Pemerintah tidak lagi harus membuang waktu produktifnya untuk menenangkan masa yang demo menolak kenaikan harga premium bersubsidi.

Konsumen pengguna akan mendapati kendaraannya hemat bakar bakar yang otomatis mengurangi biaya pembelian bahan bakar dan meminimalisasi biaya kesehatan yang timbul akibat turunnya kualitas udara.

Standar emisi Euro 3 juga sesuai dengan amanah UU nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Juga berkorelasi dengan komitmen Indonesia pada KTT Perubahan iklim yaitu mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29 % di tahun 2030. Kontribusi yang diharapkan dapat mendorong terciptanya kesepakatan dalam usaha membatasi pemanasan global di bawah 2 derajat celcius.

Kemampuan manusia untuk beradaptasi tidak usah diragukan. Ketika memperkenalkan mobil pertamanya, Henry Ford menggunakan bahan bakar nabati (ethanol). Sedangkan jauh sebelumnya Rudolf Diesel memakai minyak kacang bagi mesin ciptaannya. Mereka harus menyesuaikan bahan bakar mobilnya dengan energi fosil yang tersedia secara melimpah dan murah.

Kini, bahan bakar yang dibutuhkan tidak cukup hanya murah, tapi juga harus bertanggungjawab pada generasi mendatang. Sudah saatnya berhenti menggunakan bahan bakar beroktan rendah yang bahkan sudah tidak diproduksi negara lain. Hukum alam berlaku. Manusia harus beradaptasi. Seperti kata pak Dedi, sang sopir angkot, "Dulu juga ngga ada angkot, sesudah angkot banyak, muncul taksi online".

Betul, moda transportasi online menjadi jawaban bagi konsumen yang posisi sebelumnya sangat lemah. Tidak saja memperoleh pelayanan yang semena-mena, juga tarif angkot kerap dinaikkan secara sepihak ketika pemerintah mengumumkan kenaikan harga Premium.

Karena itu jika subsidi dihilangkan, Premium sudah tidak diproduksi maka yang tersisa adalah Pertamax yang harganya mengikuti harga minyak dunia. Harga yang berfluktuasi dan dipahami baik oleh sopir penyedia jasa angkutan maupun konsumennya.

Hukum alam dan hukum ekonomi, kerap berjalan secara alami, berkelindan tanpa satu pihakpun mampu mencegahnya. Yang harus dilakukan adalah langkah-langkah penyesuaian. Keluar dari zona nyaman dan mulai beradaptasi.

Mereka yang masih terpenjara kemilau masa silam akan tergilas perubahan zaman. 

Cepat atau lambat.

sumber gambar : twitter.com @BayuSA33
sumber gambar : twitter.com @BayuSA33

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun