Muncul dari pedesaan Jawa Barat, botram merupakan kegiatan santap bareng dengan menyajikan nasi dan lauk pauk di atas lembaran daun pisang. Familier bukan? Betul, cara makan bareng yang beberapa waktu lalu booming, sebetulnya warisan tradisi Sunda yang terus terjaga.
Seperti ngabuburit , yang kita kenal sebagai kegiatan menunggu waktu berbuka puasa. Tidak ada padanan kata yang tepat untuk botram. Â Juga tidak ada aturan baku apakah cara makan botram harus senantiasa di atas lembaran pisang. Â Menunya bisa sederhana, seperti nasi liwet, tahu, Â tempe, lalapan, sambal, dan ikan asin. Atau ditambah ayam goreng/pepes ikan/semur daging. Yes, siapa yang nolak? ^^
Khusus di Kota Bandung, kebiasaan makan bareng di ruang publik  sudah dilakukan sebelum Ridwan Kamil menjadi Walikota Bandung. Saya pernah menulisnya disini.  Beberapa kali Keuken sebagai penyelenggara mengajak warga Bandung menggunakan beberapa ruang publik untuk botram.  Pengisinya  penjual makanan yang menawarkan makanan dengan olahan kreatif. Yang menarik dari rangkaian acara Keuken adalah diusungnya  konsep ramah lingkungan.  Stand penjual makanan terbuat dari kayu bekas, dilarang menulis menu dengan bahan berpotensi nyampah. Dan yang terpenting adalah ajakan  agar lokasi selalu bersih, . Tempat sampah disediakan cukup banyak,. Pun petugas kebersihan wara-wiri menyapu, melaksanakan tugasnya.
Era kepemimpinan Ridwan Kamil, botram didorong untuk dilakukan per wilayah kecamatan. Bahkan jika memungkinkan per kelurahan. Namanya Culinary Night, karena dilaksanakan sore hingga malam hari. Pengisi stand umumnya penjual makanan yang biasa berjualan di area kecamatan maupun ibu rumah tangga yang mendadak  berwirausaha. Tujuannya tentu untuk membuka peluang. Keluarga (termasuk ibu rumah tangganya)  yang semula malu-malu, menjadi lebih percaya diri karena pengisi tenant lainnya sama-sama baru berbisnis.
Bagaimana dengan urusan sampah? Belum serapi eventnya Keuken. Alhasil petugas kebersihan harus membersihkan sampah keesokan paginya.
Dalam memperingati HUT Bandung yang ke-2017, Â diselenggarakan Botram. Bisa diartikan makan bareng , Botram juga merupakan akronim dari Bandung Oto Trade Market karena diisi 110 mobil toko (moko) Â GranMax buatan Daihatsu. Merupakan kolaborasi pemerintah Kota Bandung, harian Pikiran Rakyat dan Daihatsu, Botram digelar di sepanjang jalan Asia Afrika Kota Bandung pada tanggal 23 September -- 24 September 2017.
Bandung kolaboratif, itu harapannya. Pemerintah kota tidak bisa sendirian menyukseskan HUT Kota Bandung sekaligus memajukan pariwisata. Karena itu bekerja sama meluncurkan aneka acara seperti Bandung Great Sale, Bandung Air Show, BandungLight Festival dan Seni Bandung #1 , semuanya kurang lebih ada 14 acara. Berlangsung selama sebulan, Pemerintah Kota Bandung berhasil mengirit pengeluaran walau pesta berlangsung meriah. Ya, anggarannya kan bisa untuk infrastruktur atau menambah bangunan sekolah sesuai idaman Ridwan Kamil.
Ada apa aja di Botram 2017?
Pernah dengar dong tentang Amanda Brownies? Atau sering beli? Nah, brownies yang sering mengeluarkan varian-varian baru ini ada di event Botram 2017, bareng cemilan lain seperti tansu (ketan susu), seblak, bakso rujak  hingga makanan 'berat' nasi kikil, gudeg, nasi liwet. Dan nampaknya semua berkreasi, serba kekinian, meninggalkan pakem cara penyajian jadul.
Ingin makanan berat?
Unik bukan? Nasi sop yang biasa kita nikmati dengan ayam atau daging sapi, Si Geunyal menyajikan nasi sop dengan kikil. Demikan juga  nasi bakar,  yang biasanya berisi olahan ayam atau ikan, Si Geunyal memberi sensasi rasa baru  dengan kikil. Jika ingin mencoba ketika singgah di Kota Bandung, silakan kunjungi moto-nya di jalan Ahmad Yani.
Pastinya pernah makan sambal matah dong? Juga mustofa, cumi hitam sambal goang, cumi asin cabe gendot. Semua kuliner yang umumnya dinikmati di rumah makan Sunda ini disajikan oleh Sangu Rice Bowl sebagai topping rice bowl. Â Sehingga tentunya mengundang sensasi tersendiri.
Nah karena acara Botram sudah lewat, jika Anda ingin mencoba Sangu rice bowl cobalah cari moko/food truck --nya  di seputaran Taman Lansia Bandung.
Tidak hanya kuliner, 110 moko (mobil toko)/food truck dalam bentuk Daihatsu Gran Max memeriahkan HUT Kota Bandung yang ke 207 dengan aneka fashion dan produk kreatif. Juga hiburan yang diisi penampilan grup band terkenal , lomba fashion dan lomba pasanggiri serta lomba foto.
Seperti biasa saya lebih tertarik bagaimana panitia event mengelola sampah  yang pastinya  bejibun. Hmm..... ternyata bersih, bahkan jauh lebih bersih dibanding area di luar Botram. Mungkin hasil dari MC yang tak mengenal lelah mengingatkan pengunjung melalui pengeras suara agar menjaga kebersihan. Juga tersedianya tempat sampah yang ternyata digunakan dengan semestinga. Serta adanya relawan yang menyisir lokasi dengan membawa kantong hitam.
Jadi, sebetulnya kita bisa kan ya menyelenggarakan event tanpa styrofoam. Tergantung niat. Mau hidup sehat tanpa styrofoam atau ngga peduli bahaya styrofoam asalkan hidup nyaman. Termasuk ngga peduli nasib generasi mendatang yang akan berkubang dalam limbah styrofoam. Yuk, menolak styrofoam mulai  dari diri kita sendiri, mulai dari pemakaian yang sepele dan mulai sekarang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H