Terangkanlah ....terangkanlah ....jiwa yang berkabut penuh langkah
Penuh Dosa
Bila masa telah tiada
Kereta Kencana datang tiba-tiba
Perbedaan uro-uro dan lagu Opick dengan "Eta Terangkanlah" terletak pada nadanya. Ketukan nada riang sambil bernyanyi "tungtangtung....tungtangtung .....eta terangkanlah...." , mengingatkan saya pada kesenian Sunda yaitu rampak gendang yang penuh keceriaan. Membuat orang tersenyum dan ikut bergoyang, dan tanpa disadari syairnya pun makjleb masuk ke sanubari terdalam.
Siapa kreator "Eta Terangkanlah" yang menjadi booming, masih belum jelas. Budayawan Sunda, Hawe Setiawan menduga pembuatnya adalah seseorang yang berbicara bahasa Sunda. Dianalisis dari kebiasaan masyarakat Sunda yang menambahkan kata bantu untuk memperkuat kata depannya. (sumber)
"Kata 'terangkanlah' sendiri bahasa Indonesia, sesuai kata 'terangkanlah' dari Opick, kata 'eta' dari bahasa Sunda. Hampir bisa dipastikan yang membuat video itu terlahir dari penutur Sunda,"
Secara rinci Kang Hawe menjelaskan bahwa kata 'eta' secara harfiah artinya 'itu' atau kata petunjuk sesuatu. Termasuk verbal intensifiers, yaitu semacam kata bantu penguat kata kerja di depannya yang tidak ada artinya. Contohnya 'gek diuk'. 'Diuk' artinya duduk sedangkan 'gek' merupakan awalan yang tidak ada artinya.
"Contoh lainnya, kalau mau pakai kata 'berdiri' dalam bahasa Sunda disebut 'nangtung'. Sebelum ada kata 'nangtung', harus ada kata 'jung'. Jadi itu harus dihafal, itu kebiasaan di bahasa Sunda. Di penutur bahasa Sunda selalu dipakai tidak punya arti tapi punya fungsi," kata kang Hawe.
Ada pertalian budaya antara suku Jawa dan Sunda yang tidak bisa dinafikan. Misalnya Punakawan yang muncul dalam pagelaran wayang kulit dan wayang orang di kesenian Jawa merupakan sosok yang sama di kesenian Sunda. Hanya berbeda nama. Di kesenian Jawa, Punakawan bernama Semar dengan ke-3 anaknya Gareng, Petruk, Bagong sedangkan kesenian Sunda mengenal Semar, Cepot, Dawala dan Gareng.