Semua orang memiliki impian. Demikian pula saya. Saya bermimpi menikmati hidup di masa tua dengan melakukan aktivitas menyenangkan yang belum sempat saya lakukan ketika anak-anak masih kecil.
Tapi apakah sudah dipersiapkan?
Pertanyaan ini muncul ketika si bungsu hampir menyelesaikan kuliahnya. Fokus pada anak-anak dan kebutuhan mereka membuat saya melalaikan diri sendiri.
Padahal seharusnya setiap individu mempersiapkan masa tuanya sedini mungkin. Di usia produktif harus berinvestasi agar dapat menikmati masa pensiun dengan tenang. Terlebih jika mereka enggan menjadikan  anak-anak sebagai mesin ATM. Perjuangan generasi muda mencari nafkah akan lebih sulit dibanding era sebelumnya. Juga memenuhi kebutuhan sandang, papan, kesehatan serta pendidikan bagi anak-anak mereka.
Jadi, saya harus tetap bekerja.  Terlebih ada banyak agenda yang ingin diwujudkan seperti jalan-jalan mengunjungi pelosok Indonesia yang begitu indah. Juga ingin memperbanyak waktu bersosialisasi, ngobrol ngalor ngidul dengan teman-teman sepemahaman. Tapi mungkinkah itu? Bekerja  di usia yang tidak muda dengan segudang impian, sementara kesempatan semakin berkurang, staminapun menurun.
Hingga suatu saat saya membaca kultwit Nadirsyah Hosen, dosen tetap Monash University yang gemar  menulis tentang kajian Islam kontekstual.  Gus Nadir, panggilan  akrab Nadirsyah Hosen membahas tentang 7 cardinal rules for life dan rules ke 6 sangat berkaitan dengan masalah yang tengah saya hadapi:
Â
"Stop thinking too much.
Its allright not to know the answers
They will come to you when you least expect it".
Ketika saya coba telusuri ke blog pribadinya, Â Gus Nadir menjelaskan rules ke 6 tersebut sebagai berikut:
"Berhentilah berpikir terlalu banyak. Satu-satu saja yang dihadapi, jangan semuanya mau diselesaikan dan dipikirkan jawabannya saat ini. Terlalu banyak berpikir, hati kita akan tumpul untuk ikut terlibat dalam menemukan solusi. Dalam hidup ini tidak mengapa kalau kita tidak tahu semua jawaban. Pada saatnya kelak akan terurai semuanya. Kontrol pikiran kita. Buat skala prioritas. Dan jangan khawatir, teruslah berjalan meski hanya dalam angan".
Benar juga apa yang dikatakan Gus Nadir, sebagai manusia, kita memiliki banyak keinginan. Sementara kemampuan terbatas, baik finansial, waktu dan kemampuan. Sangat menyenangkan apabila bisa menjalani kehidupan bak air yang mengalir. Karena itu saya mulai melakukan langkah-langkah finansial berikut ini:
Begitu banyak keinginan,  harus ada skala prioritas dan target (goal). Manfaatnya sangat banyak, selain agar lebih terarah dan  fokus juga untuk memelihara semangat. Bangun tidur di pagi hari akan jauh lebih menyenangkan jika memiliki  rencana merealisasikan impian.
Saya menentukan target menunaikan ibadah haji, tidak saja sebagai pemenuhan kewajiban umat Islam tetapi juga merupakan impian sejak anak-anak masih kecil. Karena itu saya mulai mencari info jasa perjalanan haji, mulai dari jumlah yang harus dibayar, pelayanan dan kelebihan - kelebihan yang dimiliki agar perjalanan spiritual dapat terealisasi dengan nyaman.
Persiapan yang dilakukan tidak hanya perencanaan finansial tapi juga kesehatan. Pola makan harus dijaga, disiplin berolahraga mulai dilakukan, Â agar tidak ambruk ditengah usaha menggapai impian.
Pengeluaran primer seperti biaya makan, kesehatan, listrik, air, telekomunikasi, hingga iuran RT/RW harus dikalkulasi dengan cermat. Jumlahnya tentu saja berkurang jauh dibanding semasa anak-anak masih satu atap.
Kemudian ditambah dengan perkiraan uang yang harus disisihkan per bulan agar perjalanan ibadah haji bisa terlaksana. Kemudian ada pula anggaran belanja sekunder yang bisa diperketat dengan mengutamakan kebutuhan dan mengenyampingkan sekedar keinginan. Walaupun tentu saja jangan sampai hidup ngenes, gara-gara ingin hemat, sepatu yang bolong atau baju robek-robek, tetap dipakai.
Darimana saja penghasilan diperoleh termasuk kemungkinan mendapatkan tambahan harus dihitung. Jumlahnya wajib sama dengan anggaran belanja.
Jika belum, harus dicari celah untuk mendapat tambahan pendapatan. Misalnya sebagai pemasok 2 jenis kue di sebuah toko kue,  saya aktif melakukan pemasaran agar memperoleh pesanan tambahan. Biasanya usai memposting di media sosial, ada yang tertarik dan memesan. Selain juga melakukan trik sambil menyelam minum air. Berangkat ke pengajian/arisan, sambil  membawa kue-kue yang ludes usai pertemuan.
Kelola keuangan dengan cara jenius
Ibu rumah tangga jaman dulu membagi penerimaan keluarga ke dalam beberapa amplop.  Satu amplop untuk satu anggaran.  Tujuannya agar disiplin dan tidak terjadi defisit di akhir bulan,  juga supaya  sisa uang hasil penghematan bisa ditabung di akhir bulan.
Di era digital, cara itupun bisa dilaksanakan dengan menggunakan salah satu fasilitas virtual yang diberikan Jenius. Apa itu Jenius? Ah ini dia, Jenius merupakan asisten keuangan cerdas yang diterbitkan BTPN Sinaya yang dioperasikan dalam bentuk  aplikasi pada ponsel. Dengan mengaktifkan Jenius,  pemilik dana akan mendapat bantuan pengelolaan keuangan sebagai berikut:
Tidak hanya itu, hasil penghematan bulanan dapat dengan mudah dialokasikan dalam Save It. Hanya dengan menyentuh layar ponsel untuk memberikan instruksi, Â Jenius akan mengelola setiap rupiah yang dimiliki agar bisa berkembang maksimal, sehingga impian menuju tanah suci bisa lebih cepat terealisasi.
Beberapa fitur Jenius lain yang sangat membantu aktivitas keuangan adalah:
Fitur Pay Me yang dimiliki Jenius akan melakukan penagihan dengan $Cashtag, nomor telepon dan alamat email. Sehingga masalahpun terselesaikan tanpa drama.
Dengan bantuan split bill, kini masalah tersebut terselesaikan. Tagihan akan dibagi secara merata hingga nominal terkecil, kemudian setiap orang akan menerima pemberitahuan jumlah yang harus dibayar lewat notifikasi (bagi sesama pengguna Jenius) dan SMS untuk non Jenius. Mudah bukan?
Â
Usai melakukan transaksi, Â banyak orang yang refleks menghitung saldo yang dimiliki. Dan menjadi jengkel ketika mendapati jumlahnya berbeda dari kenyataan.
Fitur In & Out dalam aplikasi Jenius akan membantu menelusuri dengan cara mengunduh seluruh histori transaksi yang disusun berdasarkan tipe, kategori, rentang waktu dan besarnya transaksi. Menyenangkan bukan?
Seperti telah diuraikan diatas, kondisi yang saya jalani jauh dari normal. Harusnya persiapan dilakukan sedini mungkin. Bisa di awal masa pernikahan atau sewaktu masih lajang. Karena biaya penundaan sangat mahal harganya.
Mulailah lakukan pengelolaan keuangan secara cermat. Jangan terpaku pada besar kecilnya penghasilan yang hasil penilaiannya sangat subjektif. Â Memiliki akun Jenius bak mempekerjakan asisten pribadi yang mengelola keuangan dari balik ponsel.
Ingin lebih lanjut mengetahui aplikasi Jenius? Silakan buka websitenya di  www.jenius.com atau ikuti akun Jenius di Instagram yaitu @jeniusconnect
Adapun akun twitternya adalah @JeniusConnect serta fanpage facebook  @jeniusconnect , yang akan memberikan lebih banyak detail informasi seperti cara pengaktifan akun Jenius hingga  deretan merchant yang memberikan diskon hingga 75 %.
Jadi jika ada  financial manager  virtual yang membantu mengelola aktivitas keuangan, mengapa tidak? Hidup akan terasa semakin mudah karena waktu dan tenaga digunakan secara efisien dan efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H