"Berhentilah berpikir terlalu banyak. Satu-satu saja yang dihadapi, jangan semuanya mau diselesaikan dan dipikirkan jawabannya saat ini. Terlalu banyak berpikir, hati kita akan tumpul untuk ikut terlibat dalam menemukan solusi. Dalam hidup ini tidak mengapa kalau kita tidak tahu semua jawaban. Pada saatnya kelak akan terurai semuanya. Kontrol pikiran kita. Buat skala prioritas. Dan jangan khawatir, teruslah berjalan meski hanya dalam angan".
Benar juga apa yang dikatakan Gus Nadir, sebagai manusia, kita memiliki banyak keinginan. Sementara kemampuan terbatas, baik finansial, waktu dan kemampuan. Sangat menyenangkan apabila bisa menjalani kehidupan bak air yang mengalir. Karena itu saya mulai melakukan langkah-langkah finansial berikut ini:
Begitu banyak keinginan,  harus ada skala prioritas dan target (goal). Manfaatnya sangat banyak, selain agar lebih terarah dan  fokus juga untuk memelihara semangat. Bangun tidur di pagi hari akan jauh lebih menyenangkan jika memiliki  rencana merealisasikan impian.
Saya menentukan target menunaikan ibadah haji, tidak saja sebagai pemenuhan kewajiban umat Islam tetapi juga merupakan impian sejak anak-anak masih kecil. Karena itu saya mulai mencari info jasa perjalanan haji, mulai dari jumlah yang harus dibayar, pelayanan dan kelebihan - kelebihan yang dimiliki agar perjalanan spiritual dapat terealisasi dengan nyaman.
Persiapan yang dilakukan tidak hanya perencanaan finansial tapi juga kesehatan. Pola makan harus dijaga, disiplin berolahraga mulai dilakukan, Â agar tidak ambruk ditengah usaha menggapai impian.
Pengeluaran primer seperti biaya makan, kesehatan, listrik, air, telekomunikasi, hingga iuran RT/RW harus dikalkulasi dengan cermat. Jumlahnya tentu saja berkurang jauh dibanding semasa anak-anak masih satu atap.
Kemudian ditambah dengan perkiraan uang yang harus disisihkan per bulan agar perjalanan ibadah haji bisa terlaksana. Kemudian ada pula anggaran belanja sekunder yang bisa diperketat dengan mengutamakan kebutuhan dan mengenyampingkan sekedar keinginan. Walaupun tentu saja jangan sampai hidup ngenes, gara-gara ingin hemat, sepatu yang bolong atau baju robek-robek, tetap dipakai.
Darimana saja penghasilan diperoleh termasuk kemungkinan mendapatkan tambahan harus dihitung. Jumlahnya wajib sama dengan anggaran belanja.