Sebetulnya ucapan Rhoma Irama tidak terlalu salah jika kasus terjadi pada zaman dulu. Metamfetamin, satu derivate turunan dengan amfetamin yang terkandung dalam pil ekstasi, sering diresepkan dokter bagi pasien yang ingin melakukan diet. Tapi itu zaman baheula, sekarang sudah ditinggalkan karena timbulnya efek ketergantungan dan kerusakan otak. (sumber)
Selanjutnya Dr. Andri SpKj. Psikiater menjelaskan bahaya metamfetamin yang dikenal sebagai sabu sebagai berikut:
Efek psikologis
Pamakai sabu menjadi orang yang berbeda kepribadian akibat meningkatnya rasa percaya diri, harga diri dan meningkatnya libido. Timbul perasaan euforia  yang sangat berlebihan tanpa ada perasaan malu sedikitpun.
Tidak seperti heroin dan ganja, orang yang memakai zat ini tidak mengalami efek sedasi atau menurunnya kesadaran. Dia tetap terjaga dan mampu konsentrasi dalam kegiatan apapun.
Pemakaian sabu juga menimbulkan  gejala-gejala psikosomatik, paranoid, halusinasi, dan agresivitas. Penggunaan yang berlebihan mengakibatkan pemakainya menjadi mudah tersinggung dan berani berbuat sesuatu yang mengambil risiko.
Efek pada kesehatan fisik
Efek stimulan pada obat ini menyebabkan kerja jantung dan pembuluh darah tubuh menjadi berlebihan. Pengguna sabu akan mengalami peningkatan tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik. Bertambah kencangnya denyut nadi sangat membahayakan nyawa penderita hipertensi atau darah tinggi.
Pengguna sabu juga bisa mengalami demam luar biasa karena suhu tubuh meningkat tinggi. Sangat berbahaya. Dampak peningkatan suhu yang berlebihan bisa mempengaruhi otak, menimbulkan kejang hingga perdarahan otak yang berujung kematian.
Ketergantungan
Pemakaian sabu yang hanya sesekali di waktu pesta ternyata mampu menimbulkan kerusakan otak yang mengarah pada pemakaian terus-menerus dengan dosis yang semakin tinggi.