Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Yuk Berkebun ala Si Cinta

29 Mei 2017   11:04 Diperbarui: 29 Mei 2017   11:36 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bekas kotak buah sebagai wadah bercocok tanam (dok.pribadi)

Siapa Si Cinta? Itu lho nama panggilan istri Ridwan Kamil, walikota Bandung. Nama aslinya Atalia Praratya, dipanggil demikian mungkin  Ridwan Kamil bermaksud memberi teladan, ayolah tiru kami yang sering saling menyanjung, dilain waktu saling memperolok, tetapi di dalam hati yang terdalam saling menyayangi dan mencintai, agar bisa menggapai bahagia dunia akhirat.

Sejoli  ini kompak menyukseskan gerakan berkebun  di lahan terlantar. Awal idenya memang berasal   dari kang Emil, panggilan Ridwan Kamil, disambut antusias kawan-kawannya yang meneruskan hingga kini dalam naungan Indonesia Berkebun dan telah merangkul 30 kota untuk melakukan gerakan berkebun. Sementara Si Cinta selalu  mendukung,  tidak saja dalam pembentukan Bandung Berkebun, tetapi juga menerapkannya di rumah botol mereka di Cigadung. Kegiatan berkebun diteruskan  di pendopo setelah kang Emil menjadi walikota Bandung.

Mungkin ada yang berkilah, ah pendopo kan luas, fasilitas memungkinkan. Memang betul luas, tapi jika diperhatikan urban farmingnya sangat sederhana. Hanya menanam sayuran di pot-pot dan di paralon. Awalnya saya pikir paralon-paralon itu adalah hidroponik, ternyata bukan. Sungguh melegakan karena hidroponik termasuk hobi bertani yang mahal dan tidak ramah lingkungan.  Diperlukan bahan pembantu yang hanya bisa digunakan untuk sekali pemakaian, contohnya rockwool. Hasil eksperimen hidroponik  dengan ibu-ibu komunitas juga membuktikan hasil panen yang aneh, daun berwarna kuning pucat dan kurang gemuk. Mungkin kurang nutrisi disebabkan  tidak tepat waktu dan tidak tepat komposisi r supply air dan pupuk. Ah lain kali saja kita bahas hidroponik yang  ternyata cukup njlimet  ya?

Kita kembali ke topik untuk memulai berkebun ala Si Cinta, berkebun yang simple dan ngga ribet.  Kita mulai langkah-langkahnya, yaitu:

Penentuan area berkebun

Dimana ada kemauan, disitu ada jalan. Adagium ini pas banget diterapkan pada mereka yang sering harus berkreasi dalam urban farming. Dalam acara blusukan ke kampung-kampung di Kota Bandung, saya melihat banyak rumah menghiasi dindingnya dengan pot-pot berisi tanaman. Area berkebun memang bisa dimana saja, yang membedakan adalah jenis tanaman. Tanaman sayuran membutuhkan asupan sinar matahari secara penuh, karena  itu harus dipilih tanaman hias jika area bercocok tanam terlalu terlindung dari sinar matahari.

berkebun di sepanjang pagar rumah (dok. pribadi)
berkebun di sepanjang pagar rumah (dok. pribadi)
Pot/polybag/paralon

Pencantuman pot/polybag/paralon hanya untuk memudahkan penyiapan wadah media, tempat menanam.  Tidak ada aturan baku, karena begitu suburnya Indonesia hingga tanaman bisa tumbuh dimana saja. Di sela-sela coran tembok. Di lantai pekarangan yang mulai jebol dan lain sebagainya.  

Seorang rekan, kepala sekolah SMP berencana menggunakan kotak tetrapak (kemasan antiseptik) bekas susu pasteurisasi ukuran 1 liter sebagai pot tanaman. Jika berhasil,  nampak asyik ya? Karena sampah kemasan ini belum ada solusinya sementara 3 lapisannya (alumunium, kertas dan plastik) akan mengotori bumi.

 Selain paralon, pot dan polybag, beberapa alternative yang pernah saya gunakan adalah bekas kemasan minyak goreng dan camilan, juga pernah menggunakan bekas  kotak plastik  buah-buahan.

bekas kotak buah sebagai wadah bercocok tanam (dok.pribadi)
bekas kotak buah sebagai wadah bercocok tanam (dok.pribadi)
Media tanam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun