Tak heran pasar rakyat kerap digunakan untuk kontestasi politik , revitalisasi pasar hanya sekedar membangun gedung. Melupakan bahwa para penjual di pasar tradisional adalah individu mandiri, pelaku UMKM yang menopang pondasi perekonomian tatkala negara limbung terkena topan krisis moneter. Mereka juga adalah duta-duta budaya yang mengenalkan dan mengokohkan adat istiadat, kuliner serta bahasa daerah setempat.
Karena itu sudah seharusnya pemerintah menetapkan hari peringatan pasar rakyat. Agar para pelaku diakui eksistensinya untuk tumbuh dan berkembang. Alasan lainnya adalah:
- Pasar rakyat tempat dilambungkannya doa pengharapan untuk kehidupan yang lebih baik.
Tidak ada pengangguran di pasar rakyat. Setiap detik digunakan untuk ativitas ekonomi. Berbelanja dan menata belanjaannya sambil melayani pembeli. Semua sibuk berpengharapan agar barang dagangannya laris manis. Bahkan tatkala harga cabai rawit melambung tinggi hingga melebihi harga daging sapi, mereka tetap optimis. Dan terbukti. Cabai rawit laris manis habis terjual. Tak ada komoditas yang tak laku di pasar rakyat.
Tanyakan pada para penjual, apa latar pendidikan mereka? Mungkin jawabannya SD atau tidak lulus SD. Tapi anak-anak mereka? Minimal sedang menempuh pendidikan di SMA. Kebanyakan kuliah, mengambil S1 atau D3. Dari sini pula, dari petak-petak sederhana, para penjual mengumpulkan rupiah untuk menunaikan ibadah haji dan umroh.
- Tempat bersemainya semangat
Jika pasar ritel modern mensyaratkan tubuh sehat dan rentang usia tertentu, tidak demikian halnya di pasar rakyat. Dengan mudah akan ditemui penjual berusia 70 tahun hingga 90 tahun. Aktivitas di pasar rakyat menjadi stimulasi bagi keburgaran mereka.
Pasar rakyat merupakan kawah candradimuka bagi mereka yang malas. Yang tersisa adalah pelaku-pelaku ekonomi yang cerdas dan praktis. Mereka adalah pemilik perusahaan yang tidak memusingkan strategi pemasaran. Tidak perlu menetapkan hari-hari diskon daisabu (daging – ikan – sayuran – buah-buahan) karena harga komoditas di pasar rakyat sudah sangat murah.
Juga tak perlu melakukan trik menaikkan omzet penjualan dengan purchase with purchase , mereka cukup menambahkan marginagar memperoleh keuntungan. Selisihnya terkadang mengherankan, hanya 200 – 300 rupiah, tidak dibulatkan ke angka Rp 500 mengingat kini sulit sekali memperoleh uang receh sebesar itu.
“Segitupun sudah untung bu, sudah cukup”
“Cukup” menjadi kata ajaib pemompa semangat karena terbukti tidak ada pelaku usaha yang bangkrut di pasar rakyat.
Yayasan Danamon Peduli sebagai penginisiasi Hari Pasar Rakyat Nasional bukanlah lembaga yang baru mengenal pasar rakyat. Pada tahun 2011 program Pasar Sejahtera mendapat penghargaan Asia Responsible Enterpreneurship untuk kategori Green Leadership setelah sebelumnya menyabet juara ke-2 tingkat dunia BBC World Challenge 2009 dan MDGS Award 2009 kategori pengentasan kemiskinan.