Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

(8 Tahun Kompasiana) Ketika Kompasiana Memberi Saya Apresiasi

20 November 2016   23:57 Diperbarui: 21 November 2016   00:00 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Enam tahun sudah saya ngompasiana.Bahkan 6 tahun lebih, karena terdaftar 26 Maret 2010. Banyak momen tak terlupakan pastinya. Tanpa Kompasiana, mana mungkin saya berkenalan dengan “orang – orang besar” seperti pak Kusmayanto Kardiman, mantan Rektor ITB, pak Prayitno Ramelan, pengamat intelijen yang kerap malang melintang di televisi, pak Chappy Hakim yang sekarang menjadi direktur PT Freeport, pak Junanto Herdiawan yang kini menjadi salah seorang Deputi Bank Indonesia. Serta masih banyak lainnya, mereka semua rajin mengisi kolom-kolom Kompasiana dan ramah serta sabar menjawab komen-komen yang berhamburan datang.

Berkat Kompasiana saya mendapat banyak ilmu. Ibarat arena bermain, setiap membuka laptop, terlebih dulu yang dibuka adalah laman Kompasiana. Semua berita terbaru ada disini, lengkap dengan opininya. Asyik bukan? Karena sangat asyik saya kerap aktif dalam diskusi dan tulisan terbaru. Dampaknya memicu saya untuk cepat-cepat menulis lagi.

Tak berlebihan jika saya katakan bahwa berkah terpenting adalah memiliki ratusan teman yang akhirnya  akrab di media social facebook. Celotehan mereka selalu menyambut ketika saya membuka beranda. Hingga  sering terbesit tanya, jangan-jangan dulu saya ngga punya teman ya? ^_^

Namun saya harus memilih satu momen bukan?  Momen berharga ini saya pilih karena berdampak besar dalam hidup. Membuat saya bangkit penuh percaya diri, penuh keteguhan hati bahwa saya punya nilai, bahwa saya somebody bukan anybody. Yaitu ketika pembawa acara Kompasianival 2012 berkata:

…….. dan Kompasianer of the year adalah ……

Kok saya?  

Bingung, mereka ngga salah? Jangan-jangan mereka salah sebut nama?

Pingin nangis, karena takut ini hanya mimpi.

Terharu pastinya, bagaimana tidak, ini penghargaan yang berharappun saya tidak berani.

Senang dan bahagia. Karena terpilih menerima supremasi tertinggi di Kompasiana. Juga dalam hidup saya. Maknanya  sama dengan lahir, jodoh dan mati, karena membuat cakrawala saya berubah dalam dua kalimat:

“Saya diapresiasi karena memiliki nilai. Saya memiliki arti, jangan sia-siakan itu.”

Seharusnya saya tidak perlu terkejut. Beberapa hari sebelum pengumuman salah seorang pengelola Kompasiana, Nurulloh menelpon. Ia  menanyakan apakah saya akan datang ke kompasianival. Saya jawab iya, saya akan datang dan berencana datang pulang pergi naik travel.

Dijawab lagi oleh mas Nurul, jangan ngga datang ya, sampai jumpa di Kompasianival 2012. “Oke, asal oleh-olehnya ya”, kata saya bercanda. Nurulloh memang baru pulang dari Taiwan. “Negara leluhurnya”, kata bang Isjet, mengingat mas Nurul memiliki kulit tubuh putih kekuningan dan mata yang sipit.

Ketika menerima telepon dari pengelola Kompasiana, saya menolak kemungkinan apapun, karena saya bukan orang yang dinominasikan oleh kawan-kawan sesama Kompasianer. Khususnya teman-teman 7 icon di grup inbox facebook.

Walah ada 7 icon di Kompasiana? Jangan salah, ini bukan kumpulan gadis cantik tapi kumpulan emak-emak berumur kepala 4 keatas walaupun ada satu yang hampir menyentuh usia 40 tahun, dan satu lagi masih jomblo. Diawali ingin ngerumpi dan curhat 7 kompasianer yang juga anggota Kampret (Kompasianer Hobby Jepret) , memutuskan untuk membuat grup ngobrol di facebook. Pertimbangannya mudah diakses siapapun, begitu saja. Dannnnn………3 diantara 7 emak-emak ini masuk nominasi pengelola Kompasiana untuk menuju Kompasianer of The Year serta Kompasianer Terfavorit. Hebat ya? Siapa mereka? Hehehe, silakan tebak  …… ^_^

Saya yakin tidak mungkin terpilih karena teman-teman ngerumpi di grup inbox facebook ramai-ramai memilih A sebagai favorit. Sehingga dengan berlinang airmata, saya mem-vote diri sendiri. Ya, aku mah apa atuda, teman-temankupun  underestimate.

Dalam perjalanan pulang ke Bandung dan lama sesudahnya, saya sering meneguhkan diri bahwa Kompasiana tidak salah membuat keputusan. Bahkan hingga kini. Saya memang bukan siapa-siapa, hanya seorang yang terus belajar dan belajar. Karena disetiap lembar pelajaran terkandung makna betapa banyak yang tidak saya pahami dan betapa dalamnya lautan ilmu.

Saya juga hanya  ingin berbagi dan berbagi. Karena walau berbagi untuk kesenangan tapi selalu mendapat  kembali dalam jumlah berlipat ganda. Dan yang pasti Kompasiana tidak  memberi penghargaan karena titel yang dimiliki, jumlah bahasa asing yang dikuasai dan betapa terpandangnya si Kompasianer. Tapi, …….. entahlah saya masih sering bingung. Karena itu saya terus berjalan dan berjalan, menulis dan menulis, berharap tulisan saya bermanfaat, hanya itu.

**********

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun