Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berbagi Semangat Go Green Demi Lingkungan yang Berkelanjutan

1 Oktober 2016   23:57 Diperbarui: 2 Oktober 2016   15:36 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: nymag.com

Wah permintaan yang terlalu banyak, terlebih tanpa bantuan sumber daya. Saya hanya menyanggupi untuk mendampingi dan memberi pemahaman pengelolaan sampah, urban farming. Yah, anggap saja silaturahmi ke warga masyarakat yang tinggal di RW tetangga, karena saya menempati perumahan di RW 11 sedangkan komunitas dampingan berada di RW 10. Komunitas tersebut dinamakan komunitas Engkang-engkang karena menghuni area pinggir sungai Cidurian. Engkang-engkang adalah suatu binatang yang hanya mau menghuni sungai yang bersih. Biasa digunakan sebagai bio indikator suatu aliran sungai.

Ternyata tidak mudah mendampingi warga, sehingga saya sering bolak-balik ke kantor kecamatan untuk berdiskusi dengan pak camat atau wakilnya. Bahkan lebih sering dengan sang wakil camat, Pak Yudi. Dengannya saya berdiskusi dan bertanya tentang banyak hal. Maklum sebelumnya saya belum pernah ikut program pemerintah, entah itu PKK atau Posyandu. Sementara dari situlah harusnya saya masuk. Bekerja bersama lembaga dan program buatan pemerintah akan memudahkan apapun kegiatan kita. Toh untuk warga masyarakat yang sama.

Pak Yudi, salah satu Camat terbaik Kota Bandung (dok. pemkot Bandung)
Pak Yudi, salah satu Camat terbaik Kota Bandung (dok. pemkot Bandung)
Tahun 2012, Pak Yudi dipromosikan menjadi Camat Sukajadi. Wah kebetulan sekali. Kecamatan Sukajadi merupakan domisili komunitas dampingan saya yang kedua yaitu komunitas Kendal Gede. Pengangkatan Pak Yudi sebagai Camat di sini merupakan berkah karena kesulitan bertemu dengan camat sebelumnya. Sayangnya semenjak menjadi camat, saya justru malah kesulitan bertemu. Pak Yudi sibuk sekali, entah sedang meninjau lapangan, sedang ada tamu, memimpin rapat. Walah.

Sesudah begitu banyak janji bertemu tapi batal, pertemuan terakhir justru membahagiakan. Sama sekali tidak menyangka bahwa apa yang kita lakukan dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan juga. Demi menuju eco office, Pak Yudi memilih cara termudah dulu yang minim biaya yaitu mengubah perilaku pegawai kecamatan agar mengurangi sampah. Saya yakin tidak mudah tetapi bukan tidak mungkin. Karena sebetulnya belum lama kita mengenal plastik sekali pakai. Baru terbilang puluhan tahun. Mengubahnya hanya memerlukan komitmen, mau atau tidak berkorban untuk generasi penerus yang membutuhkan kehidupan yang nyaman dan berkelanjutan. Hanya itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun