Selain itu pengumpulan volume air yang cukup besar ke dalam sumur resapan menyebabkan beban resapan relatif besar. Beban resapan adalah volume air yang masuk dalam lubang dibagi luas permukaan resapan (dinding dan dasar lubang). Beban resapan akan meningkat sejalan dengan meningkatnya diameter lubang.
[caption caption="tabel LRB dan sumur resapan"]
Tabel 1 menunjukkan bahwa LRB berdiameter 10 cm dengan kedalaman 100 cm hanya menggunakan permukaan horizontal 79 cm2 menghasilkan pemukaan vertikal seluas dinding lubang 0,314 m2, berarti memperluas permukaan 40 kali yang dapat meresapkan air. Volume air yang masuk tertampung dalam lubang maksimum 7,9 liter akan meresap ke segala arah melalui dinding lubang, dan menimbulkan beban resapan maksimum 25 liter/m2. Perluasan permukaan resapan akan menurun dan beban resapan meningkat jika diameter lubang diperbesar.
Sebagai contoh bila diameter lubang 100 cm atau mendekati diameter sumur, maka perluasan permukaan yang diperoleh hanya 4 kali, dengan beban resapan yang meningkat menjadi 250 liter/m2. Peningkatan beban resapan mengakibatkan penurunan laju peresapan air karena terlalu lebarnya zone jenuh air di sekeliling dinding lubang, terlebih jika sebagian permukaan resapan dikedapkan dengan penguat dinding.
Kesimpulannya, LRB ternyata mampu menyerap air banjir lebih banyak dibanding sumur resapan, dengan syarat paralon hanya dipasang disekitar permukaan LRB untuk mencegah longsornya tanah. Fauna tanah harus mendapat akses untuk membuat biopori tanah hingga akhirnya tanah di sekeliling LRB akan menyerap air seperti spons. LRB akan berfungsi maksimal jika tanah disekelilingnya telah sehat yang dipicu oleh keberadaan sampah organik, sumber nutrisi fauna tanah.
Selain kemampuan menyerap air hujan yang berarti juga menabung air, keunggulan LRB lainnya adalah:
- Murah dan mudah. Dibanding sumur resapan, pembuatan LRB jelas lebih murah. Harga satu alat biopori kurang lebih sepersepuluh biaya pembuatan sumur resapan. Juga mudah karena ibu rumah tanggapun bisa membuatnya, berbeda dengan sumur resapan yang membutuhkan tenaga tukang bangunan.
- Sesuai dengan kearifan lokal. Apapun yang berasal dari alam, harus dikembalikan lagi. Air hujan, serasah dan limbah organik lain bersatu untuk menggemburkan tanah hingga menjadi rumah yang menyenangkan fauna tanah. Bandingkan jika limbah organik dibakar dan air hujan dibiarkan berlalu.
- Meminimalisir sampah organik. Menurut perkiraan jumlah sampah organik di perkotaan adalah 60 – 70 % dari total sampah. Bisa dibayangkan jika jumlah itu bisa masuk ke LRB seluruhnya. Maka sisa sampah sebanyak 30 – 40 % akan dimaksimalkan oleh pemulung atau penggiat Bank Sampah. Sampah akhir hanya sekitar 10 % berupa limbah B3 atau sampah yang tidak bisa direcycle, sebetulnya merupakan kewajiban produsen sesuai amanah Undang-undang nomor 18 tahun 2008, ayat 15. Karena itu gerakan ini harus berkelanjutan sehingga diharapkan akan mengubah gaya hidup masyarakat dan berujung berkurangnya jumlah sampah perkotaan.
- Berkelanjutan. Jika keberadaan dan manfaat LRB telah dipahami secara utuh maka akan tercipta hubungan simbiose mutualisme dengan sendirinya. Kita membutuhkan LRB untuk menyimpan air dan membuang sampah organik, sedangkan LRB membutuhkan ‘sentuhan’ manusia agar menjadi tempat yang disukai fauna tanah. Fauna/biota tanah berfungsi menyehatkan tanah, membuat tanah gembur sehingga berfungsi maksimal tatkala hujan turun yaitu mampu menyerap/ menyimpan air 10 kali dari berat awalnya.
Acapkali mengalami bencana tanah longsor, banjir, krisis air, dan yang terbaru adalah kebakaran hutan, manusia lupa bahwa jawaban-jawabannya tersedia di alam. Secanggih apapun inovasi, yang terbaik adalah yang memahami perilaku alam, tetapi yang terutama tentunya tindakan preventif karena mengobati selalu mahal nian harganya. Bahkan seringkali tebusannya adalah nyawa manusia.
Sumber:
Beritaagar.id
Kementerian Lingkungan Hidup
Ir. Kamir R. Brata
Gambar:
Pengertian definisi.blogspot.co.id
Â