[caption caption="Belajar Bareng Kampret di Tamkul The Spring"][/caption] Akhirnyaaaaaa……… tercapai juga cita-cita untuk belajar bareng Kampret (BBK). Kampret singkatan dari Kompasianer Hobi Jepret. Suatu komunitas yang didirikan kompasianer Dwi Purwanti dkk untuk mewadahi para kompasianer yang hobi fotografi. Berdiri sejak tahun 2012, Kampret aktif menyelenggarakan kontes foto mingguan di Facebook serta bulanan di Kompasiana. Kegiatan Kampret sangat memberi warna pada Kompasiana dan berkontribusi meningkatkan rating Kompasiana (menurut saya ^-^). Jadi jika kini beberapa media mainstream membuka kanal fotografi, wah Kompasiana lebih pionir walau tanpa kanal khusus. Yang pasti hasil karyanya banyak diplagiat, cape deeee …….
Dannn …… saya “ ngeces” berat setiap ada kesempatan anggota Kampret berguru langsung dari para suhu. Ya gimana ngga, mereka kan fotografer professional, tanpa tambahan status sebagai kompasianer, anda mesti merogoh kocek dalam-dalam. Soalnya harus ngeladenin pertanyaan –pertanyaan kita yang naïf ^_^
Bersyukur para suhu ini mau berbagi ilmunya Sabtu 9 Oktober silam di Taman Kuliner The Spring Jakarta. Ngga hanya anggota Kampret yang hadir tapi juga anggota Kompasianer Penggila Kuliner (KPK). Rame pastinya, selain belajar fotografi, peserta berkesempatan makan enak. Waduh sekali menyelam dapat 2, ya kulineran ya ilmu memotret makanan. Ada 4 suhu Kampret yang hadir yaitu Harja Saputra, Arif Subagor dan Widianto H. Didiet, Rob Januar. Selain memberi ilmu, mereka langsung tutorial yang gaptek berat.
Nah pelajaran utama dari Widianto H. Didiet (salah satu suhu yang potret makanannya bikin kita laperrr….. ), yaitu:
“Bagaimana caranya foto yang kita ciptakan, bisa membuat orang ingin memakan makanan yang anda foto itu”
Itu teori utamanya. Sedangkan untuk menghasilkan foto yang dimaksud ada beberapa unsur yang harus diperhatikan:
- Makanan itu sendiri. ( Bentuk makanan, warna makanan, cita rasa, tata penyajian, dan cara menyantapnya).
- Aksesoris penunjang ( piring, sendok, gelas, pisau dan sebagainya). Cahaya (cahaya alam, cahaya penunjang).
- Cahaya penunjang digunakan jika kesulitan memindahkan objek yang membutuhkan cahaya agar hasilnya maksimal.
Penting diperhatikan adalah tujuannya. Apakah kita memotret untuk medsos? Menu? Iklan? Atau blog? Karena tujuan menentukan cara eksekusinya. Apakah harus secara professional dengan menggunakan DSLR dan lightingnya, ataukah cukup kamera ponsel dengan alat bantu tertentu. Jawaban untuk kita pastinya ngeblog ya, jadi kamera ponselpun jadilah. ^_^
Oke, tujuan sudah, teori memotret makanan sudah, yang terakhir adalah tipsnya. Ini dia, tips memotret makanan agar tampak menggiurkan:
- Proporsi utama dalam menentukan komposisi: Dalam memotret makanan , komposisi dan estetika sangat diperlukan. Caranya bisa bermacam-macam, bisa menggunakan konsep pengulangan ( repetisi ), memperhitungkan angle agar makanan tampak sedap mengundang.
- Saat mulai memotret jangan memasukkan keseluruhan property disekitar meja tersebut. Jadi jangan kaya warung yang segala ada, sehingga bikin bingung dan ngga fokus.
- Makanan yang difoto harus mendominasi keseluruhan komposisi. Jika ada banyak makanan harus ditentukan makanan mana yang menjadi objek.
- Masukkan sedikit saja elemen atau property pendukung seperti serbet, piring, mangkok, sendok , garpu ataupun pisau.
- Untuk makanan yang terdiri dari dua buah piring/mangkok, utamakan yang utama dari menu tersebut. Misalnya mau memotret mi ayam, utamakan mi-nya, sedangkan mangkok kuah silakan mengantri di belakang. ^_^
- Untuk minuman, perhatikan pinggir gelas jangan sampai over dan terputus.
Dan yang paling penting dari yang terpenting adalah:
“Memotret adalah Seni. Seni adalah Rasa. Rasa dari tiap orang yang berbeda.”
Jadiiiii …….., sepanjang apapun teorinya, kembali pada “man behind gun” , kalo sehari-hari yang disantapnya mi instan ya ngga akan nyenilah hasil fotonya ^_^
Usai dapat ilmu, kitapun berkuliner ria. Asyikkkkk……, banyak makanan disini. Taman Kuliner gitu lho. Beragam makanan Eropa (pasta dan temen-temennya), makanan Jepang (teriyaki dan saudara saudaranya) , beragam masakan Cina yang sudah mengindonesia seperti mi ayam, mi bakso, siomai serta makanan tradisional tentunya nasi bakar jambal, bebek gawat dan aduh banyakk banget belum lagi minumannya, bisa bikin perut meledak kalo mau coba semua.