[caption id="attachment_417223" align="aligncenter" width="528" caption="Trio Gundul: Ridwan Kamil, Farhan, Nico Siahaan (foto Persib.co.id)"][/caption]
Pecaaaaaaaaahhhh...............................................
Persib Menanggggggggg.............................................
Persib Juaraaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Teriakan kegembiraan memecah kesenyapan Kota Bandung usai Achmad Jufriyanto melesatkan si kulit bundar ke gawang Persipura yang dijaga Dede Sulaeman. Rona langit yang kelam berubah warna warni oleh kemeriahan kembang api dan petasan. Semua warga Bandung larut dalam kegembiraan. Berbagai macam bentuk perwujudan kegembiraan mulai dari sujud syukur, histeris hingga bersuka cita dengan konvoi keliling Kota Bandung. Hashtag #PersibJuara dan #PersibDay dengan segera menjadi trending topic di dunia maya.
Karena ini bukan tentang siapa atau apa, tapi ini tentang Persib, tim sepakbola kesayangan warga Jawa Barat, khususnya warga Kota Bandung yang selalu menjadi topik di angkot, di bus kota, di warung kopi, di cafe-cafeé dan mereka yang nongkrong di pinggir jalan. Kota Bandung seolah tanpa nyawa jika Persib rihat dan bergairah kembali ketika Persib bermain. Walaupun hampir 20 tahun tidak pernah meraih juara pertama, selalu ada kata maaf untuk Persib. Tak ada kata ‘kalah’, yang ada adalah Persib selalu ‘nyaris’ menang.
Persib bak agama kedua warga Bandung. Tim yang lahir tahun 1933 ini mewarnai kehidupan warga Bandung turun temurun. Kakek, nenek hingga cucu hafal luar kepala siapa nama pelatih Persib, siapa kiper, siapa kapten dan siapa pencetak gol terbanyak. Mereka sangat menyayangi Persib. Semua cinta Persib, semua seolah tergila-gila pada Persib. Bahkan warga pendatang yang berdagang di Bandung terkena virusnya. Ketika harga kertas masih terjangkau, berbagai tabloid tentang Persib selalu tandas diserbu pecintanya. Ada yang bernama Maung Bandung, Suara Persib, Bobotoh, 100 % Persib, tercatat kurang lebih 10 tabloid dengan topik Persib Bandung pernah terbit dan laris manis diserbu penggemar fanatiknya.
Tak berlebihan, ketika peraturan mewajibkan Persib sebagai tim sepak bola profesional mengubah badan hukumnya menjadi PT Persib Bandung Bermartabat pada tahun 2009. Maka banyak pihak tanpa segan berinvestasi sehingga Persib termasuk klub sepakbola terkaya di Indonesia. Konon kekayaannya mencapai Rp 2,24 triliun. Sebetulnya tidak aneh jika melihat asset yang dimiliki, bahkanseharusnya bisa lebih kaya lagi jika penjualan merchandise, tiket dan semua hal yang berkaitan dengan Persib dijual secara eksklusif. Tidak seperti sekarang, t-shirt Persib dengan nama/nomor pemain pujaan dengan mudah ditemui di lapak pedagang kaki lima (PKL) yang bertebaran sepanjang Kota Bandung, Tapi bukan Persib nu aing (Persib milik kita) jika wong cilik tidak mampu membeli dan memakai jersey Persib, klub kesayangan warga Bandung.
Dan apa hubungannya dengan Ridwan Kamil yang bertelanjang dada? Ah itu dia, sebagai pemimpin warga Bandung tentu saja sebaiknya dia tidak duduk manis di depan layar. Tapi ikut menemani bobotoh (supporter fanatik Persib) yang berjumlah ribuan untuk menonton laga semifinal di stadion Stadion Jakabaring, Palembang pada Selasa 4 November 2014. Keberhasilan Persib maju ke semi final merupakan prestasi membanggakan yang tidak terjadi setiap musim. Sehingga ketika para bobotoh dilarang masuk karena menggunakan t-shirt berlambang Persib maka pilihannya adalah membuka baju. Ridwan Kamilpun ikut membuka baju sebagai bentuk solidaritas agar suasana tidak semakin memanas. Karena umumnya mereka tidak membawa baju ganti. Berangkat ke Palembang hanya bermodal nekad. ada yang menjual ponsel, menggadaikan barang dan meminjam uang ke tetangga. Pokoknya mau nonton Persib berlaga, karena Persib nu aing ^-^
[caption id="attachment_417224" align="aligncenter" width="519" caption="detik-detik sebelum Ridwan kamil ikut telanjang dada (foto: Ridwan Kamil)"]
Suasana kebatinan ini yang banyak tidak dimengerti oleh pihak yang mengkritik tindakan Ridwan Kamil.Bobotoh berjumlah ribuan orang itu adalah warganya. Mereka terjebak dalam kegairahan ingin menang dan takut kalah. Melupakan lapar, mengantuk dan dahaga. Yang didamba hanyalah menonton laga Persib. Ketika hal tersebut dilarang, kemungkinan apa yang akan terjadi? Bisa apa saja. Tembok pagar Stadion Siliwangi Bandung tempat Persib berlaga pernah dijebol bobotoh yang tak terpuaskan hanya menonton lewat layar. Hal buruk yang tentunya tidak diingini semua pihak terjadi di lembur batur (kampung orang).
Banyak hal yang harus diantisipasi Ridwan Kamil, diantaranya ketakutan bentrok dengan oknum Jakmania, suporter Persija. Seperti diketahui, 2 suporter fanatik ini selalu berseteru, dampaknya cukup vital, beberapa kali usai berlaga plat nomor B menjadi sasaran amuk oknum bobotoh. Aneh juga sebetulnya ya, kok warga Bandung yang kebetulan memiliki mobil dengan plat B harus terkena imbasnya? Bisa dibayangkan rentannya ribuan bobotoh yang menggunakan puluhan bus dalam perjalanan pergi dan pulang dari Palembang. Apapun bisa terjadi.
Terlebih kemenangan Persib Bandung terhadap Arema Cronus di semi final membuat banyak bobotoh bertahan di Palembang untuk menonton laga final antara Persib Bandung dan Persipura. Laga yang sungguh prestisius karena dari 10 pertemuan terakhir belum pernah sekalipun Persib unggul dari tim asal Papua tersebut. Keinginan kuat bobotoh sebagai pemain ke 12, bercampur ketakutan kalah tentunya menjadi perasaan ngeri-ngeri sedap yang bisa berujung ricuh.
Banyak yang dilakukan Ridwan Kamil agar suasana tetap kondusif. Mulai dari menghapus corat coret yang dilakukan warganya hingga antisipasi dengan menjaga komunikasi dengan mereka. Di setiap tweetnya terlihat bahwa Kang Emil (panggilan Ridwan Kamil) menempatkan orang kepercayaan (staffnya) agar bobotoh terjamin. Yah minimal jangan sampai kelaparan di Palembang. Untuk itu Kang Emil melelang kaos kojo (kaos kesayangan)nya untuk membiayai para bobotoh.
[caption id="attachment_417225" align="aligncenter" width="446" caption="kaos yang dilelang (foto: Ridwan Kamil)"]
Dan derrr…… pada hari Jumat malam, tanggal 7 November 2014, seusai mayoritas warga Kota Bandung hampir tak bernafas melihat gawang I Made Wirawan (kiper Persib Bandung) jebol berkali-kali hingga akhirnya sanggup menahan tendangan Alom(Persipura). Tendangan Ahmad Jufriyanto menjadi penentu kemenangan Persib Bandung setelah merobek gawang Dede Sulaiman, penjaga gawang Persipura. Pesta tangis bahagiapun pecah. 19 tahun penantian yang berbuah manis.
Pesta sering melenakan, melupakan banyak tindakan tidak terpuji. Selain aksi corat coret juga membuang sampah sembarangan, untuk itu Kang Emil turun langsung memimpin aksi bersih-bersih. Tentu saja para pewarta merasa asyik mendapat objek liputan baru. Objeknya Walikota yang memberi contoh atas ajakan menjaga lembur batur, agar imbauannya diikuti dan dilaksanakan.
[caption id="attachment_417226" align="aligncenter" width="600" caption="ikut membersihkan sampah (Foto : Yudi Hadian)"]
Selesai? Belum, masih ada konvoi mengarak tropi Indonesia Super League (ISL) dan Pesta rakyat untuk merayakan kemenangan pada hari Minggu, 9 November 2014. Agak menakutkan karena sebelumnya 36 bus yang berisi rombongan bobotoh yang menuju pulang ke Bandung diserang oknum hingga puluhan orang luka-luka. Khawatir terjadi balas dendam, jauh sebelum peristiwa terjadi Kang Emil berulang kali menyerukan:
“Warga Bandung adalah warga yang ramah someah dan santun. jika besok pawai, omat, jgn sampe ada yg mengganggu & merusak kendaraan org lain.”
“Bobotoh, omat, kegembiraan jgn sampai berlebihan bahkan berbuat tidak baik kpd mobil2 non Bandung. Orang bandung mah santun dan someah.”
Di media social (twitter dan FB), anjuran tersebut di retweet ribuan kali. Baik dari akun Kang Emil maupun akun-akun lainnya.Toh kejadian tak diinginkan tetap terjadi, seorang penumpang kendaraan berplat B mendapat intimidasi hingga mobilnya rusak.
Mendengar kabar tersebut, Kang Emil yang sedang membayar nazar mencukur rambut hingga gundul bersama Farhan, Direktur PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB) dan Nico Siahaan, anggota DPR RI wakil dari Jabar 1, berjanji untuk mengganti.
Cukup? Belum. Warga Kota Bandung rupanya tumpah ruah mengisi jalan-jalan Kota bandung untuk melihat tim Pangeran Biru mereka diarak dengan menggunakan Bandung Tour On The Bus (Bandros). Sehingga konvoi tidak tuntas karena macet diseantero Kota Bandung. Kang Emil menganjurkan pada warga yang ingin melihat tropi dan pemain Persib agar berjalan kaki ke Gasibu.
Karena sama-sama terjebak macet, Kang Emil beserta istri, anak dan manajemen Persib berjalan kaki sejauh 4 kilometer dari rumah dinas (pendopo) menuju Gasibu. Agar dapat mengikuti Pesta Rakyat, pesta kemenangan Persib. Mereka melintasi kawasan Cikapundung Timur, Braga, Jl Perintis Kemerdekaan, Jl Jawa, Jl Sumbawa, Jl Lombok, lalu masuk lewat belakang Gedung Sate. Hmmmm, bukan jarak yang dekat. Tetapi bukankah bukan waktunya pemimpin hanya memberi instruksi? Jika meminta warganya menjaga kebersihan, dia harus memberikan teladan. Demikian juga ketika jalan-jalan diseantero Kota Bandung macet, walaupun dia bisa minta bantuan vojrider untuk membuka jalan baginya, Kang Emil tidak melakukannya. Dia memilih meninggalkan kendaraan dinas dan berjalan, seperti warganya, sesuai instruksi yang diberikan pada warganya.
Bravo Kang Emil selamat bertugas, tugas selanjutnya mendamaikan bobotoh (Viking diantaranya) dengan Jakmania. Harus berhasil ^_^
Sumber:
Ridwan Kamil
[caption id="attachment_417222" align="aligncenter" width="330" caption="Lautan Biru di Gasibu - Gedung Sate (foto : Ugie Prasetyo)"]
[caption id="attachment_417221" align="aligncenter" width="700" caption="Bandung lautan Biru (foto : Info Bandung)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H