Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rieke Diah Pitaloka (Akhirnya) Menuju Jabar 1

9 November 2012   15:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:42 1215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_222268" align="aligncenter" width="565" caption="Rieke - Teten (dok Tribunnews)"][/caption]

Akhirnya Pemilukada Jabar menampilkan sosok perempuan sebagai salah satu CaGubnya. Bersemboyankan “Jabar Baru Jabar Bersih”, Diah Pitaloka dan Teten Masduki mendaftar untuk menjadi calon  Gubernur dan calon Wakil Gubernur Jawa Barat periode 2013-2018  pada tanggal 10 November 2012 di kantor KPU Jabar.

Siapa yang tidak mengenal Rieke Diah Pitaloka?  Artis kondang berkat acting oon-nya sebagai Oneng dalam Bajay Bajuri. Dia memasuki kancah politik dalam balutan warna hijau untuk kemudian berganti perahu dan bergabung bersama PDIP.  Tapi apakah hanya bermodalkan cantik dan mantan artis maka Rieke akhirnya mendapat restu partainya untuk maju ke gelanggang pilkada Jabar bersama Teten Masduki, aktivis ICW?

Rasanya terlalu naif apabila hanya itu alasannya karena Rieke sudah melalui jalan berliku untuk melunturkan polesan si Oneng yang sering OOT. Gagal dalam pemilihan legislatif yang pertama diikutinya, Rieke banting setir tinggal di Bandung, mengandung dan melahirkan anak hingga akhirnya melenggang ke Senayan.

Buah pemikirannyapun dia tulis dalam websitenya. Cukup menarik karena dia banyak menulis dari sudut pandang seorang perempuan Sunda yang merumuskan strategi politik ibu :

“Saat ini saya hanya ingin membangun strategi politik berwajah perempuan. Dia berperan sebagai seorang ibu dan melihat rakyat sebagai anaknya yang tidak boleh kelaparan. Sedangkan tentang mimpinya sebagai manusia Sunda: "Saya punya mimpi yang barangkali tidak pernah hinggap dalam percaturan perebutan kekuasaan yang akan terjadi di Pilkada Jabar, pada Februari 2013. Sebuah mimpi, yang diilhami oleh masa kecil saya yang masih mengalami “ngurek” mencari belut atau nyair gendol (ikan kecil) di aliran pematang sawah. Saya rindu masa kecil dimana anak-anak bermain gelas sodor atau sorodot gaplok atau gatrik di halaman madrasah, tempat saya dan kawan-kawan “kursus spiritual" di sore hari. Kesemua itu tanpa saya sadari telah membentuk karakter saya sebagai manusia Indonesia yang tetap punya karakter dan tanpa malu mengatakan, “saya orang Sunda”. Saya tetap bangga meski sering diledek bahasa Indonesia atau bahkan bahasa Inggris saya tetap berlogat Sunda. Sampai kawan-kawan di DPR atau para wartawan pun memanggil saya “si teteh” Bagi saya, menjadi manusia Sunda adalah hal kodrati yang membuat kita punya identitas tersendiri. Memiliki keunikan di tengah keberagaman, bukankah itu maksud dari Bhineka Tunggal Ika”.

Cantik, berkulit putih dalam balutan baju merah dan celana hitam, itulah Rieke Diah Pitaloka yang penulis lihat. Ditemani sang suami, Donny Gahral Adian, dia memenuhi undangan Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) dalam Seminar Ketahanan Pangan tanggal 16 Oktober 2012 silam untuk mengemukakan gagasan perihal ketahanan pangan Jawa Barat apabila terpilih sebagai Gubernur Jawa Barat kelak.

Kedatangannya cukup menggugah banyak pihak, karena undangan tidak hanya dikirimkan pada Rieke tapi pada semua calon yang merasa dirinya layak memimpin Jabar. Mereka mendapat challenge untuk memaparkan program ketahanan pangan, mengingat Jabar adalah lumbung padi nasional. Challenge yang merupakan kesempatan langka sekaligus promosi gratis karena sekitar 200 peserta yang hadir merupakan perwakilan daerah Jawa Barat termasuk masyarakat adatnya seperti dari Kampung Naga Tasikmalaya, Ciptagelar Sukabumi, Cireundeu Cimahi dan masih banyak lagi.

Sayang hanya Rieke dan Cecep Toyib (independen) yang berani menerima tantangan ini. Selebihnya enggan datang, mungkin terlalu sibuk memikirkan strategi kampanye dari balik meja. Mereka masih belum menyadari bahwa rakyat sudah enggan menjadi korban pemilihan Gubernur. Karena jalan-jalan umum akan bertebaran wajah-wajah mereka tanpa visi dan misi yang jelas. Bahkan partai politik pengusung mereka asyik mencari artis pendamping sebagai cawagub. Seolah masyarakat Jawa Barat hanyalah masyarakat penggila artis yang tidak akan mempedulikan kemampuan pemimpinnya dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia Jabar.

Upz………bukankah Riekepun artis? Karena itulah semula dia hanya akan diusung sebagai cawagub oleh beberapa calon gubernur seperti Dede Yusuf (partai Demokrat) dan kang Yance (partai Golkar). Tetapi rupanya PDIP tidak rela kadernya hanya berperan sebagai ganjel, karena itu mereka segera mengambil sikap dan menggandeng Teten Masduki. Walaupun banyak kalangan berharap Teten Masdukilah yang maju sebagai Jabar1.

Sayangnya Gerindra , partai pendukung Teten kurang memenuhi kursi DPRD Jabar. Sedangkan apabila mau melaju dari jalur independen harus memenuhi syarat minimal 1.474.614 kartu penduduk terverifikasi  (3 persen dari jumlah penduduk Jabar sebanyak 49,1 juta jiwa).

"Saya sudah sepakat dengan Rieke untuk berbagi peran, sehingga saya sebagai wakil tidak sekedar ban serep," kata Teten menyikapi terpilihnya dia sebagai cawagub dan bukan cagub.

Sesuatu yang tidak mudah karena koalisi biasanya hanya manis di gebyar pilkada dan “beradu punggung” di perjalanan. Jadi kita lihat saja bagaimana kelanjutan kisah pasangan “NengTet” (Oneng-Teten) atau Paten (Pitaloka-Teten) yang bertekad “Mari kita patahkan kekuatan uang dalam Pemilukada ini”. Sanggupkah mereka?

Pasangan lain yang akan melaju ke Jabar 1 :

1.Kang Yance (mantan bupati Indramayu) - Tatang Farhanul (mantan bupati Tasikmalaya)

2.Dede Yusuf – Lex Laksamana (mantan Sekda Jabar)

3.Ahmad Heryawan - Dedi Mizwar

4.Dikdik Mulyana – Cecep Toyib (independen)

Penulis bukan simpatisan PDIP, hanya ingin mengapresiasi seorang perempuan yang akhirnya terpilih sebagai kandidat Gubernur Jabar. Seorang perempuan yang diharapkan terpilih bukan karena keperempuanannya tapi karena kapabelitasnya.

**Maria Hardayanto**

[caption id="attachment_222269" align="aligncenter" width="600" caption="Rieke bersama sesepuh Jabar, Solihin GP di Hari Pangan Sedunia (dok. DPKLTS)"]

13524732731306590841
13524732731306590841
[/caption] dok foto : Tribunnews

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun