Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Akhirnya Carrefour Memulai Gebrakan

23 Oktober 2012   04:02 Diperbarui: 11 Januari 2016   20:01 1802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lain lagi kisah Rani, dia berkesempatan belanja ke Carrefour BSD  dan melihat ibu-ibu memakai tas pakai ulang (reusable bag) berwarna hijau tetapi isinya adalah barang belanjaan dalam kantong plastik. Carrefour BSD memang tidak termasuk 7 gerai yang terkena kebijakan baru, tetapi niat pelanggan untuk membeli reusable bag seharusnya diapresiasi dan sudah sepatutnya mendapat “keadilan”.

Mengapa ? karena hukum  seharusnya berlaku bagi produsen sampah. Seseorang yang menghasilkan sampah lebih banyak, harus membayar lebih banyak pula dibandingkan yang sedikit nyampah-nya. Awalnya bisa dimulai dari kantong plastik. Seseorang yang terbiasa menggunakan kantong plastik dengan boros harus membayar lebih banyak. Dia harus merasakan akibatnya sejak dini karena umumnya tak seorangpun peduli kelanjutan kisah sampah yang sudah keluar dari pekarangan rumah. Apakah akan mengakibatkan banjir, tercecer dijalan ketika diangkut tukang sampah atau menggunduk serampangan di TPA hingga menyebabkan longsor dan kematian pemulung. Tak ada yang hirau. ”Pokoknya rumah gue bersih. Titik”.

Demikian juga system persampahan per wilayah. Rumah tangga yang menghasilkan sampah banyak sudah seharusnya membayar lebih banyak pula untuk sampah yang dikeluarkan dari rumahnya. Hal ini memang domain pemerintah daerah termasuk mengelola pembuangan sampah berukuran besar seperti peralatan rumah tangga dan sampah B3 yang beresiko tinggi bagi kesehatan.

Kembali ke peraturan baru Carrefour, beberapa bulan silam penulis ke Carrefour Pekalongan. Usai berbelanja, karena sudah terbiasa penulis mengeluarkan reusable bag yang aslinya berbentuk tas lipat. Anehnya kasir bingung melihat tas tersebut, diselisiknya reusable bag sambil dibolak-balik. Mungkin dipikirnya “tas apa sih ini, kok jelek bener. Nggak ada harganya lagi”. Sesudah penulis menerangkan bahwa kegunaan tas tersebut sama dengan reusable bag bewarna hijau yang berjajar rapi didekatnya, barulah dia paham dan mulai memasukkan barang belanjaan kedalamnya.

Olala Carrefour, rupanya harus memberi pelatihan dulu pada jajaran staf dan karyawannya. Agar peduli lingkungan hidup dari hulu dilakukan juga oleh internal Carrefour, tidak sekedar kampanye. Karena biasanya kampanye tanpa mengerti esensinya hanya akan berumur pendek. Dan semua banner serta selebaran akan berubah menjadi tumpukan sampah. Bukti dosa ekologis Carrefour lainnya. Sumber data:

[caption id="attachment_219352" align="aligncenter" width="500" caption="beragam tas belanja (dok Maria Hardayanto)"]

13509465881338955575
13509465881338955575
[/caption] Yang terpenting bukan jenis tas belanja (biobag atau bukan) tapi sejauh mana kepedulian kita untuk menggunakannya selama mungkin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun