[caption id="attachment_218136" align="aligncenter" width="583" caption="tadabur alam (dok.Maria Hardayanto)"][/caption] “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silihbergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orangyang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkantentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Rabb kami,tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS.Ali Imron:190-191) Mungkin ada yang bertanya : “Apakah yang dilakukan ibu-ibu di pengajian hanya membaca dan membahas Al Qur’an?” Sebetulnya acara ibu-ibu pengajian cukup variatif. Apabila ada rekan dan keluarganya yang sakit, atau meninggal kami pasti menjenguk. Juga ketika ada rekan yang akan berangkat menunaikan ibadah ke tanah suci. Selain itu ada acara bakti sosial ke rumah yatim piatu, rumah panti jompo dan membagikan rezeki bagi pemulung, tukang sampah dan tukang becak. Tetapi yang paling menarik adalah tadabur alam. Tujuannya agar kami lebih memahami dan mensyukuri karunia Allah SWT. Karena sebagai ibu rumah tangga yang bangun tatkala anggota keluarga lain masih terlelap, kemudian baru tidur ketika seisi rumah sudah bermimpi, maka esensi alam sering dianggap bentuk kemanunggalan dengan perlengkapan dapur, rekening listrik dan telephone hingga kemacetan yang harus dialami ketika menjemput anak pulang sekolah. Destinasi tadabur alam di pengajian kami tidak pernah terlalu jauh dari kota Bandung, misalnya Sumedang, Lembang, dan yang terjauh adalah Garut dan Cililin. Waktu yang digunakanpun hanya sehari penuh, tidak pernah menginap. Kami berangkat seusai mengantarkan anak ke sekolah dan pulang di sore/malam hari. Sehingga tidak mengganggu rutinitas keesokan harinya. Pemandangan alam di tempat tujuan memang selalu indah. Kami dapat mendengarkan tausiah sambil menikmati keindahan alam, semilirnya angin, menghirup udara yang bersih dan merasakan sejuknya air yang mengalir dari sumbernya. Momen yang jarang ditemukan ketika seorang ibu tenggelam dalam tugas rumah tangga yang sering terpaksa dilakukan dengan mengerjakan 2 – 3 pekerjaan sekaligus. Dalam tadabur alam, setiap insan manusia diingatkan akan keagungan Allah SWT yang tidak menciptakan sesuatu tanpa sebab. Bahkan daun yang berguguran mempunyai arti bagi tanah tempat tanaman tersebut tumbuh, bagi binatang yang hidup di sekitar pohon. Dan tentunya bagi manusia. Karena keberadaan pohon membantu tanah menyerap air hujan. Air yang diperlukan bagi manusia dan hewan dan tanaman itu sendiri. Keseluruhannya bagai lingkaran tak terputus. Saling membutuhkan, saling memanfaatkan. Sayangnya sebagai manusia rupanya kita terlalu serakah. Hal tersebut nampak di setiap perjalanan kami, banyak kehancuran alam seperti dibawah ini: [caption id="attachment_218133" align="aligncenter" width="432" caption="kerusakan di kawasan Bandung Utara (dok. Walhi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H