Mohon tunggu...
Maria Fiorenza Ardhani
Maria Fiorenza Ardhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Apapun permasalahannya, menulis menjadi solusinya.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jangan Mau Hanya Dijadikan Target Suara! Anak Muda Harus Melek Politik Jelang Pemilu 2024

6 September 2023   18:24 Diperbarui: 6 September 2023   20:56 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Seminar (Dok. Pribadi)

Media sosial menjadi platform utama kampanye, anak muda harus siap diterjang informasi. Lantas apa yang harus disiapkan? 

Pada hari Senin, 4 September 2023, diadakan acara seminar "The Role of Youth and Media in Supporting the Future of Democracy in Southeast Asia" di Kampus Atma Jaya Semanggi. Seminar ini masuk dalam rangkaian Festival Demokrasi, Collaborative Regional Conference Indonesia (CRC Indonesia). 

Seminar ini diisi oleh narasumber terpercaya, yaitu Hurriyah sebagai Direktur Puskapol Universitas Indonesia; Arie Putra sebagai Co-Founder Total Politik, dan Salvatore Simarmata sebagai dosen Atma Jaya. 

Kunci utama dari seminar ini adalah mengenai penggunaan media baru, yaitu media sosial. Di hadapan lebih dari 300 orang dari berbagai instansi, topik ini sangat pas untuk dibawakan di lingkup kampus. 

"Embrace Your Freedom" adalah tagline dari acara ini. Seminar ini diadakan demi menciptakan kesadaran bagi anak muda untuk memanfaatkan kebebasan yang bertanggung jawab. 

Dalam acara seminar ini, topik pembawaan yang dibahas adalah mengenai demokrasi, dan kebetulan tahun depan Indonesia masuk ke tahun politik, maka pembahasannya lebih condong ke praktik persiapan pemilu di Indonesia. Banyak insight yang didapat dari seminar ini, dan membuka pikiran saya tentang realitas dunia politik Indonesia yang sangat kompleks. 

Dari pembahasan Pak Arie, lebih menjelaskan mengenai peran media digital yang dilakukan oleh organisasi politik dalam rangka menggaet suara. Ia menyampaikan bahwa Gen-Z cenderung apolitis, hal ini terjadi karena banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh anak muda sehingga tidak ada waktu untuk mengurusi hal politik. 

Sikap acuh Gen-Z itu dimanfaatkan untuk partai politik untuk meraih suara, partai politik lebih memilih untuk mengumpulkan pemilih dahulu. Mereka cenderung untuk menggaet pemilih secara acak dengan cara menjebak diri ke circle gen-z, mulai dari penggunaan "slang" anak muda atau trend-trend terkini. 

Menurutnya internet benar-benar memiliki eksposur yang tinggi, hal itu menyebabkan media digital menjadi memberi ruang yang lebih luas untuk aktor politik bermain di media baru. 

Terlepas dari pemanfaatan media sosial, pembicara selanjutnya, Ibu Hurriyah, ia membuka mata anak muda dengan memaparkan betapa kompleksnya dunia politik Indonesia. 

Ia mengatakan bahwa, Indonesia memang memiliki sistem demokrasi yang baik, namun hal itu hanya terbukti dalam hal pemilihan umum saja. Ironisnya, lembaga politik di Indonesia cenderung tidak demokratis, terutama partai politik. 

Dalam hal pemilihan memang demokratis, namun dalam hal mekanisme pencalonan, sangat jauh dari kata demokratis. Kenyataan yang terjadi hanyalah politik uang, politik dinasti, monarki, dan oligarki. Itulah kenyataan yang harus dihadapi, akan sulit memang menciptakan nama baru di dunia politik Indonesia. 

Direktur Puskapol UI itu juga mengatakan bahwa masa depan ada ditangan kita ketika kita di bilik suara. Pemuda yang kebanyakan first voters, harus mencoblos 5 kertas suara, hanya dalam waktu kurang dari 5 menit, anak muda harus menjadi decision maker demi masa depan Indonesia. 

Penjelasan ini dilengkapi pula oleh, dari Pak Salvatore, poin yang diangkat mengenai waspada propaganda komputasional yang kemungkinan akan bermain di tahun politik tahun depan. Kewaspadaan harus ditingkatkan, manipulasi informasi akan kerap dilakukan oleh lawan untuk menggiring opini pemilik. Ia juga menyampaikan analisis jaringan sosial mengenai nama-nama partai atau nama aktor politik. 

Ingat! Anak muda menjadi sasaran dan target empuk politisi untuk di "brainwash" dengan konten kekinian. Dari seminar ini sebenarnya mampu membentuk kesadaran bersama, khususnya anak muda untuk bijak menggunakan media sosial, penting sekali untuk menggunakan media sosial dengan cerdas. Tidak hanya menerima mentah-mentah promosi yang dilakukan oleh politisi. 

Agar tidak tertipu dan terhasut, penting untuk melakukan verifikasi lanjutan untuk melihat latar belakang caleg / capres. Jangan sampai hanya karena tampilan media sosialnya yang menarik kita memilihnya, karena akan sangat merugikan jika hanya citra di media sosial saja yang baik, namun tidak pada kerja nyatanya. 

Media sosial bisa menjadi platform untuk mengangkat suatu isu, biasanya adalah isu kepentingan publik yang menyerang salah satu individu caleg/capres. Maka harus juga kita berhati-hati, jangan tersulut isu semata, lagi-lagi verifikasi menjadi hal penting yang tidak boleh terlewatkan. Jangan sampai tertipu dengan aksi politisi di media sosial, jangan sampai tergiring opini yang sebenarnya sudah diatur sedemikian rupa untuk "menipu" target yang memang sudah mereka buat juga. 

Melihat masifnya penggunaan media sosial dalam kampanye, penting bagi anak muda untuk segera memahami politik, mulai melek politik, agar tidak menjadi target empuk para politisi yang menargetkan orang-orang yang tidak tahu apa-apa. Penting untuk memperhatikan dan peduli terhadap kegiatan para politisi di Indonesia. 

Menjadi watchdog, untuk terus menjadi pemeriksa atau pengoreksi apa yang politisi publikasikan di berbagai kanal media sosial yang ada. Itulah peran penting yang harus disiapkan, ingat anak muda jangan mau untuk sekadar dimanfaatkan, justru kita yang memanfaatkan media sosial. Insight dari seminar ini membuka kesadaran baru pentingnya rasa ingin tahu yang tinggi soal politik Indonesia yang kata orang tidak ada matinya! 

Poster Acara (@ppmn_official)
Poster Acara (@ppmn_official)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun