Ia mengatakan bahwa, Indonesia memang memiliki sistem demokrasi yang baik, namun hal itu hanya terbukti dalam hal pemilihan umum saja. Ironisnya, lembaga politik di Indonesia cenderung tidak demokratis, terutama partai politik.Â
Dalam hal pemilihan memang demokratis, namun dalam hal mekanisme pencalonan, sangat jauh dari kata demokratis. Kenyataan yang terjadi hanyalah politik uang, politik dinasti, monarki, dan oligarki. Itulah kenyataan yang harus dihadapi, akan sulit memang menciptakan nama baru di dunia politik Indonesia.Â
Direktur Puskapol UI itu juga mengatakan bahwa masa depan ada ditangan kita ketika kita di bilik suara. Pemuda yang kebanyakan first voters, harus mencoblos 5 kertas suara, hanya dalam waktu kurang dari 5 menit, anak muda harus menjadi decision maker demi masa depan Indonesia.Â
Penjelasan ini dilengkapi pula oleh, dari Pak Salvatore, poin yang diangkat mengenai waspada propaganda komputasional yang kemungkinan akan bermain di tahun politik tahun depan. Kewaspadaan harus ditingkatkan, manipulasi informasi akan kerap dilakukan oleh lawan untuk menggiring opini pemilik. Ia juga menyampaikan analisis jaringan sosial mengenai nama-nama partai atau nama aktor politik.Â
Ingat! Anak muda menjadi sasaran dan target empuk politisi untuk di "brainwash" dengan konten kekinian. Dari seminar ini sebenarnya mampu membentuk kesadaran bersama, khususnya anak muda untuk bijak menggunakan media sosial, penting sekali untuk menggunakan media sosial dengan cerdas. Tidak hanya menerima mentah-mentah promosi yang dilakukan oleh politisi.Â
Agar tidak tertipu dan terhasut, penting untuk melakukan verifikasi lanjutan untuk melihat latar belakang caleg / capres. Jangan sampai hanya karena tampilan media sosialnya yang menarik kita memilihnya, karena akan sangat merugikan jika hanya citra di media sosial saja yang baik, namun tidak pada kerja nyatanya.Â
Media sosial bisa menjadi platform untuk mengangkat suatu isu, biasanya adalah isu kepentingan publik yang menyerang salah satu individu caleg/capres. Maka harus juga kita berhati-hati, jangan tersulut isu semata, lagi-lagi verifikasi menjadi hal penting yang tidak boleh terlewatkan. Jangan sampai tertipu dengan aksi politisi di media sosial, jangan sampai tergiring opini yang sebenarnya sudah diatur sedemikian rupa untuk "menipu" target yang memang sudah mereka buat juga.Â
Melihat masifnya penggunaan media sosial dalam kampanye, penting bagi anak muda untuk segera memahami politik, mulai melek politik, agar tidak menjadi target empuk para politisi yang menargetkan orang-orang yang tidak tahu apa-apa. Penting untuk memperhatikan dan peduli terhadap kegiatan para politisi di Indonesia.Â
Menjadi watchdog, untuk terus menjadi pemeriksa atau pengoreksi apa yang politisi publikasikan di berbagai kanal media sosial yang ada. Itulah peran penting yang harus disiapkan, ingat anak muda jangan mau untuk sekadar dimanfaatkan, justru kita yang memanfaatkan media sosial. Insight dari seminar ini membuka kesadaran baru pentingnya rasa ingin tahu yang tinggi soal politik Indonesia yang kata orang tidak ada matinya!Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI