Mohon tunggu...
Maria Fillieta Kusumantara
Maria Fillieta Kusumantara Mohon Tunggu... Administrasi - S1 Akuntansi Atma Jaya

Music Addict. Writer. Content creator

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kasus Ivana Knoll, Bukti Media Langgengkan Objektivikasi Perempuan

10 Desember 2022   08:40 Diperbarui: 10 Desember 2022   08:41 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jagat maya dihebohkan dengan kemunculan mantan Miss Kroasia, Ivana Knoll yang menonton laga Kroasia VS Belgia dengan menggunakan pakaian seksi. Kabarnya, Ivana pun sempat dikecam lantaran dinilai tak mengindahkan sang tuan rumah. 

Disadari atau enggak, praktek ini menurut saya makin menumbuhkan sikap misoginis dimana perempuan yang mengenakan pakaian seksi akan dicap buruk. Media pun turut mengomporinya dengan membentuk pemikiran bahwa 'wanita harus mengenakan pakaian tertutup' terutama di tempat umum. Dampaknya, wanita pula yang disalahkan kala mengalami pelecehan seksual dengan alasan pakaiannya terlalu seksi atau terbuka. 

Dalam kasus Ivana, secara tidak langsung masih melanggengkan pemikiran ini sekaligus mengobjektifikasi perempuan. Ivana hanya mengekspresikan diri dalam mendukung timnas jagoannya saja, tapi seakan pilihan busananya dianggap 'mengundang' dan patut disalahkan. 

Penonton wanita lain di gelaran piala dunia Brazil sebelumnya juga kerap terlihat memakai pakaian seksi saat laga pertandingan timnasnya berlangsung bahkan jauh lebih seksi daripada busana yang Ivana kenakan. Tapi tak ada yang salah dengan penonton itu, dirinya tidak dikecam dan bisa dengan bebas menonton laga sampai selesai. 

Menurutku, pemikiran merekalah yang harus dibenahi bukan melulu menyalahkan busana Ivana. Mestinya, ketika seseorang sedang menonton sepakbola, pemikirannya ya fokus menonton aksi lihai pemain jagoannya mengolah si kulit bundar atau fokus mantengin skor siapa tau jagoannya bisa lolos ke babak selanjutnya daripada sekadar 'nyari cewek' dengan alasan cuci mata.

Saya rasa kalau mereka tidak berpikir aneh-aneh, tidak akan terjadi apa-apa dengan si wanita. Wanita juga perlu diberi kebebasan dan dihormati bukannya malah direndahkan dan diobjektifikasi. Dan Qatar sebagai negara tuan rumah seharusnya mengedepankan dan menjamin hal itu. Jujur saya merasa sangat kecewa lantaran hal ini sama sekali belum diakomodir oleh Qatar. 

Semoga kalau kedepannya Qatar terpilih lagi sebagai tuan rumah piala dunia, pemikiran warganya bisa lebih maju ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun