Mohon tunggu...
Maria Fillieta Kusumantara
Maria Fillieta Kusumantara Mohon Tunggu... Administrasi - S1 Akuntansi Atma Jaya

Music Addict. Writer. Content creator

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Nestapa Perempuan dalam Berita

30 Oktober 2021   09:30 Diperbarui: 30 Oktober 2021   09:54 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesona selebritas dan atlet perempuan memang tak perlu diragukan lagi. Acap kali, media memberitakan paras cantiknya yang menurut mereka sesuai dengan standar yang ada. Tengoklah judul berita diatas yang membahas punggung mulus sang rapper asal Thailand, Lisa Blackpink alih-alih prestasinya di dunia musik. Atau berita tentang Alica Schmidt, pelari kebanggaan Jerman di Olimpiade Tokyo yang justru disorot 'keseksiannya' di media ketimbang aksinya di running track. Tak hanya media di Indonesia saja, media asing juga melakukan hal serupa. Seperti pemberitaan Jessy Nelson, mantan personel Little Mix baru-baru ini lewat penampilannya yang 'bikini goals' dan mengesampingkan karya solo anyarnya.

Model Chanelle Hayes juga bernasib sama lantaran media membahas penampilan tubuhnya setelah diet saat liburan bersama pacarnya di Spanyol bukannya aktivitas liburan mereka. Berita ini biasanya diikuti dengan dengan kiat-kiat mendapatkan tubuh seperti para selebritas dan atlet tersebut entah dengan olahraga, diet maupun beragam metode perawatan kecantikan berharga selangit.

Jujur, bagi saya berita-berita semacam itu membuat 'mata saya lelah'. Entah apa maksud dan tujuan si media mengangkat berita itu, menurut saya berita-berita ini sangatlah tidak berfaedah, merendahkan perempuan dan membentuk standar bagi perempuan untuk tampil dan diakui di masyarakat. Berita ini juga seakan mengglorifikasi berbagai program-program ekstrem yang harus dilakukan perempuan guna memenuhi standar kecantikan dan keseksian masyarakat. Beberapa perempuan rela menggelontorkan uang hingga ratusan juta bahkan rela menahan sakit dan lapar demi hal tersebut. Sungguh miris.

Berita ini menurut saya menyimpang sanga jauh dari tujuan karya jurnalistik sendiri yang salah satunya adalah sebagai media informasi dan edukasi masyarakat. Sebagai media informasi dan edukasi, media semestinya mendidik pola pikir yang benar kepada masyarakat mengenai perempuan. Khusus untuk selebritas dan atlet, media bisa memberitakan tentang prestasi mereka atau bagaimana tips mereka supaya bisa meraih prestasi tersebut, karya-karya musik mereka, atau napak tilas perjalanan karir mereka.

Selain itu, media juga bisa memberitakan sosok selebritas atau atlet yang bisa menjadi panutan karna tindakan mereka yang menginspirasi dan membawa perubahan. Media juga bertanggungjawab untuk mengedukasi perempuan untuk memiliki pandangan 'body positivity' dan mengkampanyekan 'women are valuable than their bodies' staserta meruntuhkan standar-standar kecantikan yang tidak masuk akal. Semua demi mewujudkan pandangan masyarakat agar tidak melulu mengobjektifikasi perempuan namun sebagai perempuan yang berprestasi dan berdaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun