Sejak kita kecil, tentu kita sudah akrab dengan kisah Cinderella bukan? Ya, seorang gadis cantik yang hidup bersama ibu dan saudara tirinya kemudian bertemu pangeran di pesta dansa dan menikah dengannya.Â
Film Cinderella pun terus digarap menyesuaikan kondisi masa kini tanpa menghilangkan basic ceritanya dan tetap diminati banyak penonton baik anak-anak, kaum muda hingga tua.Â
Namun, jangan harap kamu menemukan formula cerita klasik cerita Cinderella dalam film terbaru keluaran Amazon Prime Video yang dibintangi Camila Cabello ini.Â
Film yang juga dibintangi Billy Porter, Idina Menzel dan James Corden ini menceritakan Cinderella selain dipekerjakan sebagai pembantu oleh ibu dan saudara tirinya, juga mengembangkan bakatnya sebagai desainer gaun pesta.Â
Di salah satu pojok loteng, ia menggelar meja jahit, boneka jahit, kain dan kertas pola rancangannya. Gaun pesta yang dirancang Ela, sapaan akrabnya didominasi warna pastel dan model yang modern.Â
Ela bahkan sampai membayangkan dirinya memiliki sebuah butik sendiri dengan banyak masyarakat mendatanginya.Â
Menurut saya, film ini mempunyai basis cerita yang bagus karena tidak hanya menggambarkan wanita sebagai bawahan lelaki dan kelas kedua di masyarakat, tapi menyiratkan pesan bahwa wanita berhak sukses dan berdaya dengan kemampuannya sendiri. Sosok Billy Porter sebagai fairy godmother juga sangat menginspirasi saya.
Sang peri pengabul keinginan Cinderella menghadiri undangan pesta dansa di istana Prince Robert ini digambarkan bukan sebagai
wanita, tetapi seorang drag queen non biner.Â
Istilah drag queen mungkin kurang populer di Indonesia, tapi drag queen cukup populer di Amerika bahkan kepopulerannya setara dengan artis wanita.Â
Karakter Billy Porter menyiratkan pesan bahwa siapapun dan apapun gender kalian, kalian bisa membuat keajaiban untuk dunia dengan kemampuanmu.Â
Tentunya dengan mendukung partner hidup kita dalam film ini yakni Ela dimana Billy Porter sangat mendukung bakatnya sebagai desainer dan menjadikan salah satu desain gaun nya sebagai gaun final yang dikenakan Ela di pesta dansa Prince Robert dipermanis sentuhan tambahan khas Billy Porter.Â
Dukungan keluarga dalam pemberdayaan perempuan sangat dibutuhkan di masa kini, karena tanpa dukungan keluarga, perempuan tidak dapat berkembang maksimal.Â
Hal ini terlihat dalam keluarga Prince Robert yang sangat mendukung anaknya berjodoh dengan Ela. Ibu dan adik Prince Robert juga tak sungkan menggunakan gaun rancangan Ela dalam berbagai acara kerajaan.Â
Senada dengan sang ibu dan adik, Prince Robert akhirnya juga semakin jatuh cinta pada pribadi Ela terlepas dari latar belakangnya. Namun, yang saya kritik dalam film ini adalah Prince Robert yang masih mencari-cari gadis bersepatu kaca yang menghilang tepat di jam 12 malam.Â
Prince Robert seakan tidak mengenal Cinderella, padahal sebelumnya pernah bertemu di butik milik Ela dan berbincang dengannya, begitu pula ibu dan adiknya yang juga telah berkunjung ke butik Ela dan bahkan mengenakan gaun rancangannya. Sungguh tak masuk akal sama sekali menurut saya.Â
Ukuran kaki seseorang mungkin tidak dapat diingatnya sehingga harus mencari lokasi tempat tinggal Ela. Namun ketidak tahuan Prince Robert akan tempat tinggal Ela juga tidak masuk akal lantaran sebelumnya pernah bertemu di butik milik Ela di dekat rumahnya. Di masa kini, history perjalanan bisa disimpan di handphone atau notebook.Â
Seharusnya Prince Robert hanya tinggal search history perjalanannya sewaktu dirinya pergi ke butik Ela dan menjelaskannya pada temannya untuk menemaninya kesana.Â
Secara umum, cerita Cinderella ini sangat menarik dan tidak membosankan. Lantunan lagu-lagu kece seperti Million to One, Am I Wrong, Perfect, Dream Girl, Somebody To Love dan Material Girl beserta tarian-tarian meriah akan mengurangi ketegangan selama menonton and stuck in your head forever.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H