Mohon tunggu...
Maria Fillieta Kusumantara
Maria Fillieta Kusumantara Mohon Tunggu... Administrasi - S1 Akuntansi Atma Jaya

Music Addict. Writer. Content creator

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kabut (Tamat)

19 Desember 2017   10:51 Diperbarui: 19 Desember 2017   11:07 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.kpopmap.com

Aku baru sadar bahwa penyisiran beberapa waktu lalu, merupakan penggrebekan markas-markas narkoba yang marak di Amerika sekaligus pencarian bandar narkoba Korea Selatan sukses yang melebarkan sayap ke Amerika Serikat, Kim Min Soek. Ini sekaligus menjadi akhir pekerjaanku di CBS dan aku tahu hidup kedepannya tak akan pernah sama lagi.

Petugas pun sepakat menahan kami beberapa waktu sebelum vonis dijatuhkan kepada kami. Aku mendengar obrolan sipir yang mengatakan bahwa Kim akan dieksekusi mati. Ia sangat meresahkan masyarakat katanya mengikuti ucapan presenter berita televisi yang ditontonnya. Aku berusaha terus mendengar hingga membicarakan bagianku yang menurutnya tidak dieksekusi mati, namun akan ditahan seumur hidup. Aku mengelus perutku dibalik baju tahanan. Betapa kasihan anak tak berdosa ini harus terlahir di penjara empat bulan lagi. Apalagi mengetahui ayahnya akan dieksekusi mati. Aku merasa dia lelaki buaya yang pandai memanfaatkan wanita. Entah berapa wanita lagi yang jadi korbannya, aku tidak tahu dan tidak ingin tahu.

Aku kembali berbaring di ranjang di ruang tahanan ketika tiba-tiba mendengar suara ruang tahanan dibuka. Park juga ditangkap dalam kasus bisnis Kim dan ruang tahanannya tepat disamping ruang tahanan Kim. Selain Park, ternyata aku baru tahu bahwa rekan kerjaku di CBS Sandara Lee juga menjadi tahanan kasus Kim yang berhasil ditangkap lewat teknologi pengendali pikiran DEA saat sedang menikmati santai sore di sebuah restoran bersama kekasihnya dan kaget dirinya satu ruang tahanan denganku. Seandainya waktu bisa diputar kembali, kejadian ini takkan pernah terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun