Siapa bilang belajar sejarah itu membosankan? Di Museum Sejarah Jakarta, kamu tidak hanya belajar sejarah lewat buku saja, tapi juga dapat melihat secara langsung lewat benda-benda koleksi museum dan infografis yang disajikan melalui video, peta, gambar dan maket.
Nah, salah satu yang dapat kita pelajari di museum ini adalah kehidupan manusia zaman prasejarah/nirleka, zaman kerajaan-kerajaan dan perjuangan Indonesia melawan penjajahan Belanda.
1. Zaman Prasejarah/Nirleka
Di Museum Baru ini, kamu bisa melihat gambar aktifitas manusia di zaman prasejarah, alat-alat yang digunakan, cara pembuatan dan cara pemakaiannya. Alat-alat dari batu ini dibagi ke dalam masa sederhana dan masa yang lebih maju.
Di masa sederhana, alat-alat seperti serpih dibuat dengan memukulkan perkutor (alat pemukul) dari batu kerakal atau tanduk pada sebongkah batu yang akan dijadikan alat. Pecahan-pecahan yang dihasilkan memiliki bebagai bentuk dan ukuran yang disebut serpih. Serpih yang memiliki bagian tajaman yang baik kemudian dijadikan alat tanpa dimodifikasi. Kadangkala, bagian tajaman diserpih (diretus) lebih lanjut agar dapat berfungsi dengan lebih baik.
Alat batu yang lebih maju seperti beliung dibuat dalam beberapa tahap. Tahap pertama batu inti yang menjadi calon beliung dipangkas untuk menghasilkan bentuk dasar suatu beliung. Calon beliung ini bentuknya persegi dan seluruh permukaannya menunjukkan faset-faset pelepasan serpih. Bila ukuran dan bentuk yang diinginkan telah diperoleh, baru calon beliung diupam sampai menghasilkan bentuk akhirnya. Pengupaman biasa dilakukan dengan menggosok calon beliung pada permukaan batuan yang tidak sekeras bahan calon beliung tersebut.
Tentunya kamu penasaran donk gimana caranya pemakaian alat batu yang sudah dibuat ini. Aku kasih tahu nih bahwa menurut penuturan sumber, alat serpih yang digunakan untuk mengiris, memotong, meraut atau mengupas sesuatu baik yang diretus maupun tidak, cukup hanya digenggam saja dengan jari telunjuk, tengah dan jempol nih guys. Sedangkan untuk beliung, dalam pemakaiannya harus diikatkan pada gagang.
Tidak hanya peralatan dari zaman batu saja yang bisa kamu temui disini, tetapi beragam peralatan dari zaman logam (zaman perundagian) dan zaman besi. Namun sayangnya, koleksi untuk dua zaman ini sedikit tidak seperti zaman batu yang sangat mudah ditemui di beberapa sudut museum.
2. Zaman Kerajaan
Dari zaman batu, kita beralih ke zaman kerajaan. Tentu kamu masih ingat donk bahwa Indonesia di zaman dahulu terdiri dari berbagai macam kerajaan dari Sabang sampai Merauke? Nah, kamu bisa melihat secara langsung bukti-bukti peninggalan mereka baik berbentuk prasasti maupun patung.
* Prasasti Kebon Kopi
Prasasti yang awalnya ditemukan di Kampung Muara, Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor ini disebut juga Prasasti Tapak Gajah karena terdapat pahatan tapak kaki gajah yang merupakan tunggangan Raja Purnawarman.
Prasasti ini merupakan peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang ditulis dengan Aksara Pallawa dan Bahasa Sansekerta dalam bentuk seloka metrum Anustubh dengan teks sebagai berikut : 'jayavisalasya Tarumendrasya hastinaAirwavatabhasya vibhatidam padadvayam' yang artinya 'Di sini nampak tergambar sepasang telapak kaki, yang seperti Airawata, gajah penguasa Taruma yang agung dalam....dan kejayaan'
* Prasasti Ciaruteun
Masih seputar Kerajaan Tarumanegara, ada satu prasasti terkenal yang wajib banget kamu lihat di Museum Sejarah Jakarta ini. Namanya Prasasti Ciaruteun. Sesuai namanya, prasasti ini ditemukan di tepi Sungai Ciaruteun dekat muara Sungai Cisadane, Bogor. Secara garis besar, tampilannya mirip dengan prasasti Kebon Kopi dengan adanya telapak kaki Raja Purnawarman tetapi dengan isi yang lebih detail mengenai kerajaannya yakni kekuasaan dan eksistensi raja serta penghormatannya sebagai dewa pelindung rakyat.
* Prasasti Tugu
Dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang melingkar, prasasti yang ditemukan di Cilincing, Jakarta Utara juga merupakan peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang memiliki isi paling panjang dibanding prasasti Tarumanegara yang lain. Isinya diantaranya adalah menyebutkan dua sungai terkenal di Punjab, Chandrabraga dan Gomati yang menjadi cikal bakal Kali Bekasi dan upacara selamatan oleh Brahmana disertai dengan seribu ekor sapi yang dihadiahkan raja.
* Patung Dewa Ganesha
Yap, dewa pengetahuan, kecerdasan, pelindung terhadap segala bencana dan penolak bala dalam ajaran Hindu yang dipajang dalam kaca di lantai dua museum ini menjadi salah satu dewa penting yang dipuja oleh rakyat kerajaan Hindu di Indonesia.
3. Zaman Penjajahan Belanda
Selama 350 tahun Indonesia dijajah oleh Belanda, banyak hal menarik yang bisa kita pelajari disini mulai dari kapal yang digunakan oleh para penjajah saat datang pertama kali ke Indonesia di awal abad ke-16, kehidupan masyrakat zaman penjajahan yang divisualisasikan lewat video secara bilingual, para pemimpin Belanda di Indonesia, peperangan Indonesia melawan Belanda dengan menggunakan senjata tradisional dan meriam (yang paling terkenal adalah Meriam Si Jagur yang terletak di halaman Museum Fatahillah) serta maket Jakarta Tempo Doeloe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H