Mohon tunggu...
Maria Fillieta Kusumantara
Maria Fillieta Kusumantara Mohon Tunggu... Administrasi - S1 Akuntansi Atma Jaya

Music Addict. Writer. Content creator

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Trilogy: Wrecking Boat

21 Desember 2016   22:02 Diperbarui: 22 Desember 2016   05:57 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hello from the outside, at least I can say that I've tried,to tell you I'm sorry for breaking your heart

               Jarum jam bergerak semakin cepat ke angka empat, waktu dimana aku berjanji akan bertemu Anneliese di Le Pain Quotidien Cafe sepulangku dari perjalanan singkat ke Honolulu, Hawaii. Aku memesan Strawberry Infused Vodka Shot pada pelayan sembari menunggu Anneliese.

                “Hai, maaf sudah menunggu lama. Tiba-tiba kau mengajakku ketemuan disini. Ada apa?”, sapa Anneliese padaku. Wajahnya terlihat datar seolah sama sekali tidak tahu apa kesalahan yang ia perbuat sehingga aku mengajaknya bertemu disini. Kulihat dirinya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Terlihat dirinya adalah seorang wanita yang sangat peduli penampilan. Menggunakan mini dress kuning gading berbelahan rendah, membuatku dengan mudah melihat puncak salah satu sajian istananya yang begitu menggodaku dan dahulu merupakan salah satu hal yang membuatku tergila-gila padanya. Aku berusaha memalingkan mukaku dari pemandangan sensual itu dan berfokus pada apa yang ingin aku sampaikan padanya.

                “Kau tidak pernah menyadarinya?”, ujarku sedikit menaikkan nada suaraku saat bertanya padanya. Sambil menarik kursi dan duduk di hadapanku, Anneliese menjawab, “Apa maksudmu? Aku sama sekali tidak mengerti”. Pikiranku terpecah manakala melihat ujung baju yang dikenakan Anneliese sedikit terangkat ketika akan duduk, membuatku menelan ludah melihat pilar kedua istananya itu yang begitu indah, tapi berusaha mengendalikan semua keinginan dan fantasi liarku demi satu tujuan. Satu tujuan yang akan melegakan hatiku karena tidak lagi terperdaya olehnya. “Aku ingin hubungan kita berakhir”, jawabku singkat. “Kenapa kau lakukan ini? Aku sangat mencintaimu, Sergio”, jawab Anneliese memelas sambil menggenggam tanganku. 

Aku menarik lepas tanganku kasar, “Cinta? Wanita kupu-kupu malam sepertimu tahu akan arti cinta? Kau memperdagangkan aset-asetmu kepada pria hidung belang berduit dan masih bilang kau mencintaiku?”, bentakku. “Apa maksudmu, Sergio? Aku tidak mengerti”, tanya Anneliese. “Tidak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi, Anneliese. Aku tahu semuanya. Aku tahu kau adalah seorang dirty dancer bayaran di acara pesta topeng ulang tahun Mr. Randall dan aku tahu kau tidak mencintaiku. Kau hanya memanfaatkan cintaku demi memuaskan nafsumu yang begitu besar dan juga nafsu mengeksplor istana milikmu”, sahutku lebih ketus sambil mendongakkan kepalanya lalu sedikit mendorongnya.

                “Sergio, aku bisa jelaskan….”, katanya terputus. “Aku tidak mau dengar apapun lagi darimu, bagiku semua ini sudah jelas. Kau hanyalah sampah. Ya sampah cantik berharga ratusan hingga ribuan dollar yang dikorek dari tempat sampah berlapis emas dan berlian. Begitu bodohnya aku dulu bisa tergila-gila padamu. Pergi dari hidupku sekarang juga dan jangan pernah kembali lagi”, usirku lalu meninggalkannya di tempat itu. Aku tidak lagi mempedulikan apapun yang ia lakukan demi untuk bisa kembali padaku bahkan jika ia bersumpah di hadapan seluruh pengunjung kafe.

Please have mercy on me, take it easy on my heart.Even though you don't mean to hurt meyou keep tearing me apart

I've got a hundred million reasons to walk away.But baby, I just need one good one to stay

                “Sergio, Sergio”, ujarnya memanggilku sambil berlari ke arahku. “Oke baiklah, aku mengaku aku salah. Semua yang kau bicarakan itu benar. Aku memang seorang dirty dancer bayaran, tapi percayalah yang kulakukan semua adalah profesionalisme belaka. Aku benar-benar mencintaimu, Sergio, sungguh. Tolong berikan aku kesempatan lagi untuk tetap terus bersamamu”, jelasnya lalu mencium bibirku. Aku melepaskannya cepat. “Lelaki waras mana yang akan memberikan kesempatan kedua untuk menjalin kasih dengan wanita yang dengan sengaja melakukan pekerjaan menjual asetnya sendiri. Dirimu milik umum, bukan milik kekasihmu seorang.

 Aku tidak akan pernah mencintaimu lagi, pergilah sekarang kemana pun kau mau, pergilah ke duniamu sendiri”, bentakku. Aku kembali berjalan menyusuri parkiran yang saat itu sedang sepi untuk menuju ke mobilku. Rupanya dia berusaha mati-matian supaya aku tetap menjadikannya kekasih. “Sergio, maafkan aku. Aku akan melakukan apapun yang kau inginkan. Kau ingin aku keluar dari pekerjaan itu? Akan kulakukan jika itu maumu. Aku sungguh mencintaimu”, ujarnya lagi. Dua sajian istana itu bergoyang-goyang ketika ia berlari. Indah sekali. Membuat diriku jadi semakin panas. Namun sudah tidak ada cintaku baginya. 

Akulah yang semestinya berhak atas istana itu, bukan orang lain. Aku melepaskan tanganku dari genggamannya. “Tidak, Anneliese. Walau kau sudah keluar dari pekerjaan itu, dirimu sudah tidak suci lagi dan dengan menerimamu berarti diriku harus siap ternoda lagi. Aku tidak mau, Anneliese. Aku sudah bilang pergilah. Apa kau tidak juga mendengar?”, bentakku lagi lalu menaiki mobil dan menyalakan mesin lalu pergi meninggalkan dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun