Mohon tunggu...
MARIA EMILIZA DANISHWARA
MARIA EMILIZA DANISHWARA Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Siswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Malas Pangkal Miskin, Membeludaknya Pengemis di Indonesia

21 Februari 2024   00:50 Diperbarui: 21 Februari 2024   00:59 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengemis memang adalah salah satu kelompok masyarakat yang sering kali diabaikan dan dianggap tidak memiliki harapan untuk keluar dari kemiskinan. Namun, pandangan ini tidak sepenuhnya akurat. Meskipun hidup dalam kondisi yang sulit, banyak pengemis yang tetap gigih bekerja untuk mencari nafkah dan berusaha keluar dari lingkaran kemiskinan.

Pertama-tama, kita harus memahami bahwa tidak semua pengemis adalah orang malas yang hanya mengandalkan belas kasihan orang lain. Banyak dari mereka yang memiliki keterampilan dan bakat tertentu, seperti menyanyi, bermain musik, atau membuat kerajinan tangan. 

Mereka menggunakan keterampilan ini untuk menarik perhatian orang-orang dan mendapatkan sedikit uang. Meskipun penghasilan yang mereka dapatkan mungkin tidak seberapa, mereka tetap bekerja keras dan berusaha untuk bertahan hidup.

Selain itu, ada juga pengemis yang mencoba mencari pekerjaan sambilan di luar jam kerja mereka sebagai pengemis. Mereka mungkin bekerja sebagai buruh kasar, tukang kebun, atau pekerja rumah tangga. Meskipun pekerjaan ini mungkin tidak stabil dan tidak memberikan penghasilan yang cukup, mereka tetap berusaha untuk mengumpulkan uang sebanyak mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Tidak hanya itu, beberapa pengemis juga berusaha untuk mengubah hidup mereka melalui pendidikan. Meskipun sulit bagi mereka untuk mengakses pendidikan formal, mereka mencari kesempatan untuk belajar melalui program pendidikan non-formal atau pelatihan keterampilan. Dengan keterampilan baru yang mereka peroleh, mereka berharap dapat meningkatkan peluang kerja mereka dan keluar dari kemiskinan.

Salah satu contohnya adalah seorang pengemis bernama Asep, ia merupakan seorang penjual koran dan biasa berjualan di lampu merah bundaran Hajimena-Rajabasa, Bandar Lampung. Fisik Asep tidak sanggup lagi untuk bekerja berat, dan akhirnya memilih berjualan koran saja. 

Semangat Asep dengan menjual koran, karena malu melihat ada orang yang meminta-minta di jalanan dengan kondisi badan sehat. Asep sampai mengimbau pengendara yang ditemuinya, untuk tidak memberikan uang kepada mereka. Memang menjual koran tidak memberikannya keuntungan besar, tapi setidaknya ia bisa mencari nafkah tanpa harus mengemis. 

Asep menunjukkan bahwa tidak semua pengemis, memiliki kesempatan atau sumber daya untuk mencari nafkah dan keluar dari kemiskinan. Beberapa dari mereka mungkin menghadapi hambatan struktural seperti diskriminasi atau kurangnya akses ke layanan dasar. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk memberikan dukungan dan kesempatan kepada pengemis yang ingin meningkatkan hidup mereka.

Dalam kesimpulan, pengemis yang gigih bekerja untuk mencari nafkah dan keluar dari kemiskinan. Meskipun hidup dalam kondisi yang sulit, mereka menggunakan keterampilan, mencari pekerjaan sambilan, dan berusaha untuk meningkatkan pendidikan mereka. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua pengemis memiliki kesempatan yang sama. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk memberikan dukungan dan kesempatan kepada mereka yang ingin meningkatkan hidup mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun